Perubahan Politik Global dan Isu Lingkungan Hidup Pasca Perang Dingin

Perubahan Politik Global dan Isu Lingkungan Hidup Pasca Perang Dingin

Informasi dokumen

Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 189.81 KB
Jurusan Hubungan Internasional
Jenis dokumen Makalah
  • Perkembangan Politik Global
  • Isu Lingkungan Hidup
  • Keamanan Non-Tradisional

Ringkasan

I.Latar Belakang Dampak Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Emisi Karbon Global

Skripsi ini meneliti dampak perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terhadap emisi karbon global. Meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa telah mendorong ekspansi industri ini, yang sayangnya diiringi oleh deforestasi masif melalui pembakaran hutan. Indonesia, sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia, menjadi penyumbang signifikan emisi karbon global, menempati peringkat ketiga setelah AS dan China. Peristiwa lingkungan seperti kecelakaan nuklir Chernobyl dan Three Mile Island, serta insiden Bhopal, telah meningkatkan kesadaran akan isu lingkungan, yang kini termasuk dalam kategori keamanan non-tradisional dalam kajian Hubungan Internasional. Deforestasi akibat perkebunan kelapa sawit menyebabkan kerusakan lingkungan yang luas, termasuk peningkatan risiko bencana alam akibat perubahan iklim dan pemanasan global.

1. Perubahan Politik Global dan Isu Keamanan Non Tradisional

Bagian ini membahas evolusi politik global pasca Perang Dingin, menandai munculnya isu-isu keamanan non-tradisional. Kerusakan lingkungan, bencana alam, dan terorisme menjadi sorotan utama, berbeda dengan fokus keamanan tradisional sebelumnya. Perubahan signifikan dalam politik internasional ditandai dengan munculnya isu-isu global non-militer yang melintasi batas negara dan mengganggu keamanan internasional, seperti isu lingkungan hidup. Kekhawatiran akan kerusakan lingkungan sebenarnya sudah ada sejak masa Perang Dingin, diperkuat oleh peristiwa-peristiwa seperti kecelakaan reaktor nuklir di Three Mile Island (AS, 1979), Chernobyl (Ukraina, 1986), dan kebocoran gas di Bhopal (India, 1984). Ketiga peristiwa ini menunjukkan dampak lingkungan yang besar dan berpengaruh kuat pada masyarakat dan negara. Banyak negara, baik maju maupun berkembang, merespon dengan merumuskan kembali kebijakan luar negeri dan strategi diplomasi untuk memasukkan isu lingkungan hidup sebagai isu utama internasional, sejajar dengan isu keamanan, ekonomi, dan politik. Meningkatnya emisi karbon, penipisan ozon, pemanasan global, dan perubahan iklim menjadi isu lingkungan global yang sangat berpengaruh pada peta politik dan keamanan global, menekan negara-negara untuk melaksanakan komitmen perlindungan lingkungan.

2. Deforestasi di Indonesia dan Perkebunan Kelapa Sawit

Indonesia menghadapi permasalahan lingkungan utama berupa deforestasi yang sangat cepat, terutama antara tahun 1990-2009. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dengan cara membakar hutan menjadi penyebab utama kerusakan hutan tropis. Perkembangan industri perkebunan kelapa sawit didorong oleh tingginya permintaan bahan baku dari negara-negara industri di Eropa dan Amerika Serikat untuk makanan, kosmetik, dan energi alternatif. Kondisi geografis Indonesia yang mendukung dan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan industri ini telah menjadikan Indonesia produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia, setelah Malaysia. Namun, praktik pembukaan lahan dengan membakar hutan telah menjadikan Indonesia sebagai penyumbang emisi karbon global yang signifikan, menempati peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan China. Pembakaran hutan secara massal dalam perluasan perkebunan kelapa sawit menghasilkan emisi karbon yang berpotensi meningkatkan intensitas bencana alam akibat pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia dan Malaysia mendominasi produksi minyak kelapa sawit dunia. Perluasan perkebunan kelapa sawit mengakibatkan eksploitasi hutan tropis yang semakin meningkat setiap tahunnya, dengan kerusakan hutan mencapai dua juta hektar per tahun. Metode pembukaan lahan dengan pembakaran hutan menyebabkan polusi udara, dan pencabutan akar pohon mengakibatkan daya ikat tanah berkurang sehingga daya serap air menurun dan meningkatkan risiko bencana alam.

3. Kerusakan Lingkungan dan Perspektif Keamanan Non Tradisional

Kerusakan lingkungan menimbulkan perubahan perspektif keamanan dalam kajian Hubungan Internasional. Ancaman terhadap keamanan manusia dan lingkungan bersifat non-militer, diklasifikasikan sebagai keamanan non-tradisional. Deforestasi akibat perluasan perkebunan kelapa sawit menjadi masalah utama dalam kelestarian lingkungan. Tingkat kerusakan hutan akibat pembukaan lahan perkebunan mencapai angka yang mengkhawatirkan. Pemanasan global dan perubahan iklim global juga dikaitkan dengan eksploitasi alam, termasuk pembukaan hutan dengan cara pembakaran yang meningkatkan emisi karbon. Intensitas pemanasan global dan perubahan iklim dipengaruhi oleh emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil dan aktivitas industri. Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2006-2010, menjadikan Indonesia produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Meskipun memberikan kontribusi signifikan pada perekonomian, industri ini juga menimbulkan masalah kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan.

II.Rumusan Masalah dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pertanyaan: Bagaimana dampak perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terhadap tingkat emisi karbon dunia? Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi teoritis pada pemahaman tentang emisi karbon dan perubahan iklim, serta manfaat praktis berupa masukan bagi penelitian selanjutnya dan kebijakan terkait pengelolaan lingkungan di Indonesia.

1. Rumusan Masalah Dampak Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Emisi Karbon

Bagian ini merumuskan permasalahan inti penelitian. Berangkat dari latar belakang mengenai dampak perluasan perkebunan kelapa sawit sebagai salah satu penyumbang emisi karbon dan potensinya terhadap peningkatan aktivitas perubahan iklim, rumusan masalahnya difokuskan pada dampak perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terhadap tingkat emisi karbon dunia. Pertanyaan penelitian yang diajukan secara spesifik adalah bagaimana dampak perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terhadap tingkat emisi karbon dunia? Hal ini menekankan hubungan langsung antara ekspansi perkebunan kelapa sawit, praktik pembukaan lahan yang seringkali melibatkan pembakaran hutan, dan peningkatan emisi karbon global. Proses industri minyak kelapa sawit dan pembakaran hutan dalam konteks perluasan perkebunan tersebut secara langsung menghasilkan emisi karbon yang menjadi pemicu perubahan iklim global. Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam hubungan sebab-akibat antara perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan peningkatan emisi karbon global, memberikan analisis kuantitatif dan kualitatif atas dampaknya.

2. Manfaat Penelitian Kontribusi Teoritis dan Praktis

Bagian ini menjelaskan manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman dan kontribusi terhadap perkembangan pengetahuan tentang tingkat emisi karbon dunia. Penelitian ini akan memberikan data dan analisa empiris yang dapat memperkuat pemahaman tentang kontribusi perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terhadap peningkatan emisi karbon global, khususnya yang dipicu oleh pembakaran hutan dan proses industri minyak kelapa sawit. Sementara itu, manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan yang luas dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi sumber informasi serta acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang membahas isu serupa. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait lingkungan hidup, khususnya mengenai pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan yang ramah lingkungan dan mampu menekan emisi karbon. Penelitian ini menargetkan untuk menjadi referensi penting bagi pihak-pihak yang tertarik dengan isu lingkungan, emisi karbon, dan dampak perkebunan kelapa sawit.

III.Landasan Operasional Deforestasi Efek Rumah Kaca dan Perkebunan Kelapa Sawit

Penelitian ini mendefinisikan deforestasi sebagai konversi lahan hutan secara permanen untuk kepentingan lain. Efek rumah kaca dijelaskan sebagai fenomena terperangkapnya radiasi matahari di atmosfer oleh gas rumah kaca, seperti CO2, yang menyebabkan pemanasan global. Sejarah perkebunan kelapa sawit di Indonesia diuraikan, dimulai dari pengenalannya pada tahun 1848 hingga menjadi industri unggulan yang memberikan kontribusi signifikan pada perekonomian Indonesia, tetapi juga menimbulkan permasalahan lingkungan yang serius. Penelitian ini juga membahas penelitian sebelumnya, antara lain oleh Tony Kristianto Juwono mengenai dampak perubahan iklim global terhadap Indonesia dan Poppy Irawan mengenai kabut asap sebagai isu keamanan non-tradisional.

1. Deforestasi Hutan Definisi dan Dampaknya

Bagian ini mendefinisikan deforestasi sebagai penebangan tutupan hutan dan konversi lahan secara permanen untuk berbagai keperluan selain hutan. Definisi yang digunakan mengacu pada pedoman FAO dan pemerintah Indonesia, di mana lahan hutan yang ditebang habis, bahkan jika pohon-pohon berpotensi tumbuh kembali, tidak dianggap sebagai deforestasi selama belum dikonversi secara permanen untuk penggunaan non-hutan. Penggunaan citra penginderaan jauh membantu dalam menentukan tutupan lahan dan mendeteksi deforestasi. Dokumen ini mencatat sejarah penurunan luas lahan perkebunan di Indonesia sebesar 16% antara tahun 1940 hingga 1948/1949, yang berdampak pada produksi minyak sawit. Pada tahun 1940, Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit, namun angka ini turun drastis menjadi 56.000 ton pada tahun 1948/1949. Pada tahun 1957, setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia mengambil alih perkebunan-perkebunan tersebut. Deforestasi yang masif, khususnya akibat perluasan perkebunan kelapa sawit, menjadi fokus utama analisis dalam kaitannya dengan emisi karbon dan perubahan iklim. Kerusakan hutan yang terjadi setiap tahunnya mencapai skala yang sangat besar, yaitu dua juta hektar atau setara dengan enam kali luas lapangan sepak bola. Ini menunjukkan skala deforestasi yang signifikan dan dampaknya yang merusak terhadap lingkungan.

2. Efek Rumah Kaca Mekanisme dan Penyebabnya

Bagian ini menjelaskan efek rumah kaca (greenhouse effect) sebagai fenomena di mana gelombang pendek radiasi matahari menembus atmosfer dan berubah menjadi gelombang panjang saat mencapai permukaan bumi. Sebagian gelombang panjang ini dipantulkan kembali ke atmosfer, namun sebagian terperangkap oleh gas rumah kaca, seperti karbondioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), metana (CH4), dan klorofluorokarbon (CFC). Perangkap gelombang panjang ini menyebabkan pemanasan permukaan bumi. Kenaikan konsentrasi CO2 dan gas rumah kaca lainnya disebabkan oleh peningkatan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan organik lainnya yang melebihi kemampuan permukaan bumi untuk menyerapnya. Tumbuh-tumbuhan, hutan, dan laut berperan penting dalam menyerap hasil pembakaran tersebut. Efek rumah kaca ini sangat erat kaitannya dengan pemanasan global dan perubahan iklim, yang menjadi konsekuensi dari peningkatan emisi gas rumah kaca, termasuk emisi karbon yang dihasilkan dari pembukaan lahan dan proses industri, seperti pada industri perkebunan kelapa sawit.

3. Perkebunan Kelapa Sawit Sejarah dan Perkembangannya di Indonesia

Bagian ini membahas sejarah dan perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, dengan 4 bibit yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersial oleh Adrien Hallet (orang Belgia) dan K. Schadt di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh, dengan luas areal mencapai 5.123 Ha. Perkembangan industri ini didorong oleh meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit dari negara-negara industri di Eropa dan Amerika Serikat. Perkebunan kelapa sawit menjadi komoditas unggulan Indonesia, berkontribusi signifikan pada peningkatan perekonomian. Namun, perkembangan pesat ini diiringi dengan berbagai permasalahan, terutama kerusakan lingkungan berupa kebakaran hutan yang menjadi fokus penelitian ini. Periode 2006-2010 menandai puncak perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Meskipun memberikan dampak positif pada ekonomi, industri ini juga menimbulkan masalah lingkungan yang signifikan, menunjukkan perlunya kajian mendalam tentang dampak lingkungannya.

IV.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (library research) dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber terpercaya, seperti buku, jurnal ilmiah, makalah, dan situs internet yang membahas isu lingkungan global dan Hubungan Internasional. Penelitian ini membatasi kajian pada dampak perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terhadap tingkat emisi karbon global dan berbagai bentuk eksploitasi hutan tropis.

1. Jenis Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif atau library research. Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran sistematis, faktual, dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat, dan hubungan antar fenomena yang diteliti. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka (library research), yang diperkaya dengan data dari sumber-sumber terpercaya. Sumber data tersebut meliputi referensi buku, jurnal ilmiah, makalah, surat kabar, majalah, dan situs internet yang relevan dengan isu lingkungan global dalam konteks Hubungan Internasional. Penelitian ini fokus pada analisis data sekunder yang telah ada dan terdokumentasi dengan baik, sehingga metode library research sangat relevan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan. Ketersediaan data sekunder yang memadai dan terpercaya dari berbagai sumber tersebut mendukung penggunaan metode ini untuk menghasilkan analisis yang komprehensif dan akurat tentang dampak perkebunan kelapa sawit terhadap emisi karbon global. Pendekatan deskriptif dipilih untuk memberikan gambaran yang jelas dan sistematis tentang kompleksitas permasalahan lingkungan dan hubungannya dengan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

2. Batasan Materi Penelitian

Kajian skripsi ini difokuskan pada dampak perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terhadap tingkat emisi karbon dunia. Penelitian membatasi diri pada analisis dampak emisi karbon dan tidak mencakup aspek-aspek lain yang terkait dengan perkebunan kelapa sawit, seperti dampak sosial ekonomi atau aspek politik lainnya. Fokus utama tetap pada hubungan kausal antara perluasan perkebunan kelapa sawit, praktik deforestasi, dan peningkatan emisi karbon global. Berbagai proses dan jenis-jenis eksploitasi hutan tropis yang berkontribusi terhadap permasalahan lingkungan global akan dijelaskan dalam konteks dampak emisi karbon. Dengan membatasi cakupan penelitian, analisis diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih dalam dan detail mengenai hubungan antara perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan emisi karbon global, tanpa terbebani oleh kajian yang terlalu luas dan kurang terfokus.