Stres dan Mekanisme Koping Remaja Pasca Gempa di Desa Cang Duri

Stres dan Mekanisme Koping Remaja Pasca Gempa di Desa Cang Duri

Informasi dokumen

Penulis

Setia Budi

instructor/editor Mahnum Lailan Nasution, S.Kep. Ns, M.Kep
Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Keperawatan
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 5.46 MB
  • Stres
  • Mekanisme Koping
  • Remaja

Ringkasan

I.Latar Belakang Penelitian Dampak Gempa Aceh Tengah 2014 terhadap Stres Remaja

Penelitian ini meneliti dampak gempa bumi di Aceh Tengah, khususnya di Desa Cang Duri, Kecamatan Ketol, pada tahun 2014 terhadap stres remaja. Gempa tersebut mengakibatkan kerusakan signifikan, termasuk kerusakan rumah dan infrastruktur, serta menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Penelitian ini berfokus pada identifikasi tingkat stres dan mekanisme koping yang digunakan oleh remaja pasca-bencana. Data dari Kepala Desa Cang Duri (2013) menunjukkan dampak parah gempa di desa tersebut, dengan korban meninggal, luka berat dan ringan, serta kerusakan rumah dan infrastruktur mencapai 90%. Gempa susulan juga meningkatkan rasa tidak aman dan nyaman pada remaja.

1. Kerentanan Remaja terhadap Stres Pasca Bencana

Dokumen ini memulai dengan menekankan fakta bahwa gempa bumi merupakan bencana yang memicu berbagai masalah, salah satunya adalah stres. Remaja, sebagai kelompok yang rentan, sangat terdampak oleh stres pasca gempa. Kemampuan remaja untuk menghindari atau mengatasi stres bergantung pada mekanisme koping yang mereka gunakan, baik yang berfokus pada masalah maupun emosi. Penelitian ini, yang dilakukan di Desa Cang Duri, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, bertujuan mengidentifikasi tingkat stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa 2014. Dijelaskan bahwa penelitian menggunakan metode deskriptif dengan 53 responden yang dipilih melalui purposive sampling, menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat stres dan mekanisme koping. Hasil awal menunjukkan sebagian besar remaja mengalami stres ringan (62,3%), sedang (37,3%), dan tidak ada yang mengalami stres berat. Mekanisme koping yang dominan adalah yang berfokus pada emosi (56,5%), dibandingkan dengan yang berfokus pada masalah (43,4%).

2. Dampak Gempa Aceh Tengah 2014 di Desa Cang Duri

Bagian ini menjelaskan konteks bencana gempa bumi di Aceh Tengah tahun 2014, khususnya dampaknya terhadap Desa Cang Duri. Data dari BNPB (2011 dan 2013) menunjukkan tingginya frekuensi bencana alam di Indonesia, termasuk gempa bumi, yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan properti yang signifikan. Gempa 2 Juli 2013 di Aceh Tengah dan Bener Meriah, yang berpusat di Kecamatan Ketol, menelan korban jiwa dan menyebabkan kerusakan yang luas, meliputi rumah-rumah warga, fasilitas umum seperti puskesmas, sekolah, dan tempat ibadah. Data dari Kepala Desa Cang Duri (2013) menunjukkan dampak yang sangat parah di desa tersebut, dengan satu korban meninggal, empat luka berat, dan lebih dari 12 luka ringan. Selain itu, sekitar 90% rumah warga hancur. Kerusakan infrastruktur dan hilangnya mata pencaharian utama penduduk, pertanian, memperparah dampak bencana. Kondisi ini, selain trauma fisik, berpotensi memicu trauma psikologis dan stres, sebagaimana dijelaskan oleh Asnayanti dkk (2013). Pengamatan peneliti menunjukkan bahwa hilangnya rumah dan harta benda, perubahan lingkungan, dan kerusakan sarana prasarana, termasuk sekolah dan tempat bermain, menjadi faktor pencetus stres psikologis pada remaja, yang ditandai dengan sikap pendiam dan menarik diri. Gempa susulan juga memperparah situasi, mengurangi rasa aman dan nyaman.

3. Dampak Psikologis dan Fisik Gempa terhadap Remaja

Bagian ini menjelaskan lebih rinci tentang dampak psikologis gempa bumi terhadap remaja di Desa Cang Duri. Kehilangan rumah, harta benda, perubahan lingkungan sekitar yang signifikan, dan kerusakan infrastruktur seperti sekolah serta tempat bermain anak-anak adalah beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai pemicu stres dan trauma psikologis pada remaja. Kondisi ini menyebabkan sebagian remaja menjadi pendiam dan menarik diri dari pergaulan. Mereka kini harus tinggal di rumah sementara yang dibangun dari sisa-sisa rumah mereka yang hancur. Ketakutan akan gempa susulan juga mengakibatkan berkurangnya rasa aman dan nyaman. Dokumen juga menyinggung secara singkat dampak fisik gempa, seperti kerusakan bangunan dan cedera fisik. Namun, fokus utama tetap pada dampak psikologis yang berujung pada stres dan perubahan perilaku pada remaja. Dokumentasi data-data mengenai korban jiwa, kerusakan rumah dan infrastruktur dari berbagai sumber, seperti BNPB dan data kepala desa, menunjukan skala besarnya dampak bencana alam ini, khususnya di Desa Cang Duri.

II.Metodologi Penelitian Mengukur Stres dan Mekanisme Koping

Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan jumlah responden sebanyak 53 orang remaja di Desa Cang Duri, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengukur tingkat stres dan jenis mekanisme koping (berfokus pada masalah atau emosi) yang digunakan. Validitas dan reliabilitas kuesioner telah diuji. Uji reliabilitas menghasilkan nilai 0,882 untuk kuesioner stres dan 0,761 untuk kuesioner mekanisme koping, menunjukkan reliabilitas yang baik.

1. Desain Penelitian dan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mengidentifikasi tingkat stres dan mekanisme koping pada remaja pasca gempa di Desa Cang Duri, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah. Jumlah responden sebanyak 53 orang remaja, dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini dipilih karena peneliti ingin menargetkan kelompok spesifik, yaitu remaja yang terdampak langsung oleh gempa di daerah tersebut. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang lebih relevan dan mendalam dari kelompok sasaran. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur tingkat stres dan mekanisme koping yang digunakan remaja. Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi dua tipe mekanisme koping: yang berfokus pada masalah dan yang berfokus pada emosi. Penggunaan kuesioner memungkinkan pengumpulan data secara efisien dan terstruktur dari sejumlah besar responden.

2. Instrumen Penelitian dan Pengujiannya

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang untuk mengukur dua variabel utama: tingkat stres dan mekanisme koping. Kuesioner tersebut menggunakan skala likert untuk mengukur tingkat stres, memungkinkan peneliti untuk mengkategorikan tingkat stres responden (ringan, sedang, berat). Aspek mekanisme koping diukur dengan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk mengidentifikasi apakah remaja lebih cenderung menggunakan mekanisme yang berfokus pada masalah atau pada emosi. Sebelum digunakan, kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan oleh Ibu Wardiah Daulay, S.Kep. NS, M.Kep, dosen jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, melalui validitas isi. Proses ini memastikan bahwa isi kuesioner sesuai dengan tujuan penelitian dan mudah dipahami oleh responden. Uji reliabilitas dilakukan pada 15 responden di Desa Simpang Juli, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah (wilayah terdampak gempa). Hasil uji reliabilitas menggunakan analisis Crombach Alpha menunjukkan nilai 0,882 untuk kuesioner stres dan 0,761 untuk kuesioner mekanisme koping, menunjukkan tingkat reliabilitas yang cukup baik (reliabilitas dikatakan baik jika nilainya di atas 0,70).

3. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah editing, yaitu memeriksa kesalahan atau kekurangan dalam pengisian kuesioner dan memastikan kelengkapan data dari setiap responden. Tahapan selanjutnya adalah coding, yaitu memberikan kode numerik pada setiap jawaban untuk memudahkan analisis data. Setelah coding, data ditransfer ke dalam tabel yang terstruktur. Tahapan terakhir adalah tabulating, yaitu mengelompokkan dan menghitung jumlah jawaban yang serupa dalam setiap kategori variabel yang diteliti. Pengolahan data ini mengikuti langkah-langkah yang diuraikan oleh Notoadmojdo (2010). Penggunaan metode pengolahan data yang sistematis dan terstruktur ini memastikan bahwa data yang diperoleh dianalisis dengan akurat dan teliti, sehingga menghasilkan kesimpulan penelitian yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan program SPSS untuk analisis Crombach Alpha dalam pengujian reliabilitas juga menunjukan komitmen peneliti terhadap metodologi penelitian yang kuat.

III.Hasil Penelitian Tingkat Stres dan Mekanisme Koping Remaja di Desa Cang Duri

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja (33 orang atau 62,3%) mengalami stres ringan, sementara 20 orang (37,7%) mengalami stres sedang. Tidak ada yang mengalami stres berat. Mengenai mekanisme koping, mayoritas remaja (30 orang atau 56,6%) menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi, sedangkan sisanya (23 orang atau 43,4%) menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada masalah. Faktor-faktor seperti usia, pendidikan, dan agama diduga mempengaruhi tingkat stres dan pilihan mekanisme koping.

1. Tingkat Stres Remaja Pasca Gempa

Hasil penelitian yang dilakukan pada 12-14 Desember 2014 di Desa Cang Duri, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, menunjukkan gambaran tingkat stres pada 53 responden remaja pasca gempa. Sebagian besar responden (33 orang atau 62,3%) mengalami stres ringan, sementara 20 responden (37,7%) mengalami stres sedang. Penting untuk dicatat bahwa tidak ada responden yang mengalami stres berat. Data ini dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan skala likert yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mampu mengatasi dampak psikologis gempa, meskipun masih ada proporsi yang signifikan yang mengalami stres sedang. Lebih lanjut, temuan ini dapat digunakan sebagai dasar perencanaan intervensi untuk membantu remaja yang membutuhkan dukungan lebih lanjut dalam menghadapi dampak psikologis pasca bencana. Analisis lebih lanjut akan dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat stres pada responden.

2. Mekanisme Koping Remaja

Selain tingkat stres, penelitian ini juga mengkaji mekanisme koping yang digunakan oleh remaja pasca gempa. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas responden (30 orang atau 56,6%) menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi. Hal ini berarti bahwa remaja lebih cenderung untuk mengatur emosi mereka sebagai respons terhadap stres yang dialami, daripada mencoba untuk mengubah situasi atau menyelesaikan masalah secara langsung. Sebanyak 23 responden (43,4%) menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada masalah. Temuan ini menunjukkan preferensi remaja dalam mengelola stres mereka dengan fokus pada aspek emosional. Analisis lebih lanjut akan mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan mekanisme koping, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan dukungan sosial. Pemahaman tentang mekanisme koping yang digunakan remaja penting untuk merancang intervensi yang tepat guna membantu mereka dalam mengatasi stres dan trauma pasca gempa.

IV.Kesimpulan dan Rekomendasi Mengatasi Stres Remaja Pasca Gempa

Kesimpulannya, stres ringan hingga sedang menjadi dampak signifikan dari gempa bagi remaja di Desa Cang Duri. Penggunaan mekanisme koping berfokus pada emosi lebih dominan. Penelitian merekomendasikan penggunaan mekanisme koping yang tepat bagi remaja dan perhatian lebih dari pihak berwenang terhadap kesehatan fisik dan psikologis remaja pasca gempa Aceh Tengah. Lebih lanjut, faktor-faktor seperti usia, pendidikan, dan agama perlu dipertimbangkan dalam intervensi untuk mengurangi stres dan meningkatkan efektivitas mekanisme koping.

1. Kesimpulan Mengenai Tingkat Stres

Penelitian mengenai stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa di Desa Cang Duri, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah pada 12-14 Desember 2014, menyimpulkan bahwa sebagian besar remaja (62,3%) mengalami stres ringan, 37,7% mengalami stres sedang, dan tidak ada yang mengalami stres berat. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 53 orang. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar remaja mengalami stres, tingkat keparahannya relatif rendah. Faktor-faktor seperti usia, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin responden mungkin berkontribusi pada perbedaan tingkat stres yang dialami. Temuan ini penting karena menunjukkan bahwa intervensi yang tepat sasaran dapat membantu mengurangi dampak psikologis gempa pada remaja. Namun, perlu penelitian lebih lanjut untuk menggali faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres lebih detail.

2. Kesimpulan Mengenai Mekanisme Koping

Selain tingkat stres, penelitian ini juga meneliti mekanisme koping yang digunakan remaja. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar remaja (56,6%) menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi, sementara sisanya (43,4%) menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada masalah. Ini menunjukkan bahwa remaja lebih cenderung mengatur emosi mereka daripada secara langsung mengatasi masalah yang dihadapi. Faktor-faktor seperti agama, jenis kelamin, dan usia responden (yang masih remaja) mungkin mempengaruhi pilihan mekanisme koping. Remaja yang masih dalam masa perkembangan cenderung mengedepankan emosi dalam menghadapi tekanan. Temuan ini menyoroti pentingnya intervensi yang mempertimbangkan aspek emosional dalam membantu remaja mengatasi stres pasca trauma. Penelitian lebih lanjut dapat menelaah efektivitas berbagai strategi koping dalam konteks tersebut.

3. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, beberapa rekomendasi diajukan. Pertama, remaja diimbau untuk selalu menggunakan mekanisme koping yang tepat dalam menghadapi masalah pasca gempa. Kedua, pihak berwenang perlu memperhatikan kesehatan fisik dan psikologis remaja, karena dampak gempa tidak hanya fisik, tetapi juga emosional. Penelitian ini memberikan dasar penting untuk pengembangan intervensi yang lebih terarah dalam membantu remaja mengatasi stres dan trauma pasca bencana. Rekomendasi ini menekankan pentingnya dukungan dan pemahaman terhadap kebutuhan psikologis remaja pasca gempa, serta peran penting pihak berwenang dalam menyediakan sumber daya dan layanan kesehatan mental yang memadai. Penelitian selanjutnya dapat fokus pada evaluasi efektivitas intervensi spesifik yang dirancang berdasarkan temuan ini.