Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 17 Medan

Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 17 Medan

Informasi dokumen

Penulis

Mei Novalina Hastuti Damanik

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan D-IV Bidan Pendidik, Fakultas Keperawatan
Tempat Medan
Jenis dokumen Karya Tulis Ilmiah
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 6.00 MB
  • Kesehatan Reproduksi
  • Komunikasi Informasi dan Edukasi
  • Remaja

Ringkasan

I.Latar Belakang Background

Penelitian ini meneliti kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan. Latar belakangnya adalah kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan sumber informasinya, serta pentingnya isu ini dalam konteks Millenium Development Goals (MDGs) dan Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan di Kairo (1994). Data BPS menunjukkan jumlah remaja di Indonesia yang signifikan (42 juta jiwa pada 2005), dengan tantangan perilaku seksual berisiko tinggi. Penelitian sebelumnya menunjukkan rendahnya pengetahuan remaja tentang masa subur dan risiko kehamilan, serta kecenderungan untuk mendiskusikan seksualitas dengan teman sebaya daripada orang tua. Khususnya, penelitian ini berfokus pada kebutuhan akan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang efektif tentang kesehatan reproduksi remaja.

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Bagian ini mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara menyeluruh yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi, bukan sekadar bebas dari penyakit atau cacat. Definisi ini menekankan aspek holistik kesehatan reproduksi, melampaui pemahaman sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai ketiadaan penyakit. Kesehatan reproduksi dipandang sebagai hak setiap individu, termasuk hak untuk mengatur jumlah keluarga dan mendapat informasi tentang kontrasepsi.

2. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Fokus utama latar belakang ini adalah pada permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Disebutkan bahwa remaja sering menghadapi masalah terkait seksualitas, dan banyak yang kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang sumber informasi kesehatan reproduksi yang akurat dan terpercaya. Kurangnya pengetahuan ini menjadi isu penting karena dapat berdampak pada perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi mereka secara keseluruhan. Ini menjadi dasar bagi penelitian untuk melihat bagaimana komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dapat membantu mengatasi permasalahan ini.

3. Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Perspektif Global dan Nasional

Latar belakang juga menempatkan isu kesehatan reproduksi remaja dalam konteks global dan nasional yang lebih luas. Disebutkan pentingnya isu ini dalam Millenium Development Goals (MDGs) dan Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan di Kairo tahun 1994. Konferensi tersebut menandai perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan, bergeser dari pendekatan pengendalian populasi menuju pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak reproduksi. Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 42 juta jiwa (19,34% dari total penduduk), menunjukkan besarnya populasi remaja yang perlu diperhatikan dalam konteks kesehatan reproduksi.

4. Karakteristik Remaja dan Perilaku Seksual

Bagian ini membahas karakteristik remaja yang khas, seperti rasa ingin tahu yang tinggi, kecenderungan untuk mencoba hal baru, dan mudah terpengaruh lingkungan. Karakteristik ini, dikombinasikan dengan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, membuat remaja rentan terhadap perilaku seksual berisiko. Data dari berbagai sumber, termasuk SKRRI (2002-2003) dan penelitian Sunarti, Winarni, dan Anam (2009), menunjukkan angka yang mengkhawatirkan mengenai pengetahuan remaja tentang masa subur, risiko kehamilan, dan prevalensi hubungan seksual pranikah di kalangan teman sebaya. Data ini menunjukkan perlunya intervensi KIE yang efektif dan tepat sasaran untuk mencegah perilaku berisiko tersebut.

5. Kebutuhan KIE dan Upaya yang Sudah Ada

Latar belakang menyoroti kebutuhan akan pelayanan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang memadai di bidang kesehatan reproduksi remaja. Data dari penelitian Sunarti, Winarni, dan Anam (2009) di SMPN 1 Blitar menunjukkan proporsi signifikan remaja yang membutuhkan pelayanan KIE. Meskipun berbagai program KIE telah ada di Indonesia (BKR, PIK, KKPR), program-program tersebut dinilai belum cukup efektif dalam mencapai target yang diinginkan. Studi pendahuluan di SMA Negeri 17 Medan menunjukkan bahwa meskipun siswa telah menerima beberapa penyuluhan, program tersebut masih belum mencapai hasil yang optimal. Kondisi ini semakin menguatkan perlunya penelitian untuk mengevaluasi efektivitas program KIE dan menemukan strategi yang lebih baik.

II.Tujuan Penelitian Research Objectives

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 17 Medan. Penelitian ini ingin mengukur dampak program KIE pada perilaku kesehatan reproduksi.

1. Tujuan Utama Penelitian

Tujuan utama penelitian ini sangat jelas dan terfokus: untuk mengetahui pengaruh kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja. Ini merupakan tujuan yang spesifik dan terukur, yang memungkinkan peneliti untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara program KIE dan perilaku kesehatan reproduksi remaja. Penelitian ini tidak hanya sekedar mendeskripsikan keadaan, tetapi juga berusaha untuk mengidentifikasi adanya pengaruh atau hubungan kausal antara variabel independen (KIE) dan variabel dependen (tindakan kesehatan reproduksi remaja). Dengan demikian, tujuan penelitian ini memberikan kerangka yang jelas bagi metodologi dan analisis data yang akan dilakukan.

III.Metodologi Methodology

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif, dengan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Sebanyak 84 siswa SMA Negeri 17 Medan menjadi responden. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang mengukur pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, partisipasi dalam program KIE, dan perilaku kesehatan reproduksi. Analisa data meliputi analisa univariat dan bivariat, termasuk uji Chi-Square untuk menguji hubungan antara variabel.

1. Desain Penelitian dan Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif, yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara variabel komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dengan tindakan kesehatan reproduksi remaja. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, di mana 84 siswa SMA Negeri 17 Medan dipilih secara acak sebagai responden. Jumlah sampel ini dipilih untuk mewakili populasi siswa di sekolah tersebut. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 17 Medan, menunjukkan lokasi spesifik dari studi ini, sehingga temuannya dapat dikaitkan dengan konteks lokal tersebut. Penggunaan metode simple random sampling bertujuan untuk meminimalisir bias dalam pemilihan sampel dan memastikan representasi yang lebih akurat dari populasi siswa.

2. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian: data demografis responden, pertanyaan tentang partisipasi dalam kegiatan KIE, dan pertanyaan tentang tindakan kesehatan reproduksi remaja. Dengan demikian, data yang dikumpulkan mencakup informasi latar belakang responden, akses dan pemahaman mereka terhadap program KIE, serta perilaku kesehatan reproduksi mereka. Penggunaan kuesioner memungkinkan pengumpulan data yang sistematis dan efisien dari sejumlah besar responden, memudahkan proses analisis data selanjutnya.

3. Analisis Data

Setelah data terkumpul, analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan. Termasuk diantaranya pengecekan kelengkapan kuesioner, pemberian kode numerik pada data, dan entri data ke komputer untuk analisis. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan distribusi frekuensi variabel penelitian, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara variabel KIE dan tindakan kesehatan reproduksi remaja. Uji statistik yang digunakan, kemungkinan uji Chi-Square, digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara kedua variabel tersebut. Hasil analisis ini kemudian diinterpretasikan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

IV.Hasil Penelitian Research Findings

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh signifikan kegiatan KIE terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja (p=0.032). Remaja yang mengikuti program KIE memiliki peluang 5 kali lebih besar untuk memiliki perilaku kesehatan reproduksi yang baik. Meskipun demikian, proporsi besar responden (75%) masih menunjukkan tindakan kesehatan reproduksi yang kurang baik, meskipun telah mendapatkan KIE. Data juga menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mendapatkan informasi KIE melalui UKS (81%) dan media cetak (66.7%). Analisis lebih lanjut menunjukkan hubungan antara usia dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

1. Pengaruh Kegiatan KIE terhadap Tindakan Kesehatan Reproduksi

Hasil utama penelitian menunjukkan adanya pengaruh signifikan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja. Analisis Chi-Square menunjukkan nilai p-value sebesar 0,032, yang mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan secara statistik. Temuan ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam kegiatan KIE meningkatkan kemungkinan remaja untuk memiliki tindakan kesehatan reproduksi yang baik. Namun, perlu dicatat bahwa meskipun terdapat pengaruh positif, masih terdapat proporsi yang signifikan dari responden (75%) yang mendapatkan KIE tetapi tetap menunjukkan tindakan kesehatan reproduksi yang kurang baik. Ini menunjukkan bahwa efektivitas program KIE perlu ditingkatkan lebih lanjut.

2. Distribusi Partisipasi dalam Kegiatan KIE

Penelitian juga menelaah bagaimana remaja memperoleh informasi KIE. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar responden (81%) memperoleh informasi melalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS), diikuti oleh media cetak (66.7%). Sumber informasi lainnya seperti radio, televisi, atau lingkungan sekitar hanya melibatkan proporsi yang lebih kecil (28.4%). Hanya sedikit responden (2.4%) yang secara aktif membaca majalah kesehatan atau koran untuk memperoleh informasi KIE. Data ini menunjukkan bahwa UKS merupakan sumber informasi KIE utama bagi remaja, sementara media massa lainnya memiliki peran yang relatif terbatas dalam penyebaran informasi kesehatan reproduksi di kalangan remaja.

3. Analisis Lebih Lanjut dan Temuan Tambahan

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa remaja yang mendapatkan KIE memiliki peluang lima kali lebih besar untuk memiliki tindakan kesehatan reproduksi yang baik. Namun, sekitar 75% remaja yang mendapatkan KIE dikategorikan dalam kategori kurang baik, dan 80% dari mereka juga memiliki tindakan kesehatan reproduksi yang kurang baik. Ini menunjukan adanya kesenjangan antara ketersediaan informasi dan perubahan perilaku. Hasil uji statistik dengan nilai p=0.032 menguatkan temuan bahwa ada pengaruh signifikan antara kegiatan KIE dan tindakan kesehatan reproduksi remaja. Data mengenai usia remaja menunjukkan bahwa sebagian besar responden (46.4%) berusia 16 tahun, menunjukkan rentang usia yang relevan dengan penelitian ini.

V.Kesimpulan dan Saran Conclusion and Recommendations

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kegiatan KIE berpengaruh terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja, namun perlu ditingkatkan efektivitasnya. Saran yang diberikan meliputi kerjasama dengan puskesmas untuk penyuluhan, peningkatan pemanfaatan UKS, dan pelatihan pengelola UKS. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku kesehatan reproduksi remaja.

1. Kesimpulan tentang Pengaruh KIE

Kesimpulan utama penelitian ini adalah bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) terhadap tindakan kesehatan reproduksi remaja. Meskipun demikian, penelitian juga menunjukkan bahwa efektivitas program KIE masih perlu ditingkatkan, mengingat proporsi besar responden yang menunjukkan tindakan kesehatan reproduksi yang kurang baik meskipun telah mengikuti program KIE. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ketersediaan informasi saja belum cukup untuk mengubah perilaku, dan dibutuhkan strategi yang lebih komprehensif untuk meningkatkan efektivitas program KIE.

2. Saran untuk Peningkatan Program KIE

Berdasarkan temuan penelitian, beberapa saran diajukan untuk meningkatkan efektivitas program KIE di bidang kesehatan reproduksi remaja. Kerjasama dengan tenaga kesehatan di puskesmas setempat disarankan untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan yang lebih komprehensif. Pemanfaatan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) juga perlu ditingkatkan, serta pelatihan bagi pengurus UKS untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam memberikan informasi dan edukasi yang efektif. Saran-saran ini menekankan pentingnya pendekatan multi-sektoral dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan reproduksi remaja.