
Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Supir Mobil Tangki BBM
Informasi dokumen
Penulis | Putri Azura Ulandari |
Sekolah | Universitas [Nama Universitas Tidak Disebutkan] |
Jurusan | Psikologi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Dumai |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 5.08 MB |
- stres kerja
- kondisi kerja
- psikologi industri
Ringkasan
I.Latar Belakang Masalah Background of the Problem
Penelitian ini menyelidiki pengaruh kondisi kerja terhadap stres kerja pada 135 supir mobil tangki BBM di PT Elnusa Petrofin Dumai. Pekerjaan supir tangki BBM, dengan jam kerja yang panjang dan potensi risiko kecelakaan, berpotensi menyebabkan stres kerja yang signifikan. Studi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk mengukur dampak kondisi kerja, meliputi aspek fisik dan psikologis, terhadap tingkat stres kerja para supir. Penelitian ini relevan karena stres kerja dapat menurunkan kinerja pekerja dan produktivitas.
1. Sumber Daya Manusia dan Stres Kerja
Bagian ini menekankan pentingnya sumber daya manusia sebagai aset perusahaan. Dijelaskan bahwa pekerjaan seringkali menimbulkan stres bagi pekerja, yang berdampak pada perusahaan dan pekerja itu sendiri. Rice (1987) mendefinisikan stres kerja sebagai tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan coping pekerja. Caplan dkk. (dalam Wijono, 2010) menambahkan bahwa stres kerja muncul dari ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan individu. Stres kerja yang tidak teratasi dapat menurunkan kinerja dan produktivitas, merugikan perusahaan dan pekerja. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stres kerja, terutama kondisi kerja.
2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja
Diskusi berlanjut pada faktor-faktor yang berkontribusi terhadap stres kerja. Rice (1987) mencantumkan beberapa faktor, seperti kondisi pekerjaan, ambiguitas peran, stres interpersonal, pengembangan karir, struktur organisasi, dan hubungan pekerjaan-rumah. NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health) menggarisbawahi karakteristik individu dan kondisi kerja sebagai penyebab utama stres kerja. Kondisi kerja sendiri dijelaskan sebagai faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi pekerja, termasuk temperatur, kelembaban, polusi udara, ventilasi, penerangan, kebisingan, kebersihan, dan kelengkapan alat kerja (Nitisemito, 2000). Newstrom dan Davis (1996) menambahkan aspek penjadwalan kerja (lama hari kerja dan waktu kerja). Robbins (1998) menekankan pentingnya kondisi kerja yang nyaman dan aman.
3. Kondisi Kerja Menurut Mangkunegara dan ILO
Mangkunegara (2005) mengklasifikasikan kondisi kerja ke dalam tiga aspek: kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. ILO (International Labour Organization) memberikan definisi yang lebih komprehensif, meliputi waktu kerja (jumlah jam kerja, masa istirahat, dan penjadwalan kerja), upah, kondisi fisik, dan tuntutan mental di tempat kerja. Deskripsi ini menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami kondisi kerja dan kaitannya dengan stres kerja, yang akan digunakan dalam penelitian ini.
4. Studi Kasus Supir Tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai
Bagian ini memperkenalkan PT Elnusa Petrofin Dumai, sebuah perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Dumai. Perusahaan ini mengandalkan supir mobil tangki BBM untuk mendistribusikan bahan bakar ke berbagai SPBU. Pekerjaan supir tangki BBM ini unik karena melibatkan perjalanan jarak jauh, jam kerja yang tidak menentu, dan potensi risiko kecelakaan. Wawancara dengan beberapa supir mengungkapkan kelelahan dan stres akibat jam kerja panjang dan kekurangan peralatan pendukung pekerjaan, seperti ban cadangan. Observasi di lokasi istirahat supir menunjukkan kondisi yang kurang bersih dan memadai. Kondisi kerja yang menantang ini menjadi fokus penelitian untuk melihat dampaknya terhadap stres kerja para supir.
II.Kerangka Teori Theoretical Framework
Penelitian ini menggunakan definisi stres kerja dari Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987) dan Caplan dkk (dalam Wijono, 2010), serta definisi kondisi kerja dari ILO, Nitisemito (2000), Newstrom dan Davis (1996), dan Mangkunegara (2005). Mangkunegara (2005) mengklasifikasikan kondisi kerja menjadi tiga aspek: fisik, psikologis, dan temporer. Studi-studi sebelumnya menunjukkan hubungan negatif antara stres kerja dan kinerja pekerja, serta pengaruh kondisi kerja terhadap tingkat stres. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh spesifik kondisi kerja di PT Elnusa Petrofin Dumai terhadap stres kerja supir tangki BBM.
1. Definisi Stres Kerja
Kerangka teori dimulai dengan mendefinisikan stres kerja. Rice (1987) mendefinisikannya sebagai tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan coping pekerja. Definisi lain dari Caplan dkk. (dalam Wijono, 2010) menjelaskan stres kerja sebagai karakteristik pekerjaan yang berpotensi mengancam individu karena tuntutan yang tidak dapat dipenuhi atau sumber daya yang tidak mencukupi. Mangkunegara (2005) mendefinisikan stres kerja sebagai perasaan tertekan yang dialami pekerja, ditandai dengan gejala seperti emosi tidak stabil, perasaan tidak senang, sulit tidur, dan gangguan pencernaan. Studi ini menggunakan definisi-definisi ini sebagai landasan teoritis untuk mengukur dan menganalisis stres kerja pada subjek penelitian.
2. Definisi Kondisi Kerja
Teori kondisi kerja dirumuskan berdasarkan beberapa sumber. ILO (International Labour Organization) mendefinisikannya secara luas, mencakup waktu kerja, upah, kondisi fisik, dan tuntutan mental di tempat kerja. Nitisemito (2000) lebih spesifik, menjabarkan kondisi kerja sebagai faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja tugas, meliputi temperatur, kelembaban, polusi, ventilasi, penerangan, kebisingan, kebersihan, dan kecukupan alat kerja. Newstrom dan Davis (1996) menambahkan aspek penjadwalan kerja. Robbins (1998) menekankan pentingnya kondisi kerja yang nyaman dan aman untuk memudahkan pengerjaan tugas. Mangkunegara (2005) mengklasifikasikan kondisi kerja menjadi tiga aspek: fisik, psikologis, dan temporer, klasifikasi yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk analisis yang lebih terstruktur.
3. Hubungan Stres Kerja dan Kinerja
Bagian ini membahas hubungan antara stres kerja dan kinerja pekerja. Penelitian Ahmed dan Ramzen (2013) menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara stres kerja dan kinerja, artinya peningkatan stres kerja secara signifikan mengurangi kinerja individu. Heilriegel dan Slocum (dalam Wijono, 2010) juga menyatakan bahwa stres kerja menekan produktivitas dan mengganggu individu. Penelitian Halkos dan Bousinakis (2008) mendukung hal ini dengan menyatakan bahwa peningkatan stres kerja berdampak pada penurunan produktivitas. Pemahaman hubungan ini menjadi dasar untuk meneliti pengaruh kondisi kerja terhadap stres kerja dan konsekuensinya pada kinerja para supir tangki BBM.
III.Metodologi Penelitian Research Methodology
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain populasi, melibatkan seluruh 135 supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai sebagai subjek penelitian. Alat ukur yang digunakan adalah skala stres kerja (berdasarkan Beehr dan Newman) dan skala kondisi kerja (berdasarkan Mangkunegara). Data dianalisis menggunakan analisis regresi sederhana untuk menguji hipotesis pengaruh kondisi kerja terhadap stres kerja.
1. Jenis Penelitian dan Populasi
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan populasi. Seluruh 135 supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai menjadi subjek penelitian. Penelitian populasi ini dipilih karena memungkinkan pengukuran dampak kondisi kerja terhadap stres kerja pada seluruh anggota populasi yang diteliti, memberikan gambaran yang komprehensif mengenai fenomena yang diamati. Ukuran sampel yang besar ini meningkatkan generalisasi hasil penelitian terhadap populasi supir tangki BBM di PT Elnusa Petrofin Dumai.
2. Alat Ukur
Dua alat ukur digunakan dalam penelitian ini: skala stres kerja dan skala kondisi kerja. Skala stres kerja disusun berdasarkan simptom-simptom stres kerja oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1987), mencakup aspek psikologis, fisik, dan perilaku. Skala kondisi kerja disusun berdasarkan aspek-aspek kondisi kerja oleh Mangkunegara (2005), yang meliputi kondisi fisik kerja, kondisi psikologis kerja, dan kondisi temporer kerja. Penggunaan dua skala ini memungkinkan pengukuran yang komprehensif terhadap variabel dependen (stres kerja) dan variabel independen (kondisi kerja), memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan di antara keduanya.
3. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisis regresi sederhana. Metode ini dipilih untuk menguji hipotesis pengaruh kondisi kerja terhadap stres kerja. Analisis regresi sederhana memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi kekuatan dan arah hubungan antara variabel independen (kondisi kerja) dan variabel dependen (stres kerja). Hasil analisis regresi sederhana akan menunjukkan apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari kondisi kerja terhadap tingkat stres kerja para supir tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai dan seberapa besar pengaruh tersebut.
4. Pengumpulan Data dan Teknik Pengambilan Sampel
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan skala kepada 135 responden. Karena keterbatasan waktu dan mobilitas responden (supir tangki BBM), teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah try out terpakai, di mana pengujian dan pengumpulan data dilakukan dalam satu waktu. Hal ini dijelaskan karena keterbatasan waktu dan jadwal kerja para supir. Setelah mengisi skala, responden diberikan reward sebagai apresiasi partisipasi mereka. Meskipun terdapat keterbatasan ini, usaha maksimal dilakukan untuk memastikan data yang akurat dan representatif untuk populasi.
IV.Hasil Penelitian Research Results
Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan adanya pengaruh signifikan kondisi kerja terhadap stres kerja pada supir mobil tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai. Meskipun penelitian ini melibatkan seluruh populasi (135 responden), analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa hanya aspek kondisi fisik kerja yang berpengaruh signifikan terhadap stres kerja, sementara aspek psikologis dan temporer tidak signifikan. Sebanyak 85.19% responden memiliki persepsi netral terhadap kondisi kerja mereka.
1. Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja
Hasil utama penelitian menunjukkan adanya pengaruh signifikan kondisi kerja terhadap stres kerja pada supir tangki BBM PT Elnusa Petrofin Dumai. Temuan ini didapat melalui analisis regresi sederhana yang dijalankan pada data yang dikumpulkan dari seluruh populasi (135 responden). Temuan ini sejalan dengan teori yang menyebutkan kondisi kerja sebagai salah satu faktor penyebab stres kerja. Hasil ini mendukung temuan Pitaloka (2011) yang menyatakan adanya pengaruh signifikan antara kondisi kerja dan beban kerja terhadap stres kerja. Penelitian ini memperkuat pemahaman bahwa kondisi kerja memiliki peran penting dalam tingkat stres yang dialami pekerja.
2. Analisis Aspek Kondisi Kerja
Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengidentifikasi aspek kondisi kerja mana yang paling berpengaruh terhadap stres kerja. Dari tiga aspek kondisi kerja menurut Mangkunegara (2005) – kondisi fisik, psikologis, dan temporer – hanya kondisi fisik kerja yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap stres kerja. Kondisi psikologis dan temporer kerja tidak menunjukkan pengaruh signifikan. Hasil ini didukung oleh penelitian Pratiwi & Wahyuningtyas (2015) yang juga menemukan pengaruh signifikan lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja. Temuan ini menyoroti pentingnya faktor-faktor fisik di lingkungan kerja dalam memicu stres pada pekerja.
3. Persepsi Responden terhadap Kondisi Kerja
Gambaran persepsi responden terhadap kondisi kerja juga disajikan. Sebagian besar responden (85,19%) memiliki persepsi netral terhadap kondisi kerja mereka. Hanya sebagian kecil yang memiliki persepsi negatif (13,33%) dan positif (1,48%). Persepsi netral yang dominan ini mungkin menunjukkan adaptasi responden terhadap kondisi kerja yang ada setelah bekerja dalam waktu yang lama di perusahaan. Data ini penting untuk memahami konteks pengalaman kerja dan bagaimana kondisi yang dirasakan memengaruhi tingkat stres yang dialami.
V.Pembahasan Discussion
Temuan ini mendukung studi-studi sebelumnya yang menghubungkan kondisi kerja dengan stres kerja. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya perhatian terhadap kondisi fisik kerja untuk mengurangi tingkat stres kerja pada supir mobil tangki BBM. Temuan ini memberikan implikasi bagi PT Elnusa Petrofin Dumai untuk meningkatkan kondisi kerja guna meningkatkan kesehatan kerja dan produktivitas karyawan. Penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih dalam faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap stres kerja pada kelompok ini.
1. Kesesuaian Hasil dengan Teori Terdahulu
Hasil penelitian ini konsisten dengan teori yang dikemukakan Rice (1987) yang menyatakan kondisi kerja sebagai salah satu sumber stres kerja. Temuan ini juga sejalan dengan klasifikasi kondisi kerja menurut Mangkunegara (2005), yang meliputi aspek fisik, psikologis, dan temporer. Penelitian Pitaloka (2011) yang menunjukkan pengaruh signifikan kondisi kerja dan beban kerja terhadap stres kerja juga mendukung temuan ini. Secara khusus, penelitian ini memperkuat argumen bahwa kondisi kerja, khususnya aspek fisik, memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap stres kerja dibandingkan dengan aspek psikologis dan temporer.
2. Pengaruh Dominan Kondisi Fisik Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga aspek kondisi kerja yang diteliti, hanya kondisi fisik kerja yang berpengaruh signifikan terhadap stres kerja. Aspek kondisi psikologis dan temporer kerja tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan secara statistik. Temuan ini didukung oleh penelitian Pratiwi & Wahyuningtyas (2015) yang menekankan pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja. Hal ini menyimpulkan bahwa perbaikan kondisi fisik kerja merupakan prioritas utama dalam upaya mengurangi tingkat stres kerja pada supir tangki BBM di PT Elnusa Petrofin Dumai. Aspek fisik ini mungkin meliputi faktor-faktor seperti kondisi kendaraan, fasilitas istirahat, dan lingkungan kerja di tempat penugasan.
3. Implikasi dan Saran
Temuan penelitian ini memiliki implikasi penting bagi PT Elnusa Petrofin Dumai untuk meningkatkan kondisi kerja, khususnya aspek fisik, guna mengurangi stres kerja dan meningkatkan produktivitas karyawan. Perbaikan kondisi kerja yang lebih baik dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan kerja, keselamatan kerja, serta peningkatan kinerja dan produktivitas para supir. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menyelidiki lebih dalam faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap stres kerja pada supir tangki BBM, serta untuk mengeksplorasi strategi intervensi yang efektif untuk mengurangi tingkat stres kerja.