
Pola Komunikasi Komunitas Underground dalam Membangun Hubungan Antar Organisasi
Informasi dokumen
Penulis | Johan Dwi Saputro |
instructor/editor | Drs. Joko Susilo M.Si |
school/university | Universitas Muhammadiyah Malang |
subject/major | Ilmu Komunikasi |
Jenis dokumen | Skripsi |
city where the document was published | Malang |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 331.25 KB |
- komunikasi komunitas
- penelitian sosial
- hubungan antar organisasi
Ringkasan
I.Latar Belakang Masalah Pola Komunikasi Komunitas Underground di Tulungagung
Skripsi ini meneliti pola komunikasi dalam membangun hubungan antar organisasi di komunitas underground di Tulungagung. Fokus penelitian adalah dua komunitas: Ngunut Bangkit dan TSK (Tulungagung Satu Kekuatan). Penelitian ini bersifat kasuistik, sehingga kesimpulan tidak dapat digeneralisasi. Meskipun terdapat ketidakselarasan dan kesalahpahaman antar komunitas, kedua organisasi tetap mempertahankan keharmonisan. Keberhasilan kedua komunitas ini dalam mempertahankan eksistensi di tengah banyaknya komunitas lain yang bubar menjadi motivasi penelitian ini. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana komunikasi antar komunitas underground ini terjalin dan upaya mereka mempertahankan keberadaan organisasi.
1. Komunikasi dan Hambatannya
Bagian ini menjabarkan definisi komunikasi sebagai proses penyampaian ide dan pesan untuk mempengaruhi pihak lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun verbal, dan kegagalan berkomunikasi sering disebabkan oleh hambatan dalam prosesnya. Dalam komunikasi antar komunitas, fungsi komunikasi menjadi jembatan atas perbedaan yang ada, dengan pesan-pesan yang dipertukarkan untuk menghasilkan makna yang sama. Iklim komunikasi dalam sebuah organisasi, termasuk komunitas formal maupun non-formal, dipengaruhi oleh cara seseorang bereaksi terhadap aspek organisasi, meliputi persepsi, harapan, konflik antar personal, dan kesempatan pertumbuhan organisasi. Proses komunikasi yang tak terhindarkan ini juga terjadi dalam organisasi dan antar komunitas underground.
2. Karakteristik Komunitas Underground
Bagian ini menjelaskan makna komunitas underground, menekankan pada idealisme, persatuan (equality), dan persaudaraan (unity). Komunitas underground memiliki kecenderungan kebersamaan yang kuat, tercipta karena kecintaan terhadap musik underground. Solidaritas tinggi dan hubungan sosial yang erat menjadi ciri khas mereka. Makna underground sering disalahartikan sebagai band-band dengan lagu-lagu keras, padahal inti dari underground adalah semangat idealisme musik. Meskipun banyak band underground yang beralih ke major label, idealisme musik tetap menjadi hal penting yang membedakan mereka.
3. Pola Komunikasi dan Fenomena di Ngunut Bangkit dan TSK
Bagian ini membahas pola komunikasi dalam organisasi komunitas underground. Pengembangan komunitas membutuhkan peningkatan komunikasi internal untuk mengeluarkan ide demi kemajuan organisasi. Penelitian ini terinspirasi dari fenomena ketidakselarasan, kesalahpahaman, dan ketidakkompakan yang sering terjadi di antara komunitas Ngunut Bangkit dan TSK di Tulungagung, tetapi kedua komunitas tetap harmonis. Keberadaan kedua komunitas di Tulungagung yang masih bertahan, berbeda dengan banyak komunitas lain yang bubar dalam waktu singkat, menjadi daya tarik untuk diteliti. Keharmonisan hubungan dalam organisasi sangat penting untuk kelancaran komunikasi, dan Ngunut Bangkit dan TSK memiliki cara tertentu untuk tetap bertahan.
4. Permasalahan dan Rumusan Masalah
Bagian ini menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses transfer informasi dari komunikator ke komunikan dengan tujuan saling pengertian, melalui umpan balik. Proses komunikasi melibatkan beberapa unsur, seperti sumber, pesan, media, penerima, pengaruh, tanggapan balik, dan lingkungan. Efektivitas komunikasi bergantung pada keselarasan proses penyandian dan pengawasan sandi antara komunikator dan komunikan. Keberadaan pola komunikasi formal dan informal dalam organisasi, serta jaringan komunikasi seperti rantai, roda, dan lingkaran, juga dibahas sebagai landasan teori. Penelitian ini ingin mengetahui pola komunikasi yang digunakan oleh Ngunut Bangkit dan TSK di Tulungagung serta upaya mereka mempertahankan eksistensi, yang mengarah pada judul skripsi: Pola komunikasi komunitas underground dalam membangun hubungan antar organisasi (Studi pada Komunitas Underground Ngunut Bangkit dan TSK (Tulungagung Satu Kekuatan)).
II.Tujuan Penelitian Mengungkap Strategi Komunikasi Komunitas Underground
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkap pola komunikasi yang digunakan oleh komunitas underground Ngunut Bangkit dan TSK dalam membangun hubungan antar organisasi. Penelitian juga bertujuan memahami upaya mereka dalam mempertahankan eksistensi. Penelitian akan meneliti bagaimana efisiensi dan efektivitas komunikasi mereka, serta bagaimana tujuan komunikasi (memastikan pemahaman, membangun penerimaan, dan memotivasi tindakan) dicapai dalam konteks komunitas underground di Tulungagung.
1. Tujuan Utama Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkap pola komunikasi yang digunakan oleh komunitas underground Ngunut Bangkit dan TSK (Tulungagung Satu Kekuatan) dalam membangun hubungan antar organisasi. Penelitian ini ingin memahami bagaimana strategi komunikasi mereka berkontribusi pada keberhasilan kedua komunitas tersebut dalam mempertahankan eksistensi di tengah persaingan komunitas lain. Dengan memahami pola komunikasi mereka, diharapkan dapat diidentifikasi faktor-faktor kunci yang mendukung keberlangsungan kedua komunitas underground tersebut di Tulungagung. Penelitian ini akan menelaah lebih dalam bagaimana komunikasi efektif dijalankan dalam konteks komunitas underground yang dinamis dan unik.
2. Tujuan Pendukung Penelitian
Selain tujuan utama, penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh Ngunut Bangkit dan TSK dalam mempertahankan keberadaannya. Penelitian akan menganalisis bagaimana efisiensi dan efektivitas strategi komunikasi mereka dalam mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek komunikasi seperti penyampaian pesan, umpan balik, dan pengaruhnya terhadap perilaku anggota komunitas akan menjadi fokus analisis. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya berfokus pada deskripsi pola komunikasi, tetapi juga pada implikasi dan dampaknya terhadap keberhasilan organisasi. Penelitian juga akan menelaah bagaimana tujuan komunikasi, seperti yang dijelaskan oleh Effendy (2003) yaitu to secure understanding, to establish acceptance, dan to motivate action, dicapai dalam konteks kedua komunitas underground di Tulungagung.
3. Kontribusi Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa informasi baru tentang komunikasi komunitas underground dalam membangun hubungan antar organisasi. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk membangun wawasan berfikir di bidang komunikasi dan upaya peningkatan komunikasi antar komunitas yang lebih baik. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan pemahaman tentang kasus spesifik di Tulungagung, tetapi juga berpotensi untuk memberikan kontribusi teoritis dan praktis bagi studi komunikasi komunitas pada umumnya. Studi ini juga dapat menjadi acuan bagi penelitian lebih lanjut terkait strategi komunikasi yang efektif dalam konteks organisasi non-formal dan komunitas yang spesifik seperti komunitas underground.
III.Kerangka Teori Teori Pertukaran Sosial dalam Komunitas Underground
Penelitian ini menggunakan teori pertukaran sosial sebagai kerangka teoritis. Teori ini akan digunakan untuk menganalisis bagaimana kontribusi dan penghargaan dalam hubungan antar organisasi komunitas underground di Tulungagung mempengaruhi keberlanjutan hubungan tersebut. Penelitian akan meneliti apakah pola pertukaran langsung atau tidak langsung yang diterapkan, dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan tingkat integrasi sosial dan perkembangan moral dalam komunitas.
1. Landasan Teori Pertukaran Sosial
Penelitian ini menggunakan teori pertukaran sosial sebagai kerangka teoritis untuk menganalisis hubungan antar organisasi dalam komunitas underground. Teori ini memandang hubungan antar individu atau kelompok sebagai pertukaran sumber daya, baik berupa penghargaan maupun pengorbanan. Keberlanjutan hubungan ditentukan oleh persepsi masing-masing pihak terhadap rasio penghargaan dan pengorbanan. Jika penghargaan lebih besar dari pengorbanan, hubungan cenderung bertahan, sebaliknya jika pengorbanan lebih besar, hubungan mungkin melemah. Namun, persepsi penghargaan dan pengorbanan bisa berbeda antara individu, sehingga analisis akan memperhatikan sudut pandang masing-masing komunitas.
2. Pertukaran Langsung dan Tidak Langsung
Teori pertukaran sosial juga membedakan antara pertukaran langsung dan tidak langsung. Pertukaran langsung terjadi ketika keuntungan yang diberikan langsung dibalas oleh pihak lain. Sementara pertukaran tidak langsung melibatkan kontribusi tanpa mengharapkan balasan langsung, tetapi keuntungan akan diterima di kemudian hari atau secara kolektif. Sistem pertukaran tidak langsung memerlukan tingkat perkembangan moral yang tinggi, dimana anggota komunitas rela berkontribusi tanpa memperhitungkan keuntungan pribadi secara langsung. Penelitian akan meneliti tipe pertukaran mana yang dominan dalam hubungan antar organisasi komunitas underground di Tulungagung dan dampaknya terhadap keberlanjutan hubungan tersebut.
3. Implikasi Teori Pertukaran Sosial bagi Hubungan Antar Komunitas
Teori pertukaran sosial menelaah bagaimana kontribusi seseorang dalam suatu hubungan memengaruhi kontribusi orang lain. Dengan mempertimbangkan konsekuensi, ganjaran, dan upaya yang dilakukan, individu memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan. Pandangan ini juga melihat hubungan sebagai interaksi timbal balik (reciprocal) antara perilaku dan lingkungan. Dalam konteks komunitas underground Ngunut Bangkit dan TSK, teori ini akan digunakan untuk menjelaskan bagaimana pertukaran sumber daya, baik berupa informasi, dukungan, atau kerjasama, mempengaruhi hubungan antar kedua organisasi. Inti teori ini, yaitu hubungan bisa diteruskan atau dihentikan berdasarkan perhitungan keuntungan yang diperoleh, akan dikaji untuk memahami dinamika hubungan antar kedua komunitas tersebut di Tulungagung.
IV.Metodologi Penelitian Studi Kasus di Komunitas Underground Tulungagung
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan teknik proposive sampling. Sampel penelitian adalah anggota aktif dari Ngunut Bangkit dan TSK. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi (foto, agenda kegiatan). Untuk keabsahan data, digunakan teknik triangulasi.
1. Jenis Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study) dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling dipilih karena memungkinkan peneliti untuk memilih informan yang dianggap paling relevan dan memiliki pengetahuan mendalam tentang permasalahan yang diteliti, yaitu pola komunikasi dalam komunitas underground di Tulungagung. Kriteria informan adalah anggota aktif dari komunitas Ngunut Bangkit dan TSK (Tulungagung Satu Kekuatan). Penelitian bersifat kasuistik, artinya fokus pada kasus spesifik dan tidak bertujuan untuk generalisasi hasil temuan pada populasi yang lebih luas. Hal ini perlu diingat karena kesimpulan penelitian hanya berlaku pada konteks kedua komunitas tersebut di Tulungagung.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan informan terpilih untuk menggali informasi mendalam tentang pola komunikasi dan hubungan antar organisasi dalam komunitas underground Ngunut Bangkit dan TSK. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pendukung, seperti foto-foto kegiatan, agenda kegiatan, dan dokumen-dokumen lain yang relevan. Data-data tersebut akan melengkapi data kualitatif dari wawancara dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai dinamika komunikasi di dalam kedua komunitas tersebut di Tulungagung. Teknik dokumentasi ini bertujuan untuk mendukung dan memperkuat data yang diperoleh dari wawancara.
3. Teknik Analisis Data
Meskipun teks tidak secara eksplisit menjelaskan teknik analisis data secara detail, dapat diimplikasikan bahwa analisis data bersifat kualitatif mengingat jenis penelitian yang digunakan yaitu studi kasus. Data dari wawancara dan dokumentasi akan dianalisis secara tematik untuk mengidentifikasi pola komunikasi dan hubungan antar organisasi dalam komunitas underground Ngunut Bangkit dan TSK di Tulungagung. Analisis ini bertujuan untuk mengungkap strategi komunikasi yang digunakan dan bagaimana strategi tersebut berpengaruh terhadap keberlangsungan dan keharmonisan kedua komunitas. Penyajian data akan dilakukan dalam bentuk naratif yang memadukan informasi dari wawancara dan dokumentasi agar mudah dipahami.
4. Uji Keabsahan Data
Untuk memastikan keabsahan (trustworthiness) data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini, triangulasi digunakan untuk memvalidasi data yang diperoleh dari wawancara dengan membandingkannya dengan data dokumentasi. Dengan demikian, kebenaran data akan lebih terjamin dan mengurangi bias dari satu sumber data saja. Teknik triangulasi ini penting dalam penelitian kualitatif untuk meningkatkan kredibilitas dan keabsahan temuan penelitian.
V.Definisi Konseptual Memahami Komunitas Underground
Skripsi ini mendefinisikan komunitas underground sebagai kelompok pecinta musik tertentu yang bergerak secara terselubung. Kata underground dimaknai sebagai idealisme, persatuan, dan persaudaraan. Namun, persepsi underground juga seringkali salah diartikan, sehingga perlu dipahami konteksnya dalam penelitian ini. Komunitas ini memiliki ciri-ciri tertentu, seperti solidaritas yang tinggi, ikatan yang kuat, dan semangat militansi dalam mengekspresikan idealisme musik mereka.
1. Definisi Komunitas Underground
Dalam penelitian ini, komunitas underground didefinisikan sebagai sekumpulan pecinta musik yang terselubung dan bergerak secara bergerilya. Mereka memiliki ikatan yang kuat, solidaritas tinggi, dan semangat militansi dalam mencari ruang ekspresi. Makna underground meliputi idealisme, persatuan kekuatan, dan persaudaraan, yaitu penghargaan dan penghormatan hak orang lain untuk hidup bebas dan berkarya. Namun, perlu diingat bahwa istilah underground sering disalahartikan, terutama oleh musisi dan masyarakat awam, sebagai band-band dengan lagu-lagu keras. Padahal, bagi komunitas ini, yang terpenting adalah semangat dalam menyuarakan idealisme musik mereka, terlepas dari status mereka (indie atau major label). Perbedaan persepsi ini penting untuk dipahami dalam konteks penelitian.
2. Perbedaan Persepsi Underground
Teks menjelaskan adanya perbedaan persepsi terhadap istilah 'underground'. Sebagian musisi dan masyarakat awam menyamakan 'underground' dengan band-band yang memainkan musik keras. Namun, bagi komunitas yang diteliti, makna underground lebih luas, mencakup idealisme, persatuan, dan persaudaraan. Banyak band yang sekarang berada di bawah naungan major label, asalnya adalah band indie, sebuah transformasi yang tidak selalu bertentangan dengan semangat underground. Esensi 'underground' bagi komunitas ini adalah semangat idealisme musik yang tidak boleh dilupakan, bukan sekadar genre musik tertentu. Contoh yang diberikan adalah perbandingan lagu dari Nirvana, Metallica, dan Korn yang meskipun memiliki karakteristik suara keras yang sama, tetap memiliki perbedaan yang signifikan dalam idealisme musik masing-masing.
3. Definisi Konseptual Pola Komunikasi
Definisi konseptual pola komunikasi dalam penelitian ini merujuk pada batasan pengertian yang diberikan peneliti terhadap variabel pola komunikasi yang dilakukan oleh komunitas underground Ngunut Bangkit dan TSK (Tulungagung Satu Kekuatan) dalam membangun hubungan antar organisasi. Dengan adanya definisi konseptual ini, perbedaan penafsiran terhadap variabel pola komunikasi antara peneliti dan pembaca dapat dihindari. Hal ini penting untuk memastikan konsistensi pemahaman dan interpretasi temuan penelitian. Definisi ini akan menjadi acuan dalam analisis data dan penarikan kesimpulan penelitian.