
Peranan Komunikasi Antarpribadi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan di KFC Suzuya Binjai
Informasi dokumen
Penulis | Ismail |
instructor | Emillia Ramadhani, S.Sos, MA |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Ilmu Sosial dan Ilmu Politik |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 3.57 MB |
- komunikasi antarpribadi
- kinerja karyawan
- penelitian kualitatif
Ringkasan
I.Abstrak
Penelitian kualitatif ini meneliti peranan komunikasi antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai. Tujuannya adalah untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi antara pimpinan dan karyawan, hambatannya, dan dampaknya terhadap kinerja. Teori yang digunakan meliputi keterbukaan (openness), empati (empathy), dan dukungan (supportiveness). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi sesama karyawan di KFC Suzuya Binjai cukup baik, ditandai dengan penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal yang efektif.
1. Ringkasan Penelitian
Abstrak ini merangkum penelitian kualitatif tentang peranan komunikasi antarpribadi dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap proses komunikasi antarpribadi antara pimpinan dan karyawan, mengidentifikasi hambatan komunikasi, dan menganalisis dampaknya terhadap kinerja. Teori yang digunakan meliputi keterbukaan (openness), empati (empathy), dan dukungan (supportiveness). Temuan awal menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi di antara karyawan KFC Suzuya Binjai sudah cukup baik, memanfaatkan komunikasi verbal dan nonverbal secara efektif. Sikap keterbukaan antar karyawan dalam menyampaikan informasi dan pendekatan yang baik dalam menangani karyawan yang acuh turut mendukung kinerja. Empati juga terbukti membantu kelancaran kerja. Secara keseluruhan, abstraksi ini memberikan gambaran singkat tentang fokus, metodologi, dan hasil awal dari penelitian tentang peran penting komunikasi antarpribadi dalam konteks kerja.
2. Permasalahan Penelitian
Bagian ini menjabarkan permasalahan utama penelitian: bagaimana peranan komunikasi antarpribadi memengaruhi kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai. Pertanyaan riset yang mendasari penelitian ini diarahkan untuk memahami proses komunikasi antarpribadi antara pimpinan dan karyawan, mengidentifikasi hambatan yang mungkin terjadi, serta menganalisis bagaimana proses komunikasi tersebut berdampak pada kinerja karyawan secara keseluruhan. Rumusan masalah yang jelas ini menjadi landasan bagi penelitian untuk mencari jawaban yang sistematis dan terukur terkait dengan pengaruh komunikasi antarpribadi terhadap kinerja karyawan di perusahaan tersebut. Permasalahan ini merupakan titik tolak bagi pengumpulan dan analisis data untuk memperoleh temuan yang valid dan terpercaya. Penelitian ini secara spesifik ingin mengetahui bagaimana komunikasi antarpribadi, baik yang formal maupun informal, berkontribusi pada efektifitas kerja dan produktivitas di lingkungan kerja KFC Suzuya Binjai.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini tertuju pada tiga poin utama: pertama, untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi antara pimpinan dan karyawan di KFC Suzuya Binjai. Kedua, untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin terjadi selama proses komunikasi antarpribadi tersebut. Ketiga, untuk memahami dan menganalisis kinerja karyawan sebagai akibat dari peranan proses komunikasi antarpribadi. Ketiga tujuan ini saling berkaitan dan membentuk kerangka penelitian yang terpadu. Dengan memahami proses komunikasi, hambatannya, dan dampaknya terhadap kinerja, penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih komprehensif tentang pentingnya komunikasi antarpribadi yang efektif dalam meningkatkan kinerja di lingkungan kerja KFC Suzuya Binjai. Tujuan ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi perbaikan komunikasi dan peningkatan kinerja karyawan di masa mendatang.
4. Kerangka Teori
Penelitian ini mengadopsi teori komunikasi yang menekankan pentingnya keterbukaan (openness), empati (empathy), dan dukungan (supportiveness) dalam komunikasi antarpribadi. Ketiga elemen ini dianggap sebagai faktor kunci yang memengaruhi bagaimana pesan disampaikan, diterima, dan dipahami oleh komunikan. Teori ini menjadi dasar analisis data untuk memahami bagaimana ketiga elemen tersebut berperan dalam proses komunikasi antara pimpinan dan karyawan di KFC Suzuya Binjai serta pengaruhnya terhadap kinerja. Keefektifan komunikasi antarpribadi, berdasarkan kerangka teori ini, diukur dari seberapa baik keterbukaan, empati, dan dukungan diterima, dimengerti, dan diimplementasikan dalam interaksi antar individu di tempat kerja. Dengan demikian, kerangka teori ini memberikan landasan yang kuat untuk menafsirkan data dan memberikan kesimpulan yang bermakna terkait dengan tema penelitian.
II.Kajian Pustaka Komunikasi Antarpribadi
Bagian ini membahas definisi dan teori komunikasi antarpribadi. Ditegaskan pentingnya keterbukaan, empati, dan dukungan dalam membangun komunikasi efektif. Studi ini juga meninjau bagaimana komunikasi verbal dan nonverbal berkontribusi pada hubungan antarpribadi yang baik dan peningkatan kinerja karyawan. Studi ini mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi dan kinerja karyawan, termasuk aspek-aspek seperti hubungan kerja, motivasi, dan penilaian kinerja. Disebutkan pula metode analisis isi (content analysis) digunakan dalam penelitian.
1. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Antarpribadi
Bagian ini mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua individu atau lebih. Definisi ini mencakup berbagai aspek komunikasi, termasuk mendengarkan, membujuk, menegaskan, dan komunikasi nonverbal. Teks tersebut menekankan bahwa komunikasi antarpribadi berbeda dari komunikasi kelompok karena jumlah partisipannya yang lebih terbatas, memungkinkan setiap peserta untuk menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Deddy Mulyana (2005) diacu sebagai sumber yang mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi tatap muka yang memungkinkan setiap peserta menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Perbedaan ini penting karena fokus penelitian adalah pada interaksi individu, bukan interaksi kelompok, menunjukkan signifikansi dari kualitas dan nuansa komunikasi personal dalam konteks ini. Ruang lingkup komunikasi antarpribadi yang dibahas mencakup elemen penting dalam hubungan interpersonal dan dampaknya pada kinerja.
2. Elemen Penting dalam Komunikasi Antarpribadi yang Efektif
Kajian pustaka ini menyoroti beberapa elemen kunci yang berkontribusi pada komunikasi antarpribadi yang efektif. Empati, dijelaskan sebagai kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, diidentifikasi sebagai elemen krusial. Teks tersebut membedakan empati dengan simpati, menekankan pentingnya kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain, baik secara emosional maupun intelektual. Komunikasi nonverbal juga dibahas, didefinisikan sebagai lambang yang bukan bahasa, seperti isyarat tubuh, ekspresi wajah, dan lain-lain. Komunikasi nonverbal ini berperan dalam memberikan umpan balik dan membangun makna dalam interaksi. Saluran komunikasi juga penting; komunikasi personal lebih persuasif daripada media massa karena pesan dapat disampaikan secara langsung. Terakhir, teks tersebut menyinggung pentingnya kesetaraan dalam komunikasi interpersonal, walaupun mengakui ketidaksetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, kesetaraan dalam komunikasi membantu membangun hubungan yang lebih efektif dan mengurangi konflik.
3. Keterkaitan Komunikasi Antarpribadi dan Kinerja Karyawan
Bagian ini menghubungkan komunikasi antarpribadi dengan kinerja karyawan. Meskipun tidak secara eksplisit dijelaskan secara rinci, implikasi dari komunikasi antarpribadi yang efektif terhadap kinerja karyawan ditekankan secara implisit. Kinerja karyawan dikaitkan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran jabatan. Teks menyebutkan bahwa komunikasi yang efektif, terutama komunikasi antarpribadi, memungkinkan penyampaian pesan secara menyeluruh, pendekatan yang baik kepada karyawan, dan penanganan yang efektif terhadap karyawan yang acuh. Dengan demikian, kualitas komunikasi antarpribadi secara langsung berhubungan dengan kemampuan manajemen dalam mengarahkan dan memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Secara keseluruhan, bagian ini membangun landasan untuk menghubungkan teori komunikasi dengan aspek-aspek praktis dalam manajemen sumber daya manusia dan peningkatan kinerja.
III.Kajian Pustaka Kinerja Karyawan
Bagian ini menjabarkan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja karyawan, termasuk motivasi, penilaian kinerja, dan hubungan antara karakteristik individu, pekerjaan, dan organisasi. Ditilik pula teori interaksi simbolik dan bagaimana persepsi diri dan orang lain memengaruhi kinerja. Diskusi mencakup metode penilaian kinerja seperti BARS (Behaviorally Anchored Rating Scales).
1. Definisi dan Determinan Kinerja Karyawan
Bagian ini mendefinisikan kinerja karyawan sebagai pencapaian tugas-tugas pekerjaan untuk mencapai sasaran jabatan. Wibowo (2007) dikutip, yang menyebutkan empat determinan utama produktivitas organisasi, termasuk prestasi kerja: lingkungan, karakteristik organisasi, karakteristik kerja, dan karakteristik individu. Karakteristik kerja dan organisasi memengaruhi individu melalui imbalan, penetapan tujuan, seleksi, pelatihan, dan pengembangan, yang pada akhirnya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Penilaian pekerjaan juga meningkatkan motivasi untuk mencapai prestasi kerja tinggi. Definisi dan determinan kinerja yang diuraikan ini membentuk dasar pemahaman tentang faktor-faktor yang berkontribusi pada pencapaian kinerja karyawan yang optimal. Pemahaman ini sangat penting untuk mengkaji bagaimana faktor-faktor tersebut, khususnya dalam konteks komunikasi antarpribadi, berinteraksi dan memengaruhi kinerja di tempat kerja.
2. Peran Motivasi dalam Kinerja
Motivasi dibahas sebagai sikap karyawan terhadap situasi kerja. Sikap positif menghasilkan motivasi kerja tinggi, sebaliknya sikap negatif menghasilkan motivasi rendah. Mengutip Keith Davis melalui A.A. Anwar Mangkunegara, motivasi diartikan sebagai sikap pimpinan dan pegawai terhadap situasi kerja, mencakup hubungan kerja, fasilitas, kebijakan, kepemimpinan, dan kondisi kerja. Motivasi juga dijelaskan sebagai dorongan dari lembaga agar pegawai bekerja sesuai tugasnya. Abraham Sperling mendefinisikan motivasi sebagai kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri dan diakhiri dengan penyesuaian diri yang memuaskan motif tersebut. Dengan demikian, bagian ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang peran penting motivasi sebagai pendorong kinerja karyawan dan bagaimana sikap karyawan terhadap lingkungan kerja turut menentukan tingkat motivasi dan pada akhirnya berdampak pada hasil kerja.
3. Penilaian Kinerja dan Teori yang Relevan
Bagian ini menjelaskan penilaian kinerja sebagai sistem evaluasi penampilan kerja individu terhadap standar baku. Hall dan Wiabisono diacu untuk memberikan definisi penilaian kinerja sebagai proses berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja dan usaha perbaikan. Dua model penilaian kinerja dijelaskan: penilaian performansi berdasarkan hasil dan penilaian performansi berdasarkan perilaku (BARS). BARS, yang dibangun dari kejadian-kejadian kritis di tempat kerja, dianggap sebagai instrumen yang baik untuk pelatihan, tetapi bersifat spesifik pekerjaan dan tidak mudah dipindahkan antar organisasi. Teori interaksi simbolik juga dibahas, menekankan pentingnya persepsi diri dan orang lain dalam membentuk penilaian kinerja. Kesimpulannya, bagian ini memberikan kerangka teoritis tentang penilaian kinerja, mencakup berbagai metode dan teori yang relevan untuk memahami bagaimana kinerja karyawan dievaluasi dan faktor-faktor yang memengaruhinya, yang menjadi dasar analisis data penelitian.
IV.Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan wawancara, penelitian ini menemukan bahwa manajemen KFC Suzuya Binjai telah berupaya untuk memastikan pesan disampaikan secara menyeluruh kepada karyawan, meskipun ada kendala karena karyawan bertugas di lapangan atau sedang cuti. Pendekatan manajemen terhadap karyawan dilakukan melalui komunikasi informal, seperti makan siang bersama dan kegiatan di luar jam kerja untuk membangun hubungan yang baik dan mengurangi rasa canggung antara pimpinan dan bawahan. Manajemen juga aktif memahami keadaan dan perasaan karyawan, memberikan dukungan, dan menangani masalah karyawan yang acuh dengan pendekatan yang empatik dan suportif. Semua ini berdampak pada peningkatan kinerja karyawan dan komunikasi antarpribadi yang efektif di KFC Suzuya Binjai.
1. Penyampaian Pesan Manajemen KFC
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen KFC Suzuya Binjai berupaya menyampaikan pesan secara menyeluruh kepada karyawan. Meskipun adanya kendala seperti karyawan yang bertugas di lapangan atau sedang cuti, upaya maksimal dilakukan agar semua karyawan menerima informasi. Hal ini menunjukkan komitmen manajemen dalam memastikan semua karyawan mendapatkan arahan dan informasi yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas mereka dengan baik. Upaya ini secara langsung berkontribusi pada terciptanya komunikasi internal yang efektif dan mendukung terciptanya pelayanan prima kepada pelanggan. Kesimpulannya, meskipun tidak selalu sempurna, manajemen telah berupaya untuk menjangkau semua karyawan, menunjukkan komitmen mereka terhadap komunikasi yang efektif.
2. Pendekatan Manajemen terhadap Karyawan
Manajemen KFC Suzuya Binjai melakukan pendekatan kepada karyawan melalui komunikasi informal dan kegiatan di luar jam kerja. Contohnya, makan siang bersama dan kegiatan seperti buka puasa bersama dan halal bihalal secara rutin dilakukan. Pendekatan ini bertujuan untuk membangun hubungan yang lebih dekat dan mengurangi rasa canggung antara pimpinan dan bawahan. Hal ini menciptakan suasana kerja yang lebih nyaman dan kolaboratif, yang memudahkan komunikasi dan penyampaian arahan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa manajemen tidak hanya fokus pada aspek pekerjaan, namun juga memperhatikan aspek sosial dan emosional karyawan untuk membangun lingkungan kerja yang positif dan produktif. Kegiatan-kegiatan informal ini menciptakan ikatan yang kuat antar karyawan dan manajemen.
3. Penanggulangan Karyawan yang Acuh
Dalam menghadapi karyawan yang acuh, manajemen KFC Suzuya Binjai melakukan pendekatan yang empatik dan suportif. Pendekatan ini dilakukan dengan mendekatkan diri kepada karyawan, mendengarkan keluhan, memberikan motivasi, dan menawarkan solusi. Manajemen berupaya untuk memahami kendala dan masalah yang dihadapi karyawan, dan bukan hanya memberikan teguran. Sikap keterbukaan dan empati dari pimpinan dan karyawan lain sangat membantu dalam proses ini. Pendekatan ini menunjukkan strategi yang lebih holistik dan berfokus pada pemecahan masalah daripada hanya memberikan hukuman. Strategi ini efektif karena membangun hubungan yang lebih baik dan kepercayaan antara manajemen dan karyawan.
4. Empati dan Simpati Manajemen
Manajemen KFC Suzuya Binjai berupaya untuk berempati dan bersimpati kepada karyawannya. Hal ini diwujudkan melalui penghargaan terhadap karyawan, baik secara moril maupun material. Manajemen menunjukkan pemahaman akan kondisi karyawan dan tidak langsung memberikan sanksi jika karyawan menghadapi masalah pribadi, seperti sakit. Sikap menghargai ini penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang suportif dan menghormati kesejahteraan karyawan. Ini menunjukkan komitmen manajemen terhadap kesejahteraan karyawan dan membangun hubungan kerja yang lebih harmonis, yang sangat penting untuk meningkatkan kinerja dan mengurangi tingkat absensi serta pergantian karyawan. Sikap empatik dan simpatik ini penting untuk membangun kepercayaan dan loyalitas karyawan.
V.Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi yang efektif, ditandai dengan keterbukaan, empati, dan dukungan, berperan penting dalam meningkatkan kinerja karyawan di KFC Suzuya Binjai. Strategi manajemen dalam membangun hubungan baik di dalam dan luar jam kerja terbukti efektif. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman pentingnya komunikasi antarpribadi bagi organisasi untuk mencapai kinerja optimal.
1. Peran Komunikasi Antarpribadi dalam Peningkatan Kinerja
Kesimpulan utama penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi yang efektif, ditandai dengan keterbukaan, empati, dan dukungan, sangat berperan dalam meningkatkan kinerja karyawan. Temuan ini menunjukkan bahwa bukan hanya komunikasi formal, tetapi juga komunikasi informal, sangat penting dalam membangun hubungan kerja yang positif dan produktif. Hasil penelitian mendukung teori-teori komunikasi yang digunakan, yang menekankan pentingnya ketiga elemen tersebut dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi peningkatan kinerja. Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang hubungan antara kualitas komunikasi antarpribadi dan peningkatan efektivitas kerja di lingkungan perusahaan. Kesimpulan ini memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih komprehensif tentang pentingnya komunikasi interpersonal yang efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Efektivitas Strategi Manajemen KFC Suzuya Binjai
Strategi manajemen KFC Suzuya Binjai dalam membangun hubungan baik dengan karyawan, baik di dalam maupun di luar jam kerja, terbukti efektif dalam meningkatkan komunikasi dan kinerja. Kegiatan-kegiatan informal, seperti makan siang bersama dan acara-acara lainnya, menunjukkan upaya manajemen untuk menciptakan ikatan yang kuat dan suasana kerja yang harmonis. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih manusiawi dan memperhatikan aspek sosial dan emosional karyawan dapat secara positif memengaruhi kinerja. Strategi ini juga menunjukkan bahwa manajemen menyadari pentingnya komunikasi yang efektif untuk mencapai tujuan organisasi dan memberikan pelayanan prima kepada pelanggan. Kesimpulannya, studi kasus ini menunjukkan bahwa investasi manajemen dalam membangun hubungan yang baik dengan karyawan memberikan keuntungan yang signifikan dalam hal peningkatan kinerja.
3. Implikasi dan Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memberikan kontribusi penting pada pemahaman tentang komunikasi antarpribadi dan dampaknya terhadap kinerja karyawan. Temuan penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi organisasi untuk mengembangkan strategi komunikasi internal yang lebih efektif. Penelitian ini menekankan pentingnya keterbukaan, empati, dan dukungan dalam komunikasi antarpribadi untuk mencapai kinerja optimal. Kesimpulannya, penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi para manajer dan organisasi dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan melalui peningkatan kualitas komunikasi antarpribadi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi praktis bagi perusahaan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi internal dan membangun lingkungan kerja yang lebih kondusif untuk meningkatkan kinerja karyawan. Studi ini juga dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya di area yang serupa.