Penilaian Kualitas Lingkungan pada Kegiatan Wisata Alam di Kawasan Ekowisata Tangkahan

Penilaian Kualitas Lingkungan pada Kegiatan Wisata Alam di Kawasan Ekowisata Tangkahan

Informasi dokumen

Penulis

Melyana Anggraini

instructor Pindi Patana
Sekolah

Universitas Sumatera Utara (USU)

Jurusan Manajemen Hutan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 5.41 MB
  • Kualitas Lingkungan
  • Wisata Alam
  • Ekowisata Tangkahan

Ringkasan

I.Dampak Kepariwisataan Alam di Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat

Penelitian ini menganalisis dampak kepariwisataan alam terhadap kualitas lingkungan di Ekowisata Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, khususnya di sekitar Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan. Periode penelitian berlangsung November 2010 – Januari 2011. Fokus utama penelitian meliputi kualitas air dan pengelolaan sampah. Kualitas air, diukur berdasarkan parameter suhu, pH, BOD, COD, TSS, dan TDS, pada kedua sungai masih memenuhi baku mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Namun, terdapat masalah pengelolaan sampah, terutama sampah anorganik, yang paling banyak ditemukan di sepanjang sungai dan jalur trekking, khususnya di jalur Adventure Trek dan kawasan wisata massal. Jumlah kunjungan wisata lokal meningkat drastis dari 2.243 orang pada tahun 2003 menjadi 20.000 orang pada tahun 2009, menunjukkan potensi peningkatan beban lingkungan yang signifikan.

1. Latar Belakang Penelitian Dampak Kepariwisataan di Ekowisata Tangkahan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya aktivitas kepariwisataan alam di Ekowisata Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Meskipun pariwisata memberikan dampak positif ekonomi, potensi dampak negatif terhadap lingkungan, khususnya penurunan kualitas lingkungan, perlu dikaji. Penelitian ini dilakukan pada periode November 2010 hingga Januari 2011 untuk menganalisis kualitas air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan, serta jumlah sampah padat di jalur trekking dan sepanjang kedua sungai, mulai dari Pantai Kupu-kupu hingga muara Sungai Batang Serangan. Parameter kualitas air yang diuji meliputi suhu, pH, BOD, COD, TSS, dan TDS. Pengelolaan sampah dikaji dengan membedakan sampah organik dan anorganik. Peningkatan jumlah kunjungan wisata dari 2.243 orang pada tahun 2003 menjadi 20.000 orang pada tahun 2009 menjadi latar belakang penting untuk memahami daya dukung lingkungan terhadap aktivitas wisata dan dampaknya terhadap kualitas lingkungan di area tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis dampak nyata dari kegiatan wisata terhadap kondisi lingkungan di sekitar sungai dan jalur trekking di kawasan wisata alam Tangkahan. Hal ini penting untuk perencanaan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan di daerah tersebut.

2. Metodologi Penelitian Kualitas Air dan Sampah

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitas air dan pengukuran sampah. Pengambilan sampel air dilakukan di Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan. Parameter yang diukur meliputi suhu, pH, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), dan TDS (Total Dissolved Solid). Pengujian kualitas air dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan USU, Medan. Sementara itu, pengukuran sampah dilakukan di jalur trekking dan sepanjang sungai, dengan membedakan sampah organik dan anorganik. Pengumpulan data sampah dilakukan selama 60 hari (20 kali pengumpulan). Lokasi pengamatan meliputi jalur trekking (termasuk Adventure Trek dan Family Trek) serta area di sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan. Data kuisioner terhadap pengunjung juga dikumpulkan untuk mengetahui perilaku dan kesadaran pengunjung terhadap kebersihan lingkungan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menentukan tingkat pencemaran air dan jumlah sampah di setiap lokasi pengamatan, serta untuk mengetahui korelasi antara jumlah pengunjung dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Analisis statistik digunakan untuk menguji hipotesis dan mengkaji hubungan antara variabel-variabel penelitian.

3. Hasil Penelitian dan Analisis Dampak Kepariwisataan

Hasil penelitian menunjukkan kualitas air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan masih memenuhi baku mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 untuk keenam parameter yang diuji. Namun, area sepanjang sungai memiliki jumlah sampah organik dan anorganik paling banyak dibandingkan jalur trekking lainnya. Sampah anorganik mendominasi, terutama sampah plastik. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa jalur Adventure Trek memiliki jumlah sampah organik dan anorganik terbesar di antara jalur trekking lainnya, diikuti oleh area sepanjang sungai. Hal ini disebabkan oleh jumlah pengunjung dan jarak tempuh yang panjang pada jalur tersebut, yang mengakibatkan pengunjung membawa lebih banyak perbekalan dan menghasilkan lebih banyak sampah. Analisis regresi menunjukkan hubungan positif antara jumlah pengunjung dan jumlah sampah yang dihasilkan, khususnya di jalur Family Trek. Meskipun pengelola telah menyediakan tempat sampah dan melakukan pembersihan rutin, kesadaran pengunjung dalam membuang sampah masih perlu ditingkatkan. Hasil ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di kawasan yang sama dan juga dengan kondisi pengelolaan sampah di Taman Nasional Ujung Kulon, yang menunjukkan perbedaan dalam upaya pengelolaan sampah.

II.Kualitas Air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan

Hasil analisis kualitas air di Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan menunjukkan bahwa keenam parameter (suhu, pH, BOD, COD, TSS, dan TDS) masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan PP No. 82 Tahun 2001. Meskipun demikian, Sungai Batang Serangan menunjukkan tingkat kekeruhan (TSS) yang lebih tinggi dibandingkan Sungai Buluh, diduga karena erosi dan aktivitas manusia di hilir sungai. Nilai BOD dan COD yang rendah mengindikasikan beban pencemaran organik yang relatif kecil. Nilai TDS tertinggi tercatat di muara sungai, kemungkinan akibat akumulasi padatan terlarut dari kedua sungai dan aktivitas manusia.

1. Parameter Kualitas Air dan Baku Mutu

Penelitian ini mengkaji kualitas air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan di Ekowisata Tangkahan, Kabupaten Langkat. Pengujian dilakukan terhadap enam parameter kualitas air, yaitu suhu, pH, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), dan TDS (Total Dissolved Solid). Parameter-parameter ini dipilih karena mewakili aspek fisik dan kimia air yang penting untuk menunjang kehidupan organisme akuatik dan menunjukkan adanya potensi pencemaran. Hasil pengujian dibandingkan dengan baku mutu kualitas air yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Pemilihan PP No. 82 Tahun 2001 sebagai acuan baku mutu menunjukkan komitmen penelitian untuk mengukur kualitas air berdasarkan standar resmi pemerintah Indonesia. Data kualitas air yang diperoleh dari pengujian laboratorium kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah kualitas air di kedua sungai tersebut masih memenuhi standar yang telah ditetapkan atau telah mengalami penurunan kualitas yang signifikan.

2. Analisis Hasil Pengujian Kualitas Air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kualitas air di Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan untuk keenam parameter masih sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001. Ini mengindikasikan bahwa secara umum, kualitas air di kedua sungai tersebut masih tergolong baik dan layak untuk mendukung kehidupan biota air. Meskipun demikian, terdapat perbedaan kualitas air antara kedua sungai. Suhu air terendah ditemukan di hulu Sungai Buluh (16⁰C), sementara suhu tertinggi di muara (19⁰C), menunjukkan pengaruh kondisi lingkungan dan interaksi antara kedua aliran sungai. Nilai BOD dan COD yang rendah mengindikasikan bahwa beban pencemaran organik relatif kecil. Namun, Sungai Batang Serangan menunjukkan nilai TSS yang lebih tinggi dibandingkan Sungai Buluh, menunjukkan adanya peningkatan kekeruhan yang mungkin disebabkan oleh erosi atau aktivitas manusia di sepanjang aliran sungai. Nilai TDS terbesar terukur di muara sungai, kemungkinan diakibatkan oleh akumulasi padatan terlarut dari kedua sungai dan aktivitas di sekitar kawasan tersebut. Analisis lebih lanjut dibutuhkan untuk memahami potensi dampak jangka panjang.

3. Interpretasi dan Implikasi Hasil Pengukuran Kualitas Air

Kesimpulan sementara yang dapat ditarik dari hasil pengujian kualitas air adalah bahwa meskipun kualitas air di kedua sungai masih memenuhi standar baku mutu, perlu adanya perhatian terhadap potensi peningkatan kekeruhan di Sungai Batang Serangan. Penting untuk melakukan pemantauan berkala terhadap kualitas air, terutama parameter TSS, untuk mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi di masa mendatang akibat peningkatan aktivitas manusia atau perubahan kondisi lingkungan. Meskipun beban pencemaran organik relatif rendah, peningkatan aktivitas di sekitar sungai, seperti pembangunan penginapan atau kegiatan masyarakat di hilir sungai, berpotensi meningkatkan beberapa parameter kualitas air. Oleh karena itu, pengelolaan kawasan wisata yang berkelanjutan sangat penting untuk menjaga kualitas air dan kelestarian lingkungan di Ekowisata Tangkahan. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran potensial dan untuk mengembangkan strategi pengelolaan sumber daya air yang efektif.

III.Pengelolaan Sampah di Ekowisata Tangkahan

Penelitian menemukan konsentrasi sampah tertinggi di sepanjang sungai dan jalur Adventure Trek. Sampah anorganik, terutama plastik, mendominasi. Meskipun pengelola telah menyediakan tempat sampah dan melakukan upaya pembersihan rutin, kesadaran pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya masih perlu ditingkatkan. Pengelolaan sampah di Tangkahan sudah lebih baik dibandingkan dengan Taman Nasional Ujung Kulon, namun masih terdapat potensi peningkatan. Analisis regresi menunjukkan korelasi positif antara jumlah pengunjung dan jumlah sampah yang dihasilkan, terutama di jalur Family Trek.

1. Distribusi dan Jenis Sampah di Ekowisata Tangkahan

Penelitian mengenai pengelolaan sampah di Ekowisata Tangkahan menunjukan adanya konsentrasi sampah yang tinggi di sepanjang Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan, serta di jalur trekking. Pengamatan selama 60 hari (20 kali pengumpulan sampah) menunjukkan bahwa jalur Adventure Trek memiliki jumlah sampah organik dan anorganik terbesar. Total sampah organik mencapai 2.375,8 gram dan sampah anorganik 12.032 gram. Faktor jarak tempuh yang cukup panjang pada jalur ini menyebabkan pengunjung membawa lebih banyak perbekalan, sehingga menghasilkan lebih banyak sampah. Kawasan sepanjang sungai juga menjadi titik konsentrasi sampah yang signifikan. Analisis lebih lanjut menunjukkan dominasi sampah anorganik, khususnya sampah plastik (37.019 gram atau 37 kg). Jenis sampah plastik ini meliputi bungkus rokok, botol minuman, bungkus shampo, makanan ringan, dan bungkus mie instan yang banyak digunakan pengunjung. Tingginya jumlah sampah plastik mengindikasikan rendahnya kesadaran pengunjung dalam menjaga kebersihan lingkungan wisata. Data ini menunjukkan perlunya strategi pengelolaan sampah yang lebih efektif untuk mengatasi permasalahan sampah di kawasan tersebut, serta meningkatkan kesadaran pengunjung mengenai pentingnya menjaga kebersihan.

2. Upaya Pengelolaan Sampah oleh Pihak Pengelola

Pihak pengelola Ekowisata Tangkahan telah melakukan upaya pengelolaan sampah dengan membagi sampah menjadi organik dan anorganik, menyediakan tempat sampah di berbagai titik, dan menggunakan alat kebersihan seperti tong sampah dan kereta sorong untuk pengangkutan sampah. Upaya pemilahan sampah ini menunjukkan komitmen pengelola untuk menjadikan sampah lebih bernilai ekonomis dan ekologis. Pengelola juga memiliki program monitoring jalur yang meliputi pembersihan jalur trekking dan pantai setiap bulan. Hal ini menunjukkan upaya proaktif pengelola dalam menjaga kebersihan kawasan wisata. Namun, upaya pengelola ini masih perlu ditingkatkan mengingat masih banyak sampah, terutama sampah plastik, yang ditemukan di sepanjang sungai dan jalur trekking. Pembandingan dengan penelitian di Taman Nasional Ujung Kulon yang kekurangan tempat sampah dan program kebersihan yang terprogram menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Tangkahan relatif lebih baik. Namun, tetap perlu evaluasi dan pengembangan strategi pengelolaan sampah yang lebih komprehensif untuk menghadapi peningkatan jumlah pengunjung dan sampah yang dihasilkan.

3. Analisis Korelasi Jumlah Pengunjung dan Jumlah Sampah

Penelitian ini juga menganalisis korelasi antara jumlah pengunjung dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Data yang dikumpulkan selama 20 kali pengumpulan sampah dengan jumlah pengunjung sebanyak 72 orang menunjukkan total sampah organik 1.729,6 gram dan sampah anorganik 7.189,9 gram. Analisis regresi menghasilkan persamaan yang menunjukkan hubungan positif antara jumlah pengunjung dan total sampah (organik dan anorganik). Pada jalur Family Trek, misalnya, jika jumlah pengunjung lebih dari atau sama dengan 2 orang, diperkirakan total sampah yang dihasilkan sekitar 89,82 gram. Namun, di area kunjungan massal, total sampah organik mencapai 35.619,1 gram dan sampah anorganik 71.603,7 gram. Artinya, kedatangan 1 orang pengunjung saja di area ini diperkirakan menghasilkan sampah sebesar 1.877,74 gram. Data ini menegaskan perlunya strategi pengelolaan sampah yang responsif terhadap peningkatan jumlah pengunjung. Penting untuk memperkuat upaya edukasi dan kesadaran pengunjung, serta meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah oleh pihak pengelola agar dapat mengimbangi peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan seiring dengan meningkatnya kunjungan wisata.

IV.Kesimpulan dan Rekomendasi

Secara keseluruhan, kualitas air di Ekowisata Tangkahan masih baik. Namun, diperlukan peningkatan upaya pengelolaan sampah untuk menjaga kelestarian lingkungan. Peningkatan kesadaran pengunjung dan penguatan program pengelolaan sampah oleh pihak pengelola sangat penting untuk keberlanjutan ekowisata Tangkahan. Penelitian lebih lanjut mengenai dampak jangka panjang kepariwisataan dan strategi pengelolaan yang lebih efektif perlu dilakukan.

1. Kesimpulan Umum Mengenai Kualitas Lingkungan Ekowisata Tangkahan

Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa kualitas air Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan di Ekowisata Tangkahan masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 untuk enam parameter yang diuji (suhu, pH, BOD, COD, TSS, dan TDS). Ini menunjukkan bahwa secara umum, kondisi kualitas air di kedua sungai masih baik. Namun, penelitian juga menemukan adanya permasalahan yang signifikan terkait pengelolaan sampah. Kawasan sepanjang sungai merupakan area dengan akumulasi sampah organik dan anorganik terbesar dibandingkan jalur trekking lainnya, dengan sampah anorganik mendominasi. Hal ini mengindikasikan adanya disparitas antara kualitas air yang baik dan kondisi pengelolaan sampah yang masih perlu ditingkatkan. Temuan ini menunjukkan pentingnya keseimbangan antara upaya menjaga kualitas air dengan pengelolaan sampah yang efektif untuk keberlanjutan ekowisata Tangkahan. Meskipun kualitas air masih baik, potensi penurunan kualitas lingkungan akibat sampah perlu diantisipasi secara serius.

2. Rekomendasi untuk Peningkatan Pengelolaan Sampah dan Kelestarian Lingkungan

Berdasarkan temuan penelitian, beberapa rekomendasi diajukan untuk meningkatkan pengelolaan sampah dan menjaga kelestarian lingkungan di Ekowisata Tangkahan. Pertama, perlu ditingkatkan kesadaran pengunjung mengenai pentingnya membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Edukasi dan kampanye mengenai pengelolaan sampah yang baik perlu dilakukan secara intensif. Kedua, pengelola kawasan perlu memperkuat program pengelolaan sampah yang sudah ada, termasuk meningkatkan frekuensi pengumpulan sampah, menambah jumlah tempat sampah di lokasi-lokasi strategis, dan memastikan pengelolaan sampah yang tepat, termasuk pemilahan dan pengolahan sampah organik dan anorganik. Ketiga, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari aktivitas wisata terhadap kualitas lingkungan dan untuk mengembangkan strategi pengelolaan yang lebih terintegrasi dan efektif. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan ekowisata Tangkahan sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan. Pendekatan yang komprehensif yang melibatkan pengelola, pengunjung, dan masyarakat sekitar sangat penting untuk keberhasilan upaya pelestarian lingkungan di kawasan tersebut.