
Representasi Fanatisme Suporter Sepak Bola dalam Film 'Romeo Juliet'
Informasi dokumen
Penulis | Bagus Rio Yanuarto |
instructor | Nasrullah, S.Sos, M.Si. |
Sekolah | Universitas Muhammadiyah Malang |
Jurusan | Ilmu Komunikasi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Malang |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 365.26 KB |
- Fanatisme Suporter
- Analisis Semiotik
- Film Indonesia
Ringkasan
I.Latar Belakang Fanatisme Suporter Sepak Bola di Indonesia
Skripsi ini meneliti representasi fanatisme suporter sepak bola dalam film "Romeo Juliet" karya Andi Bachtiar Yusuf. Film ini dipilih karena merefleksikan realitas rivalitas suporter di Indonesia, khususnya antara The Jakmania (Persija Jakarta) dan Viking (Persib Bandung). Penelitian ini penting karena kekerasan suporter sepak bola di Indonesia sering terjadi, dan memahami representasinya dalam media massa seperti film dapat membantu menganalisis akar permasalahan fanatisme suporter yang berlebihan.
1. Popularitas Sepak Bola dan Fenomena Suporter di Indonesia
Sepak bola merupakan olahraga sangat populer di Indonesia, menciptakan fenomena 'republik suporter'. Hampir semua klub liga memiliki kelompok suporter sendiri, bahkan beberapa klub memiliki lebih dari satu kelompok. Contohnya, PSIS Semarang dengan SNEX dan Panser Biru, serta Persib Bandung dengan Viking dan Bobotoh. Antusiasme ini terlihat jelas saat Timnas Indonesia bertanding, dengan berbagai atribut suporter memenuhi stadion, seperti Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Walaupun demikian, sejak Piala Asia 2007, dinamika fanatisme suporter mengalami perubahan signifikan. Suporter bukan hanya sekadar penonton, tetapi merupakan bagian tak terpisahkan dari sepak bola. Mereka memberikan semangat bagi pemain, dan menjadi saksi pencapaian di lapangan. Lebih dari itu, suporter merupakan sumber pendapatan utama klub, melalui pembelian tiket dan suvenir.
2. Fanatisme Suporter dalam Film Romeo Juliet
Skripsi ini memilih film "Romeo Juliet" karya Andi Bachtiar Yusuf sebagai objek penelitian karena mengangkat tema fanatisme suporter sepak bola, suatu isu kontroversial yang menarik untuk diteliti. Film ini mencerminkan realitas sosial di Indonesia. Cerita berpusat pada Rangga (Jakmania) dan Desi (Lady Vikers), yang jatuh cinta di tengah bentrokan antar suporter. Kisah ini menggambarkan konsekuensi dari fanatisme yang berlebihan, memperlihatkan bagaimana fanatisme dapat memicu konflik dan penolakan sosial. Penelitian ini akan menelaah bagaimana film tersebut merepresentasikan fanatisme dan rivalitas antar suporter, khususnya antara Jakmania dan Viking. Pilihan film ini didasari karena film-film bertema sepak bola di Indonesia cukup banyak dan film ini dianggap merepresentasikan realita yang terjadi.
3. Rivalitas The Jakmania dan Viking Sebuah Kasus Studi
Rivalitas antara The Jakmania (Persija Jakarta) dan Viking (Persib Bandung) menjadi fokus penelitian. Meskipun asal usul permusuhan tak jelas, insiden-insiden di luar lapangan memicu dan memperbesar rivalitas tersebut. Contohnya, duel Liga Indonesia musim 2000 di kandang Persib dan pembalasan pendukung Persija di acara kuis televisi tahun 2002. Sebuah insiden di Stadion Siliwangi Bandung, dimana ketidaksediaan tiket memicu bentrokan antara The Jakmania dan Viking, semakin memperkeruh hubungan kedua kelompok suporter ini. Kemudian, peristiwa di bulan Mei 2012 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, dimana tiga orang tewas akibat sweeping yang dilakukan The Jakmania, menunjukkan tingkat kekerasan yang ekstrem. Jarak geografis yang relatif dekat antara Jakarta dan Bandung (sekitar 143 km) juga menjadi faktor yang memperparah rivalitas ini, seperti yang dijelaskan dalam buku "My Neighbor, My Enemy".
4. Definisi Fanatisme dan Dampaknya
Fanatisme didefinisikan sebagai pengagungan suatu paham (politik, agama, budaya, dsb) secara berlebihan, seringkali berujung pada konflik serius. Dalam konteks sepak bola, fanatisme dapat melampaui fanatisme di bidang olahraga lain. Sepak bola mampu memobilisasi ribuan orang ke stadion. Fanatisme juga dapat dimaknai sebagai kesenangan yang berlebihan (tergila-gila). Rasisme dalam konteks suporter tidak hanya merujuk pada pandangan negatif terhadap etnis tertentu, tetapi juga mencakup nyanyian yang merendahkan suporter lain. Permusuhan antar suporter di Indonesia merupakan budaya yang perlu dihentikan, karena menimbulkan kerugian bagi semua pihak. Sejarah PSSI dan upaya Soeratin melawan kebijakan pemerintah Belanda juga ikut membentuk konteks perkembangan sepak bola dan suporter di Indonesia.
5. Perkembangan Budaya Suporter di Indonesia
Awalnya, dukungan suporter bersifat tradisional, hanya duduk di tribun dan bersorak. Namun, tahun 1986, suporter Persebaya Surabaya datang ke Senayan (GBK) dengan atribut tim lengkap, mengubah warna tribun menjadi hijau. Ini menandai awal tradisi baru dalam dunia suporter Indonesia. Persebaya dan suporternya menjadi titik balik perubahan perilaku suporter, dengan perjalanan jauh dan jumlah besar yang memenuhi stadion lawan. Perkembangan ini menunjukkan pergeseran dari dukungan tradisional menjadi dukungan yang lebih ekspresif dan terorganisir, namun juga membawa potensi konflik dan kekerasan.
II.Metodologi Penelitian Analisis Semiotik Film
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotik. Analisis semiotik dipilih karena film, sebagai media visual, kaya akan tanda dan simbol yang perlu diuraikan untuk memahami makna tersirat di balik representasi fanatisme suporter. Penelitian akan menganalisis berbagai kode visual dan naratif dalam film, termasuk kostum, perilaku, dialog, dan penggunaan kamera, untuk mengungkap bagaimana film tersebut mengkonstruksi dan merepresentasikan fanatisme suporter sepak bola.
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotik untuk mengkaji representasi fanatisme suporter sepak bola dalam film "Romeo Juliet". Pilihan metode ini didasarkan pada pemahaman bahwa film, sebagai media audiovisual, sarat dengan tanda dan simbol yang memerlukan analisis mendalam untuk mengungkap makna tersirat. Analisis semiotik dianggap tepat karena mampu menguraikan tanda-tanda dalam film untuk memahami pesan yang ingin disampaikan, melebihi deskripsi isi yang tampak saja. Peneliti ingin mengungkap makna tersembunyi dalam film yang mungkin tidak mudah dipahami dengan cara lain. Oleh karena itu, judul penelitian difokuskan pada 'Representasi Fanatisme Suporter Sepak Bola dalam Film (Analisis Semiotik pada Film Romeo Juliet karya Andi Bachtiar Yusuf)'.
2. Analisis Semiotik dan Kode Kode dalam Film
Metode analisis semiotik digunakan untuk menguraikan tanda-tanda dalam film "Romeo Juliet". Penelitian ini mengacu pada teori kode-kode televisi oleh John Fiske. Kode-kode yang akan dianalisis meliputi kostum (dress), perilaku (behavior), penggunaan kamera (camera), dan dialog (dialogue). Peneliti berpendapat kode-kode ini dapat mengungkapkan representasi fanatisme suporter sepak bola dalam film. Selain kode-kode tersebut, level analisis juga akan mencakup aspek ideologis, meliputi naratif, konflik, karakter, dialog, latar, dan pemeran. Dari kode-kode sosial tersebut, peneliti memilih kostum, gerakan, kamera, dan dialog untuk dianalisis lebih lanjut karena dianggap mampu menunjukkan representasi fanatisme suporter sepak bola yang ingin diteliti.
3. Data dan Teknik Analisis
Data yang dianalisis meliputi gambar-gambar visual dan percakapan dalam film "Romeo Juliet". Data ini kemudian dianalisis menggunakan beberapa level analisis 'The Codes of Television' karya John Fiske. Level-level analisis dan kode sosial yang digunakan meliputi kostum, perilaku, kamera, dan dialog. Peneliti memilih metode ini karena menganggapnya paling tepat untuk penelitian ini yang akan banyak melakukan pengamatan dan analisis terhadap tanda-tanda dan kode-kode dalam film. Semiotika dipilih karena mampu menganalisis gambar gerak (moving image), sesuai dengan bentuk media yang diteliti, yaitu film.
III.Tinjauan Pustaka Film sebagai Media Massa dan Kekerasan Suporter
Bagian ini membahas film sebagai media massa yang berpengaruh, serta sejarah dan fenomena kekerasan suporter sepak bola di Indonesia. Disebutkan pula bagaimana fanatisme dapat memicu konflik, seperti perseteruan antara The Jakmania dan Viking, yang berakar pada insiden-insiden di masa lalu dan diperparah oleh jarak geografis yang relatif dekat antara Jakarta dan Bandung. Tinjauan pustaka juga akan membahas teori semiotik dan konsep-konsep kunci yang relevan dengan penelitian, seperti oposisi biner dan sistem tanda.
1. Film sebagai Media Komunikasi Massa
Tinjauan pustaka membahas peran film sebagai media komunikasi massa yang berpengaruh. Mengutip Oey Hong Lee (1965:40) dalam buku Alex Sobur, film sebagai alat komunikasi massa kedua yang muncul di dunia, mengalami pertumbuhan pesat pada akhir abad ke-19. Keunggulan film terletak pada kemudahannya menjadi alat komunikasi sejati karena tidak terhambat oleh unsur-unsur teknis, politik, ekonomi, sosial, dan demografis yang menghambat perkembangan surat kabar pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Film memiliki kemampuan menjangkau banyak segmen sosial, sehingga mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi khalayak (Alex Sobur, 2003:127). Film Romeo Juliet, sebagai film cerita panjang dengan alur jelas dan pesan yang ingin disampaikan sutradara, akan dianalisis sebagai bentuk komunikasi massa yang dikelola sebagai komoditi, mempertimbangkan kepentingan komersial dan khalayak.
2. Kekerasan Suporter Sepak Bola di Indonesia
Bagian ini menelaah fenomena kekerasan suporter sepak bola di Indonesia, yang seringkali mewarnai olahraga populer ini. Sepak bola seharusnya menanamkan fair play, tetapi justru seringkali mengakibatkan kematian suporter. Rivalitas antara The Jakmania (Persija Jakarta) dan Viking (Persib Bandung) dibahas sebagai studi kasus. Meskipun asal-usul permusuhan tidak jelas, insiden-insiden seperti duel Liga Indonesia musim 2000 di kandang Persib dan pembalasan di acara kuis televisi tahun 2002, memicu dendam yang berkepanjangan. Insiden di Stadion Siliwangi Bandung terkait masalah tiket, dan peristiwa di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta pada Mei 2012 yang menyebabkan tiga kematian, menunjukkan eskalasi kekerasan. Jarak geografis yang dekat antara Jakarta dan Bandung juga dianggap sebagai faktor pemicu konflik antar kelompok suporter ini, mengacu pada konsep 'My Neighbor, My Enemy' dalam media online Republika (31 Mei 2012).
IV.Kesimpulan Pendahuluan Mempelajari Fanatisme Suporter lewat Film Romeo Juliet
Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana film "Romeo Juliet" merepresentasikan fanatisme suporter sepak bola di Indonesia. Dengan menggunakan analisis semiotik, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena fanatisme suporter dan dampaknya, khususnya dalam konteks kekerasan suporter sepak bola dan budaya suporter di Indonesia. Film "Romeo Juliet" yang disutradarai Andi Bachtiar Yusuf menjadi fokus analisis untuk meneliti representasi fanatisme suporter dalam konteks budaya Indonesia.
1. Tujuan Penelitian dan Film Romeo Juliet
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis representasi fanatisme suporter sepak bola dalam film "Romeo Juliet" karya Andi Bachtiar Yusuf. Film ini dipilih karena dianggap merepresentasikan realitas sosial di Indonesia, khususnya mengenai perseteruan antar kelompok suporter yang fanatik. Penelitian ini didorong oleh tingginya angka kekerasan yang terjadi akibat fanatisme suporter sepak bola di Indonesia. Dengan menggunakan metode analisis semiotik, peneliti berharap dapat menguraikan tanda-tanda dalam film untuk memahami makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara, sekaligus memberikan kontribusi terhadap pemahaman yang lebih luas mengenai fenomena fanatisme suporter sepak bola di Indonesia.
2. Pentingnya Memahami Representasi Fanatisme
Penelitian ini menekankan pentingnya memahami bagaimana fanatisme suporter direpresentasikan dalam media massa, khususnya film. Tidak semua pesan dalam film mudah dipahami secara langsung, sehingga dibutuhkan metode analisis yang tepat untuk mengungkap makna tersirat. Peneliti berargumen bahwa film, sebagai representasi realitas, dapat membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi, dan ideologi kebudayaan. Dengan demikian, analisis semiotik dipilih untuk mengungkap bagaimana film "Romeo Juliet" menggambarkan dan mengkonstruksi fanatisme suporter sepak bola, mempertimbangkan berbagai aspek seperti kostum, perilaku, dan dialog para pemain.