Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Infeksi Menular Seksual di SMA Negeri 7 Medan

Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Infeksi Menular Seksual di SMA Negeri 7 Medan

Informasi dokumen

Penulis

Asnil Adli Simamora

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Keperawatan
Tempat Medan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 6.64 MB
  • pengetahuan remaja
  • infeksi menular seksual
  • sikap remaja

Ringkasan

I.Abstrak Penelitian Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Infeksi Menular Seksual IMS di SMA Negeri 7 Medan

Penelitian deskriptif ini meneliti pengetahuan dan sikap 99 responden remaja di SMA Negeri 7 Medan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) pada tahun 2013. Hasilnya menunjukkan bahwa 75,8% (75 orang) responden memiliki pengetahuan tentang IMS yang kurang, sementara 88,9% (89 orang) memiliki sikap negatif terhadap IMS. Studi ini menyoroti bahwa informasi yang diperoleh remaja tentang IMS tidak hanya dari sekolah, tetapi juga dari berbagai sumber lain seperti teman sebaya, media, dan keluarga. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti perilaku remaja terkait IMS.

1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual IMS

Abstrak penelitian ini menjelaskan bahwa infeksi menular seksual (IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, dan sebagian besar penderitanya adalah remaja. Tingkat pengetahuan remaja tentang IMS relatif rendah, dan sikap mereka cenderung negatif. Hal ini menjadi dasar penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 7 Medan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja tentang IMS. Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan teknik stratified random sampling dengan 99 responden, dan pengumpulan data dilakukan melalui angket. Hasil sementara menunjukkan bahwa sebagian besar remaja memiliki pengetahuan yang kurang tentang IMS dan sikap yang negatif terhadapnya. Penelitian lebih lanjut mengenai perilaku remaja terkait IMS sangat direkomendasikan.

2. Metode Penelitian Desain Sampel dan Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling, melibatkan 99 responden remaja di SMA Negeri 7 Medan. Data dikumpulkan melalui angket. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual. Data yang dikumpulkan dianalisis untuk mengkategorikan pengetahuan responden (baik, cukup, kurang) dan sikap responden (positif, negatif). Jumlah responden untuk masing-masing kategori pengetahuan adalah: Baik (9,1%, 9 orang), Cukup (15,2%, 15 orang), dan Kurang (75,8%, 75 orang). Untuk sikap, responden dengan sikap negatif mencapai 88,9% (89 orang) sedangkan sikap positif hanya 11,1% (11 orang). Data ini memberikan gambaran jelas mengenai pemahaman dan persepsi remaja terhadap IMS di sekolah tersebut.

3. Hasil Penelitian Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap IMS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75,8% responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang infeksi menular seksual. Meskipun sebagian besar mengetahui berbagai jenis IMS, pemahaman mereka tentang definisi dan cara penularan masih terbatas. Informasi tentang IMS tidak hanya diperoleh dari sekolah, tetapi juga dari sumber lain seperti teman sebaya, media, dan budaya. Terkait sikap, 88,9% responden menunjukkan sikap negatif terhadap IMS dan seks bebas. Temuan ini dibandingkan dengan penelitian lain, misalnya penelitian Linda Chaiuman (2009) yang dilakukan di SMA Wiyata Dharma Medan, yang menunjukkan persentase berbeda mengenai pengetahuan dan sikap remaja tentang IMS. Penelitian tersebut menunjukkan mayoritas remaja memiliki pengetahuan yang kurang baik (52,4%) dan sikap yang cukup baik/positif (57,1%). Perbedaan ini menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami variasi pemahaman dan sikap remaja terhadap IMS di berbagai konteks sosial budaya.

4. Kesimpulan dan Rekomendasi Penelitian Lebih Lanjut

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan adanya tingkat pengetahuan yang kurang dan sikap yang negatif terhadap infeksi menular seksual di kalangan remaja SMA Negeri 7 Medan. 75,8% responden masuk kategori pengetahuan kurang, sementara 88,9% memiliki sikap negatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap remaja meliputi informasi yang diperoleh dari berbagai sumber (sekolah, keluarga, teman, media) dan kemampuan mereka dalam memproses informasi tersebut. Penelitian ini merekomendasikan agar penelitian selanjutnya fokus pada perilaku remaja terkait IMS. Memahami perilaku remaja terkait IMS akan membantu mengembangkan strategi pendidikan kesehatan reproduksi yang lebih efektif dan terarah.

II.Kesimpulan Penelitian Tingkat Pengetahuan dan Sikap yang Mengkhawatirkan tentang Penyakit Menular Seksual PMS

Mayoritas remaja di SMA Negeri 7 Medan menunjukkan pengetahuan yang kurang (75,8%) tentang Infeksi Menular Seksual (IMS). Sikap negatif terhadap PMS juga mendominasi (88,9%). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap remaja termasuk informasi yang diterima dari sekolah, keluarga, teman sebaya, dan media, serta kemampuan mereka dalam memproses informasi tersebut. Penelitian ini menyarankan penelitian lanjutan yang fokus pada perilaku remaja terkait IMS untuk intervensi yang lebih efektif.

1. Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Penyakit Menular Seksual PMS

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja di SMA Negeri 7 Medan tentang penyakit menular seksual (PMS) mayoritas berada dalam kategori kurang, yaitu sebesar 75,8% (75 dari 99 responden). Ini mengindikasikan adanya kesenjangan informasi yang signifikan. Pengetahuan tentang PMS tidak hanya bergantung pada informasi yang didapat di sekolah melalui mata pelajaran biologi, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. Informasi dari teman sebaya, pengalaman pribadi, pergaulan remaja, dan faktor budaya turut membentuk pemahaman mereka tentang PMS. Rendahnya tingkat pengetahuan ini menjadi perhatian serius karena dapat meningkatkan risiko tertular PMS.

2. Sikap Negatif Remaja terhadap PMS dan Faktor faktor yang Mempengaruhi

Selain pengetahuan yang kurang, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa sikap remaja terhadap PMS mayoritas negatif, mencapai 88,9% (89 responden). Sikap ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk akses dan kualitas informasi yang diterima. Informasi yang diperoleh dari penyuluhan, media massa, atau orang tua, serta kemampuan remaja dalam menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut, berperan penting dalam membentuk sikap mereka. Sikap negatif ini bisa berdampak pada perilaku yang meningkatkan risiko penularan PMS. Oleh karena itu, perlu adanya intervensi yang tepat untuk memperbaiki pengetahuan dan mengubah sikap negatif menjadi positif.

3. Rekomendasi untuk Penelitian Lebih Lanjut

Berdasarkan temuan ini, peneliti merekomendasikan penelitian lanjutan yang fokus pada perilaku remaja terkait PMS. Pengetahuan dan sikap yang kurang dan negatif dapat berujung pada perilaku berisiko tinggi. Penelitian lebih lanjut tentang perilaku remaja ini sangat penting untuk memahami bagaimana pengetahuan dan sikap yang kurang optimal tersebut berdampak pada tindakan nyata. Dengan memahami perilaku, maka intervensi dan program pendidikan kesehatan reproduksi dapat dirancang secara lebih efektif dan tertarget untuk mengurangi angka kejadian PMS di kalangan remaja.

III.Metodologi Penelitian Pengumpulan Data tentang IMS di SMA Negeri 7 Medan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling pada 99 responden di SMA Negeri 7 Medan, Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan melalui angket. Uji validitas dan reliabilitas instrumen telah dilakukan. Penelitian berlangsung dari Juli hingga September 2013 dan telah mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Dinas Pendidikan Kota Medan, dan Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Medan.

1. Desain dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap remaja di SMA Negeri 7 Medan tentang Infeksi Menular Seksual (IMS). Penelitian deskriptif dipilih karena bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan dan sikap, bukan untuk menguji hubungan antar variabel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling, yang memungkinkan distribusi sampel secara merata pada siswa/siswi di SMA Negeri 7 Medan. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 99 responden. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket (kuesioner).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama beberapa bulan, dimulai dari tahap penentuan judul, penulisan proposal, hingga seminar hasil penelitian. Periode penelitian diperkirakan berlangsung dari bulan Juli hingga September 2013. Penetapan lokasi penelitian di SMA Negeri 7 Medan didasarkan pada pertimbangan ketersediaan data dan aksesibilitas bagi peneliti. Pemilihan waktu penelitian juga mempertimbangkan kesesuaian dengan jadwal akademik sekolah dan ketersediaan waktu peneliti.

3. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap IMS. Untuk mengukur pengetahuan, digunakan sistem skoring dengan skala ordinal (baik, cukup, kurang). Sementara itu, sikap responden dikategorikan sebagai positif atau negatif. Proses pengumpulan data dibantu oleh asisten peneliti. Sebelumnya, asisten peneliti telah diberi pemahaman tentang cara melakukan pengumpulan data. Setelah data terkumpul, data dimasukkan ke dalam database komputer dan dianalisis dengan membuat distribusi frekuensi sederhana. Tahap persiapan juga meliputi pengajuan izin penelitian ke berbagai pihak terkait seperti Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Dinas Pendidikan Kota Medan, dan kepala sekolah SMA Negeri 7 Medan.

4. Pertimbangan Etik

Peneliti menekankan aspek etika dalam penelitian. Permohonan izin penelitian diajukan kepada beberapa instansi, yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Dinas Pendidikan Kota Medan, dan Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Medan. Sebelum mengisi angket, responden diberikan penjelasan mengenai tujuan dan prosedur penelitian. Responden juga diberikan kesempatan untuk menolak berpartisipasi tanpa paksaan. Jika responden bersedia, mereka diminta menandatangani lembar persetujuan. Hal ini memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan menjunjung tinggi hak dan privasi responden.

IV.Hasil Penelitian Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap IMS

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan remaja tentang IMS di SMA Negeri 7 Medan mayoritas berada pada kategori kurang (75,8%). Meskipun sebagian besar responden mengetahui beberapa jenis IMS, pemahaman mereka tentang definisi dan penularan IMS masih terbatas. Terkait sikap, mayoritas responden menunjukkan sikap negatif (88,9%) terhadap IMS dan seks bebas. Temuan ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Linda Chaiuman (2009) yang menunjukkan hasil berbeda mengenai sikap remaja terhadap IMS di lokasi lain.

1. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang IMS

Analisis data menunjukkan gambaran yang memprihatinkan tentang pengetahuan remaja di SMA Negeri 7 Medan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS). Sebanyak 75,8% (75 orang) dari 99 responden dikategorikan memiliki pengetahuan yang kurang. Meskipun sebagian besar responden mengetahui beberapa jenis IMS, hal ini kemungkinan karena materi tersebut termasuk dalam kurikulum biologi sejak SMP. Namun, pemahaman yang kongkrit mengenai definisi dan cara penularan IMS masih sangat terbatas. Temuan ini sejalan dengan penelitian Linda Chaiuman (2009) di SMA Wiyata Dharma Medan, yang juga menunjukkan mayoritas remaja (52,4%) memiliki pengetahuan tentang IMS yang kurang baik. Perbedaannya terletak pada sumber informasi yang didapat; penelitian ini menekankan bahwa pengetahuan tentang IMS tidak hanya berasal dari sekolah, tetapi juga dipengaruhi oleh informasi dari teman sebaya, pengalaman, pergaulan, dan faktor budaya. Keterbatasan pengetahuan ini menjadi poin krusial yang perlu ditangani.

2. Gambaran Sikap Remaja terhadap IMS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap remaja SMA Negeri 7 Medan terhadap IMS juga mengkhawatirkan. Sebanyak 88,9% (89 orang) responden menunjukkan sikap negatif. Sikap negatif ini meliputi kurangnya pemahaman mengenai pencegahan IMS dan tanggapan negatif terhadap seks bebas. Meskipun demikian, sebagian kecil responden (11,1%, 11 orang) masih menunjukkan sikap positif dalam menghadapi individu yang menderita IMS. Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian Linda Chaiuman (2009), yang menemukan persentase sikap positif lebih tinggi (57,1%). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, seperti akses informasi, peran orang tua, dan pengaruh media massa. Penting untuk ditekankan bahwa sikap negatif dapat berdampak pada perilaku berisiko tinggi, sehingga membutuhkan intervensi yang tepat.

3. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini membandingkan temuannya dengan penelitian Linda Chaiuman (2009) yang dilakukan di SMA Wiyata Dharma Medan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa 52,4% remaja memiliki pengetahuan yang kurang tentang IMS, dan 57,1% memiliki sikap positif. Perbedaan hasil ini menunjukkan adanya variasi pemahaman dan sikap remaja terhadap IMS di berbagai konteks. Meskipun kedua penelitian menunjukkan tingginya proporsi remaja dengan pengetahuan kurang, perbedaan persentase sikap positif menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih spesifik dan terlokalisasi dalam program pendidikan kesehatan reproduksi. Faktor-faktor sosial budaya di setiap daerah perlu diperhitungkan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.