
Gambaran Preferensi Pemilihan Pasangan pada Mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara
Informasi dokumen
Penulis | Eldaa Kristy Tophano |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Psikologi |
Tahun terbit | 2015 |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 5.10 MB |
- Preferensi Pemilihan Pasangan
- Mahasiswa Karo
- Psikologi
Ringkasan
I.Metodologi Penelitian Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo
Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang meneliti preferensi pemilihan pasangan pada 132 mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara (USU). Instrumen pengukuran terdiri dari data biografi, evaluasi preferensi pemilihan pasangan, dan 13 karakteristik preferensi. Analisis data menggunakan statistik deskriptif (mean, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum). Metode pengambilan sampel menggunakan teknik aksidental sampling.
1. Populasi dan Sampel Penelitian Preferensi Pemilihan Pasangan
Penelitian ini berfokus pada preferensi pemilihan pasangan mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara (USU). Sebanyak 132 mahasiswa Karo menjadi subjek penelitian. Pemilihan sampel menggunakan teknik aksidental sampling, di mana peneliti mengambil sampel dari siapa saja yang secara kebetulan bertemu dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Ini berarti sampel tidak dipilih secara acak dan representasi populasi mahasiswa Karo di USU mungkin terbatas. Ukuran sampel yang relatif besar (132 orang) memberikan potensi untuk menghasilkan temuan yang lebih kuat, namun tetap perlu diingat bahwa generalisasi hasil penelitian harus dilakukan dengan hati-hati mengingat metode sampling yang digunakan. Informasi demografis lebih rinci, seperti rasio gender, rentang usia, dan latar belakang agama para responden, tidak secara eksplisit dijelaskan, namun informasi ini akan berpengaruh pada hasil penelitian dan perlu dipertimbangkan dalam interpretasi data. Pemahaman yang komprehensif tentang karakteristik sampel sangat penting untuk menilai kredibilitas dan generalisasi temuan penelitian.
2. Instrumen Pengumpulan Data Preferensi Pemilihan Pasangan
Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian utama. Bagian pertama mengumpulkan data biografi responden. Bagian kedua merupakan evaluasi preferensi pemilihan pasangan, yang mengukur kecenderungan individu dalam memilih pasangan hidup. Bagian ketiga terdiri dari tiga belas karakteristik preferensi pemilihan pasangan, di mana responden diminta untuk memberikan peringkat pada setiap karakteristik berdasarkan tingkat kesukaan. Meskipun penelitian menyebutkan penggunaan alat ukur Buss (1985), detail lebih lanjut tentang instrumen, termasuk validitas dan reliabilitasnya, kurang dijelaskan. Penting untuk mencatat bahwa alat ukur Buss (1985) telah digunakan di 37 negara, yang menunjukkan potensi universalitasnya, namun tidak semua budaya memiliki kesamaan dalam preferensi pasangan. Penggunaan skala Likert pada bagian evaluasi preferensi pemilihan pasangan memungkinkan peneliti untuk mengukur tingkat persetujuan responden terhadap pernyataan yang diberikan. Responden juga diminta untuk merangking 13 karakteristik yang diinginkan pada bagian ketiga, metode ini memberikan wawasan tambahan pada prioritas responden.
3. Teknik Analisis Data Preferensi Pemilihan Pasangan
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif. Hal ini meliputi perhitungan mean skor, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum untuk setiap variabel. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik preferensi pemilihan pasangan pada sampel mahasiswa Karo. Penggunaan statistik deskriptif memungkinkan peneliti untuk merangkum dan menyajikan data secara ringkas dan mudah dipahami. Namun, analisis deskriptif terbatas pada penggambaran data saja dan tidak dapat digunakan untuk menguji hipotesis atau menemukan hubungan sebab-akibat antara variabel. Penelitian tidak menyebutkan penggunaan uji statistik inferensial seperti uji-t atau ANOVA, yang dapat digunakan untuk menguji perbedaan preferensi antara kelompok (misalnya, antara laki-laki dan perempuan). Ketiadaan informasi tentang uji-uji statistik inferensial membatasi kemampuan untuk menarik kesimpulan yang lebih kuat tentang perbedaan signifikan antara variabel yang diteliti.
II.Hasil Penelitian Preferensi Pemilihan Pasangan
Hasil penelitian menunjukkan preferensi pemilihan pasangan mahasiswa Karo berada pada kategori sedang. Mahasiswa Karo cenderung menyukai pasangan yang baik dan pengertian, sementara karakteristik yang kurang disukai adalah santai. Temuan ini menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya Karo, seperti pernikahan dengan impal (sepupu saudara laki-laki ibu), tidak lagi menjadi prioritas utama dalam preferensi pemilihan pasangan generasi muda Karo. Penelitian tambahan berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, dan status pernikahan menunjukkan hasil yang beragam, dengan beberapa aspek budaya tetap relevan.
1. Tingkat Preferensi Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo
Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo berada di kategori sedang. Dari 132 mahasiswa yang diteliti, sebanyak 71 orang termasuk dalam kategori sedang. Ini mengindikasikan bahwa faktor budaya, khususnya tradisi pernikahan ideal dalam masyarakat Karo, tidak lagi menjadi penentu utama dalam pemilihan pasangan. Temuan ini cukup signifikan karena menunjukkan adanya pergeseran nilai dan preferensi di kalangan generasi muda Karo. Meskipun penelitian menyebutkan adanya tradisi perkawinan ideal di masyarakat Karo, seperti pernikahan dengan impal, hasil penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak lagi menjadi prioritas utama bagi mahasiswa Karo dalam memilih pasangan hidup. Penelitian ini membuka perspektif baru tentang bagaimana tradisi dan modernitas berinteraksi dalam membentuk pilihan hidup generasi muda.
2. Karakteristik Pasangan yang Disukai dan Tidak Disukai
Lebih lanjut, penelitian mengungkapkan karakteristik pasangan yang disukai dan tidak disukai oleh mahasiswa Karo. Karakteristik seperti 'baik' dan 'pengertian' mendapatkan peringkat teratas sebagai karakteristik yang paling disukai. Sebaliknya, karakteristik 'santai' dinilai sebagai karakteristik yang paling tidak disukai. Temuan ini menarik karena menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian yang positif dan bertanggung jawab lebih diutamakan daripada sifat yang dianggap kurang serius atau kurang produktif. Penggunaan metode peringkat memungkinkan peneliti untuk memahami hierarki preferensi mahasiswa Karo terhadap karakteristik pasangan ideal mereka. Perlu diingat bahwa persepsi tentang 'baik' dan 'pengertian' mungkin bervariasi antar individu, dan penelitian tidak menjelaskan lebih detail mengenai definisi operasional dari karakteristik-karakteristik ini. Lebih lanjut penelitian menyebutkan adanya analisis berdasarkan mean score, namun data mentah dan analisis lebih lanjut tidak dijelaskan secara detail.
3. Analisis Tambahan Berdasarkan Variabel Demografis
Penelitian juga melakukan analisis tambahan terhadap preferensi pemilihan pasangan berdasarkan variabel demografis seperti jenis kelamin, usia, agama, dan status pernikahan. Hasil analisis tambahan ini menunjukkan adanya perbedaan preferensi pemilihan pasangan berdasarkan variabel-variabel demografis tersebut, namun detailnya kurang dijelaskan dalam ringkasan. Penelitian menyebutkan adanya perbedaan dalam preferensi antara mahasiswa laki-laki dan perempuan, namun tidak menjelaskan secara spesifik perbedaan tersebut. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor-faktor demografis mempengaruhi preferensi pemilihan pasangan, dan analisis lebih mendalam perlu dilakukan untuk memahami kompleksitas pilihan pasangan. Secara umum, data yang ada menunjukkan bahwa sementara preferensi pemilihan pasangan secara keseluruhan berada pada kategori sedang, perbedaan preferensi berdasarkan variabel demografis menunjukkan adanya variasi dalam bagaimana budaya dan nilai-nilai pribadi mempengaruhi pilihan pasangan.
III.Pengaruh Budaya Karo pada Preferensi Pemilihan Pasangan
Meskipun tradisi Karo menekankan pernikahan impal dan menjaga keharmonisan sosial melalui aturan adat, penelitian ini menunjukkan pergeseran pada preferensi pemilihan pasangan mahasiswa Karo. Walaupun beberapa aspek budaya Karo masih dipertimbangkan, faktor-faktor seperti kebaikan, pengertian, dan menghindari sifat santai lebih penting daripada kesamaan suku atau kepatuhan ketat terhadap tradisi. Hal ini terlihat dari beberapa wawancara yang menunjukkan bahwa mahasiswa lebih memprioritaskan cinta daripada adat istiadat. Daerah Suku Karo meliputi Kabupaten Karo, Langkat, Deli Serdang, Simalungun, dan Dairi. Lima marga utama Suku Karo adalah Karo-Karo, Ginting, Tarigan, dan Perangin-angin.
1. Tradisi Perkawinan Suku Karo dan Realitas Modern
Penelitian ini meneliti bagaimana tradisi budaya Karo, khususnya terkait sistem kekerabatan dan perkawinan, memengaruhi preferensi pemilihan pasangan di kalangan mahasiswa Karo. Secara tradisional, masyarakat Karo menganut sistem perkawinan ideal, di mana laki-laki atau perempuan diharapkan menikahi impal-nya (sepupu dari saudara laki-laki ibu). Perkawinan ini dianggap ideal karena mempertahankan keharmonisan tatanan adat istiadat dan struktur sosial. Prosesnya seringkali melibatkan runggu (musyawarah mufakat) di antara keluarga mempelai. Namun, penelitian menunjukkan adanya pergeseran dari tradisi ini di kalangan mahasiswa Karo. Mereka cenderung mementingkan karakter pribadi, seperti kebaikan dan pengertian, daripada aspek budaya seperti kesamaan suku atau pernikahan dengan impal. Hal ini menunjukkan adanya adaptasi terhadap nilai-nilai modern dalam proses pemilihan pasangan.
2. Peran Nilai Budaya dalam Pemilihan Pasangan Mahasiswa Karo
Meskipun adanya pergeseran, budaya Karo tetap memiliki pengaruh, meskipun tidak secara dominan. Penelitian menemukan bahwa beberapa aspek budaya masih dipertimbangkan, namun lebih sebagai faktor pendukung daripada penentu utama. Wawancara dengan mahasiswa Karo menunjukkan adanya pemahaman tentang tradisi, seperti ‘pandai ertutur’ dan pernikahan di jambur, namun faktor-faktor ini tidak lagi menjadi prioritas utama. Hal ini menunjukkan adanya proses negosiasi antara nilai-nilai tradisional dan modern dalam membentuk preferensi pemilihan pasangan. Mahasiswa Karo cenderung mengutamakan karakteristik pribadi seperti kebaikan dan pengertian, yang juga dapat dikaitkan dengan konsep cinta dalam memilih pasangan. Sebaliknya, karakteristik seperti santai, yang mungkin bertentangan dengan budaya kerja keras masyarakat Karo, menjadi kurang disukai. Terdapat juga konsistensi budaya dalam hal menjaga hubungan harmonis antar keluarga, meski pilihan pasangan hidup sendiri telah berubah.
3. Perbandingan dengan Teori Preferensi Pemilihan Pasangan
Hasil penelitian dapat dikaitkan dengan teori-teori preferensi pemilihan pasangan yang ada. Penelitian Buss (1985) menunjukkan adanya perbedaan preferensi antara laki-laki dan perempuan, namun penelitian ini menunjukkan bahwa preferensi mahasiswa Karo, baik laki-laki maupun perempuan, lebih didominasi oleh faktor-faktor pribadi daripada faktor-faktor fisik atau ekonomi. Penelitian juga merujuk pada dimensi preferensi pemilihan pasangan menurut Shackelford, Schmitt, dan Buss (2005), yang meliputi 'love vs status resource', 'depenable/stabel vs good looks/health', dan 'socialbility vs similar religion'. Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Karo lebih cenderung memenuhi dimensi 'love vs status resource', menekankan pentingnya cinta dalam memilih pasangan. Dimensi 'education/intelligence vs desire for home/children' tampaknya kurang berpengaruh pada preferensi mahasiswa Karo, mengingat karakteristik 'ingin memiliki anak' diperingkat sebagai yang kurang disukai.
IV.Kesimpulan dan Saran
Kesimpulannya, preferensi pemilihan pasangan mahasiswa Karo di USU berada di kategori sedang, menunjukkan pergeseran dari tradisi pernikahan ideal. Faktor-faktor pribadi seperti kebaikan dan pengertian lebih diutamakan daripada kepatuhan pada adat istiadat Karo. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggali lebih dalam preferensi pemilihan pasangan dengan mempertimbangkan aspek budaya Karo secara lebih komprehensif. Saran praktis adalah memberikan pemahaman kepada generasi muda tentang keseimbangan antara nilai-nilai modern dan tradisi dalam memilih pasangan.
1. Kesimpulan Utama Penelitian Preferensi Pemilihan Pasangan
Kesimpulan utama penelitian ini adalah preferensi pemilihan pasangan pada mahasiswa Karo di Universitas Sumatera Utara berada pada kategori sedang. Sebanyak 71 dari 132 responden termasuk dalam kategori ini. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor budaya, khususnya tradisi pernikahan ideal dalam masyarakat Karo, tidak lagi menjadi penentu utama dalam pilihan pasangan. Mahasiswa Karo cenderung mengutamakan karakteristik pribadi seperti kebaikan dan pengertian, sementara karakteristik seperti 'santai' kurang disukai. Temuan ini memiliki implikasi penting dalam memahami bagaimana tradisi dan modernitas berinteraksi dalam membentuk nilai dan pilihan hidup generasi muda Karo. Meskipun penelitian menunjukkan adanya preferensi sedang, penelitian tambahan yang mempertimbangkan faktor demografis menunjukkan adanya variasi dalam preferensi pemilihan pasangan. Hal ini menunjukkan bahwa generalisasi harus dilakukan secara hati-hati.
2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya tentang Preferensi Pemilihan Pasangan
Penelitian ini menyarankan agar penelitian selanjutnya menggali lebih dalam tentang preferensi pemilihan pasangan mahasiswa Karo dengan mempertimbangkan aspek budaya Karo secara lebih komprehensif. Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih mengakomodasi nuansa budaya Karo agar lebih tepat sasaran. Penelitian ini hanya memberikan gambaran umum dan penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain untuk analisis yang lebih mendalam. Penelitian selanjutnya juga perlu mempertimbangkan metode pengambilan sampel yang lebih representatif daripada aksidental sampling yang digunakan dalam penelitian ini, untuk memastikan generalisasi hasil penelitian lebih kuat dan akurat. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, penelitian selanjutnya dapat menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif dan kaya tentang preferensi pemilihan pasangan dalam konteks budaya Karo.
3. Saran Praktis Terkait Preferensi Pemilihan Pasangan Generasi Muda
Penelitian ini memberikan masukan praktis bahwa generasi muda saat ini, khususnya mahasiswa Karo di USU, tidak lagi memprioritaskan budaya secara ketat dalam memilih pasangan. Cinta dan kesesuaian karakteristik pribadi menjadi hal yang lebih penting. Temuan ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi individu, keluarga, dan masyarakat dalam memahami dinamika perkawinan di era modern. Saran praktis lainnya adalah pentingnya menyeimbangkan nilai-nilai modern dan tradisi dalam proses pemilihan pasangan. Komunikasi yang terbuka dan saling pengertian antara generasi muda dan orang tua sangat diperlukan untuk mencapai keseimbangan tersebut. Penting juga untuk menyadari bahwa preferensi pemilihan pasangan bersifat individual dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks, sehingga pendekatan yang sensitif dan menghargai perbedaan sangatlah penting.