Pengetahuan Mahasiswa Non-Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi

Pengetahuan Mahasiswa Non-Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi

Informasi dokumen

Penulis

V Kumaran Vealam

Sekolah

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Jurusan Kedokteran Gigi
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.92 MB
  • pengetahuan mahasiswa
  • radiografi kedokteran gigi
  • Fakultas Kedokteran Gigi

Ringkasan

I.Latar Belakang Penelitian Pengetahuan Mahasiswa Non Klinik tentang Radiografi Kedokteran Gigi

Penelitian ini meneliti tingkat pengetahuan mahasiswa non-klinik di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat mengenai prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi. Studi ini penting karena radiografi merupakan alat diagnostik krusial, namun pengetahuan yang kurang memadai dapat mengakibatkan kesalahan prosedur dan paparan radiasi yang berlebih. Penelitian sebelumnya menunjukkan variasi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam hal ini, baik di dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa sebelum memasuki tahap klinik (mahasiswa non-klinik).

1. Pentingnya Radiografi Kedokteran Gigi

Penggunaan sinar Roentgen (atau sinar-X) dalam kedokteran gigi telah lama menjadi alat penting untuk menegakkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan. Radiografi memberikan informasi diagnostik yang krusial mengenai struktur pendukung gigi, baik yang normal maupun patologis. Ketepatan dalam prosedur radiografi sangat penting karena kesalahan dapat mengakibatkan pengulangan, bertentangan dengan prinsip justification (radiasi seminimal mungkin, keuntungan lebih besar dari kerugian) dan ALARA (As Low As Reasonably Achievable) untuk meminimalkan paparan radiasi. Pemilihan proyeksi pemotretan yang tepat juga penting untuk menghindari paparan radiasi yang tidak perlu. Selain nilai diagnostik, pemeriksaan radiografi juga memiliki potensi bahaya radiasi yang harus dipertimbangkan dan diminimalisir dengan proteksi yang baik.

2. Variasi Pengetahuan Mahasiswa dalam Radiografi

Penelitian sebelumnya menunjukkan variasi yang cukup besar dalam pengetahuan prosedur pemanfaatan radiografi di kalangan mahasiswa kepaniteraan klinik di berbagai Fakultas Kedokteran Gigi, baik di Indonesia maupun luar negeri. Sebagai contoh, penelitian Emilia Mestika (2012) di Universitas Sumatera Utara menemukan bahwa 63,8% mahasiswa melakukan radiografi tanpa pemeriksaan klinis, 33,3% merasa tidak perlu izin dokter jaga, dan 13,8% pernah melakukan radiografi tanpa izin. Sementara itu, penelitian Mahdila Ayurian (2013) di Malaysia menunjukkan bahwa 98,77% mahasiswa mengetahui prosedur radiografi, namun 7,98% merasa tidak perlu izin dokter jaga, 12,88% pernah melakukan radiografi tanpa izin, dan 74,23% merasa boleh melakukan radiografi berulang. Variasi ini menjadi latar belakang penting untuk memahami tingkat pengetahuan mahasiswa non-klinik di Sumatera Barat.

3. Tujuan Penelitian dan Ruang Lingkup

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang tingkat pengetahuan mahasiswa non-klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat. Penelitian ini difokuskan pada mahasiswa yang belum menjalani kepaniteraan klinik, untuk membandingkan pengetahuan mereka dengan mahasiswa yang sudah memiliki pengalaman praktik. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi celah pengetahuan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan dalam pendidikan dan praktik radiografi kedokteran gigi. Penelitian ini dilakukan di Sumatera Barat, spesifiknya di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi yang tidak disebutkan namanya dalam dokumen.

II.Metodologi Penelitian Studi Deskriptif Cross Sectional

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study. Sampel berjumlah 46 mahasiswa non-klinik dari sebuah Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat, dipilih secara Simple Random Sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswa tentang prosedur radiografi kedokteran gigi, meliputi aspek teknik pengambilan foto, pemrosesan film, interpretasi hasil, dan proteksi radiasi. Hasilnya dikategorikan menjadi baik, sedang, dan kurang.

1. Desain Penelitian dan Sampel

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study. Metode pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling, di mana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa non-klinik di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat. Jumlah sampel yang digunakan adalah 46 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data untuk mengukur pengetahuan mahasiswa mengenai prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi. Kuesioner tersebut dirancang untuk menilai pemahaman mahasiswa tentang berbagai aspek prosedur radiografi, mulai dari teknik pengambilan foto, pengolahan film, hingga interpretasi hasil dan proteksi radiasi. Data yang dikumpulkan akan dianalisis untuk mengetahui gambaran umum pengetahuan mahasiswa tentang prosedur radiografi kedokteran gigi.

2. Pengumpulan dan Analisis Data

Data dikumpulkan melalui penyebaran dan pengisian kuesioner kepada 46 mahasiswa non-klinik. Setelah data terkumpul, dilakukan pemeriksaan kembali untuk memastikan kelengkapan, keterbacaan, dan keakuratan data. Selanjutnya, dibuat lembaran kode (coding sheet) untuk memberikan nomor responden dan bobot pada setiap jawaban. Bobot diberikan untuk mempermudah pengolahan dan penghitungan total skor dari seluruh pertanyaan. Pengukuran pengetahuan mahasiswa dilakukan berdasarkan total skor kuesioner yang telah diberi bobot. Kuesioner terdiri dari delapan pertanyaan, dengan dua pilihan jawaban: “YA” (bobot 1) dan “TIDAK TAHU” (bobot 0). Hasil analisis data kemudian akan disajikan dalam bentuk data numerik dan persentase untuk menggambarkan tingkat pengetahuan mahasiswa non-klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat pada tanggal 2 hingga 6 Mei 2013. Lokasi penelitian tidak disebutkan secara spesifik untuk menjaga kerahasiaan institusi. Waktu penelitian yang terbatas menunjukkan bahwa pengumpulan data dilakukan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Penelitian yang dilakukan di Sumatera Barat mempersempit ruang lingkup populasi menjadi mahasiswa di daerah tersebut. Informasi lebih detail mengenai metodologi spesifik, seperti kriteria inklusi dan eksklusi, tidak dijelaskan secara rinci dalam bagian ringkasan ini, tetapi tersirat dalam deskripsi metodologi keseluruhan.

III.Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Klinik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,17% (24 orang) mahasiswa non-klinik memiliki pengetahuan yang dikategorikan baik tentang prosedur pemanfaatan radiografi. Sebanyak 45,65% (21 orang) berada di kategori sedang, dan hanya 2,17% (1 orang) yang berada di kategori kurang. Temuan ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang melibatkan mahasiswa kepaniteraan klinik untuk menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan.

1. Distribusi Tingkat Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa non-klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi. Dari total 46 responden, mayoritas (52,17%, atau 24 orang) berada dalam kategori baik. Sebanyak 45,65% (21 orang) berada di kategori sedang, sedangkan sisanya (2,17%, atau 1 orang) berada di kategori kurang. Temuan ini memberikan gambaran umum tentang penguasaan mahasiswa terhadap prosedur radiografi sebelum mereka memasuki tahap praktik klinik. Data ini penting untuk mengevaluasi efektivitas program pendidikan radiografi di Fakultas Kedokteran Gigi terkait dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai prosedur dan keselamatan dalam penggunaan radiografi.

2. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan temuan penelitian sebelumnya yang melibatkan mahasiswa kepaniteraan klinik. Meskipun dokumen menyebutkan beberapa penelitian sebelumnya, detail perbandingan secara numerik tidak dijelaskan secara rinci di bagian ini. Namun, disebutkan bahwa terdapat perbedaan yang menonjol antara pengetahuan mahasiswa non-klinik dan mahasiswa kepaniteraan klinik. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik umumnya lebih baik karena mereka telah memiliki pengalaman praktik langsung. Perbedaan ini menunjukkan dampak signifikan dari pengalaman praktik klinik terhadap penguasaan prosedur dan pengetahuan radiografi kedokteran gigi. Perbedaan jumlah responden antar penelitian juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam interpretasi hasil.

IV.Tinjauan Pustaka Radiografi dan Proteksi Radiasi

Bagian ini membahas pentingnya radiografi kedokteran gigi dalam menegakkan diagnosis dan merencanakan perawatan. Diuraikan pula teknik-teknik radiografi intraoral dan ekstraoral, termasuk proteksi radiasi dan pentingnya mematuhi prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) untuk meminimalisir paparan radiasi pada pasien dan petugas. Diskusi juga mencakup standar operasional prosedur (SOP) yang seharusnya dipatuhi dalam penggunaan sinar-X kedokteran gigi.

1. Peran Radiografi dalam Kedokteran Gigi

Tinjauan pustaka membahas peran penting radiografi dalam kedokteran gigi sebagai pemeriksaan penunjang. Radiografi memungkinkan visualisasi kondisi yang tidak terlihat dalam pemeriksaan klinis, sehingga membantu dalam menegakkan diagnosis, perencanaan perawatan, dan prognosis pasien. Kegunaannya mencakup pemeriksaan rutin karies gigi, evaluasi penyakit periodontal, identifikasi patologi tulang (kista dan tumor), evaluasi trauma pada rahang dan tulang wajah, serta evaluasi pertumbuhan dan perkembangan. Proses pembentukan citra radiografi dijelaskan sebagai proses melewatkan sinar-X melalui jaringan yang akan diperiksa, di mana perbedaan absorpsi sinar-X oleh jaringan keras dan lunak menghasilkan gambar pada film. Jaringan keras, seperti tulang dan email gigi, akan menyerap lebih banyak radiasi, menghasilkan area yang lebih terang pada film, sementara jaringan lunak akan lebih tembus pandang sinar-X, menghasilkan area yang lebih gelap pada film.

2. Proteksi Radiasi dan Keselamatan

Bagian ini menekankan pentingnya proteksi radiasi dalam penggunaan radiografi. Meskipun tidak ada jumlah radiasi yang sepenuhnya aman, prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) ditekankan untuk meminimalkan paparan radiasi. Nilai Batas Dosis (NBD) atau Maximum Permissible Dose (MPD) dijelaskan sebagai dosis maksimum radiasi yang diperbolehkan tanpa menimbulkan efek radiasi yang signifikan. NBD berbeda untuk pekerja radiasi dan non-pekerja radiasi. Dokumen juga menjelaskan pentingnya izin dari dokter gigi sebelum melakukan radiografi, serta detail mengenai surat permintaan radiografi yang harus berisi jenis radiografi, area yang akan difoto, diagnosis sementara, dan hasil pemeriksaan klinis. Selain itu, dokumen menyebutkan persyaratan keselamatan seperti usia minimum petugas radiologi (18 tahun), batasan radiasi yang lebih ketat untuk wanita hamil, dan pentingnya tanda peringatan dan perisai pelindung di ruang radiografi.

3. Teknik Radiografi Intraoral dan Ekstraoral

Tinjauan pustaka juga menjelaskan berbagai teknik radiografi, dibagi menjadi intraoral dan ekstraoral. Teknik intraoral, meliputi periapikal, interproksimal, dan oklusal, digunakan untuk pemeriksaan detail gigi dan jaringan sekitarnya, dengan film ditempatkan di dalam mulut pasien. Teknik ekstraoral, seperti panoramik, lateral, posteroanterior, sefalometri, dan beberapa proyeksi lainnya, digunakan untuk melihat area yang lebih luas pada rahang dan tengkorak, dengan film ditempatkan di luar mulut. Dokumen juga menjelaskan indikasi penggunaan masing-masing teknik dan potensi masalah yang dapat terjadi, seperti kesalahan teknik atau kesalahan pemrosesan film yang menghasilkan gambar yang tidak jelas atau terdistorsi. Penjelasan rinci mengenai setiap teknik, termasuk detail prosedur dan interpretasi gambar, tidak diuraikan secara mendalam di bagian ini.

V.Kesimpulan dan Saran

Kesimpulannya, mayoritas mahasiswa non-klinik memiliki pengetahuan yang baik tentang prosedur radiografi kedokteran gigi, tetapi masih ada ruang untuk peningkatan. Saran yang diberikan antara lain perlunya peningkatan pembelajaran prosedur radiografi yang benar, pengawasan untuk memastikan kepatuhan terhadap SOP, dan studi lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan mahasiswa.

1. Kesimpulan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Non Klinik

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa non-klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi mayoritas berada pada kategori baik. Dari 46 responden, sebanyak 24 orang (52,17%) masuk kategori baik, 21 orang (45,65%) dalam kategori sedang, dan hanya 1 orang (2,17%) dalam kategori kurang. Hasil ini memberikan gambaran umum tentang pemahaman mahasiswa sebelum praktik klinis. Temuan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas program pendidikan radiografi dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan untuk memastikan mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup sebelum mereka melakukan praktik klinis dan menggunakan peralatan radiografi. Data ini juga dapat digunakan untuk membandingkan dengan tingkat pengetahuan mahasiswa di tahap kepaniteraan klinik dan melihat bagaimana pengalaman langsung mempengaruhi pemahaman mereka.

2. Saran untuk Peningkatan Pengetahuan dan Praktik

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik radiografi kedokteran gigi. Pertama, diharapkan mahasiswa non-klinik dapat lebih giat mempelajari prosedur-prosedur radiografi yang benar dan baik agar terampil saat memasuki tahap kepaniteraan klinik. Kedua, pengawasan yang lebih ketat terhadap mahasiswa selama praktik sangat disarankan untuk memastikan bahwa Standard Operational Procedure (SOP) dalam kedokteran gigi dipatuhi secara efektif. Hal ini penting untuk mengurangi risiko kesalahan prosedur dan meminimalkan paparan radiasi yang tidak perlu. Dengan meningkatkan pengetahuan dan pengawasan, diharapkan kualitas praktik radiografi kedokteran gigi oleh mahasiswa dapat ditingkatkan dan keselamatan pasien dapat dijaga dengan lebih baik. Penelitian lebih lanjut juga direkomendasikan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan mahasiswa dan untuk mengembangkan strategi pendidikan yang lebih efektif.