Pengaruh Good Corporate Governance dan IFRS terhadap Manajemen Laba Perusahaan Pertambangan

Pengaruh Good Corporate Governance dan IFRS terhadap Manajemen Laba Perusahaan Pertambangan

Informasi dokumen

Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 800.74 KB
  • Good Corporate Governance
  • International Financial Reporting Standard
  • Manajemen Laba

Ringkasan

I.Tujuan Penelitian Rumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Rumusan masalahnya berfokus pada bagaimana GCG dan IFRS, diproksikan melalui kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit, mempengaruhi praktik manajemen laba. Penelitian ini juga ingin mengetahui variabel mana yang paling signifikan pengaruhnya.

1. Tujuan Utama Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh good corporate governance (GCG) dan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2013. Penelitian ini secara spesifik ingin mengukur seberapa besar pengaruh GCG dan IFRS terhadap praktik manajemen laba di sektor pertambangan tersebut. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hipotesis mengenai hubungan antara variabel-variabel tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana praktik GCG dan penerapan standar akuntansi internasional mempengaruhi upaya perusahaan untuk mengelola laba. Penelitian ini juga ingin mengidentifikasi variabel mana di antara GCG (kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit) dan IFRS yang memberikan pengaruh paling signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini penting untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang lebih terarah dan efektif bagi pihak-pihak terkait.

2. Rumusan Masalah Perumusan Hipotesis

Rumusan masalah penelitian diajukan untuk mengarahkan penelitian secara spesifik dan terukur. Permasalahan utama adalah bagaimana pengaruh GCG dan implementasi IFRS terhadap manajemen laba di perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini kemudian merumuskan hipotesis untuk diuji. Hipotesis tersebut secara tersirat mengasumsikan adanya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya perbedaan hasil mengenai pengaruh GCG terhadap manajemen laba, sehingga penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi empiris pada perdebatan tersebut. Selain itu, penelitian ini secara eksplisit ingin mengetahui peran masing-masing komponen GCG (kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit) serta peran IFRS dalam mempengaruhi manajemen laba perusahaan. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya melihat pengaruh secara keseluruhan, tetapi juga secara parsial untuk setiap variabel yang digunakan sebagai proksi GCG dan penerapan IFRS. Legalisasi manajemen laba menjadi latar belakang penting, yang menjelaskan mengapa penelitian ini relevan dan penting dilakukan. Upaya untuk mengurangi manajemen laba menjadi fokus utama penelitian ini, dengan GCG dan IFRS sebagai instrumen kunci. Namun, penelitian ini juga menyadari potensi sisi negatif dari pemisahan kekuasaan, di mana manajemen dapat memaksimalkan kepentingan sendiri, mengarah pada masalah transparansi dan keseimbangan kepentingan.

II.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Sampel penelitian adalah 14 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2013 (total 48 sampel). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Variabel independen meliputi GCG (diukur melalui kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit) dan implementasi IFRS. Variabel dependen adalah manajemen laba. Data diperoleh dari laporan tahunan perusahaan di www.idx.co.id.

1. Desain Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis pengaruh good corporate governance (GCG) dan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap manajemen laba. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear berganda, yang memungkinkan peneliti untuk menguji pengaruh simultan dan parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen. Penggunaan metode ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk mengkuantifikasi kekuatan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Sebelum analisis regresi dilakukan, pengujian asumsi klasik juga dilakukan untuk memastikan validitas dan reliabilitas model regresi yang digunakan. Penelitian ini juga menggunakan teknik purposive sampling dalam memilih sampel, yang berarti sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian. Kriteria tersebut memungkinkan peneliti untuk memilih sampel yang representatif dan relevan dengan konteks penelitian, sehingga hasil penelitian lebih akurat dan dapat diandalkan. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diakses melalui website www.idx.co.id. Pemilihan data laporan tahunan ini didasarkan atas ketersediaan informasi yang dibutuhkan untuk mengukur variabel-variabel penelitian.

2. Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari good corporate governance (GCG) dan implementasi IFRS. GCG diproksikan melalui tiga variabel, yaitu kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit. Ketiga variabel ini dipilih karena dianggap sebagai indikator penting dari praktik GCG yang baik. Implementasi IFRS diukur berdasarkan penerapan standar akuntansi tersebut oleh perusahaan pertambangan yang menjadi sampel penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Pengukuran variabel-variabel tersebut dilakukan berdasarkan data yang terdapat dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Peneliti menggunakan data laporan tahunan karena laporan tersebut merupakan sumber data utama yang memuat informasi keuangan perusahaan secara komprehensif, dan merupakan sumber data sekunder yang terpercaya dan teraudit. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan pertambangan per tahun, sehingga terdapat total 48 sampel untuk periode 2010-2013. Penggunaan software SPSS Versi 22 digunakan untuk pemrosesan data dan analisis statistik, memberikan jaminan kualitas hasil analisis yang valid dan terpercaya.

3. Sumber Data dan Periode Penelitian

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2010-2013. Laporan tahunan dipilih karena laporan tersebut merupakan sumber data yang andal dan terverifikasi, serta mencakup informasi keuangan yang dibutuhkan untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian. Data tersebut diakses melalui website resmi BEI (www.idx.co.id). Periode penelitian 2010-2013 dipilih karena mempertimbangkan penerapan IFRS di Indonesia, yang memberikan konteks yang relevan untuk penelitian ini. Populasi penelitian meliputi seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode tersebut, berjumlah 39 perusahaan. Namun, hanya 14 perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian setelah melalui proses purposive sampling yang telah dijelaskan sebelumnya. Proses seleksi sampel bertujuan untuk memastikan bahwa sampel yang dipilih memenuhi kriteria yang telah ditentukan dan representatif bagi populasi penelitian. Dengan demikian data yang digunakan dapat dipercaya, dan analisis yang dilakukan memberikan hasil yang akurat dan relevan.

III.Hasil Penelitian

Hasil uji F menunjukkan bahwa GCG dan IFRS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Namun, uji t menunjukkan hasil yang lebih spesifik: kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan proporsi dewan komisaris dan IFRS tidak berpengaruh signifikan. Koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0,525 menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut menjelaskan 52,5% variasi manajemen laba. Adjusted R-Square sebesar 0,276 mengindikasikan kemampuan variabel independen menjelaskan 27,6% variansi variabel dependen.

1. Pengaruh Simultan Uji F

Hasil uji F menunjukkan bahwa good corporate governance (GCG) dan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Artinya, secara bersama-sama, variabel-variabel GCG (yang diproksikan melalui kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit) dan IFRS memberikan dampak yang signifikan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang diteliti. Nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, dan nilai signifikansi (p-value) kurang dari 0,05 (tingkat signifikansi yang telah ditetapkan), mendukung penerimaan hipotesis penelitian. Temuan ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara praktik tata kelola perusahaan yang baik dan penerapan standar akuntansi internasional dengan upaya perusahaan untuk mengelola atau memanipulasi laporan laba. Dengan kata lain, GCG dan IFRS bersama-sama memengaruhi kemampuan manajemen dalam melakukan manajemen laba, meskipun besarnya pengaruh masing-masing variabel masih perlu dikaji lebih lanjut melalui uji statistik selanjutnya.

2. Pengaruh Parsial Uji T

Uji T digunakan untuk menganalisis pengaruh parsial setiap variabel independen terhadap manajemen laba. Hasilnya menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial, semakin rendah praktik manajemen laba. Sebaliknya, proporsi dewan komisaris tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris, dalam hal proporsi, tidak berkorelasi kuat dengan praktik manajemen laba dalam konteks penelitian ini. Komite audit, di sisi lain, terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, menunjukkan bahwa keberadaan dan efektivitas komite audit berkontribusi pada pengurangan praktik manajemen laba. Terakhir, implementasi IFRS tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, yang berarti penerapan standar akuntansi internasional ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap upaya perusahaan untuk mengelola laba dalam sampel yang diteliti.

3. Uji Determinasi R Square dan Adjusted R Square

Koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0,525 menunjukkan bahwa variabel-variabel independen (GCG dan IFRS) mampu menjelaskan 52,5% variabilitas manajemen laba. Ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain di luar variabel yang diteliti yang juga mempengaruhi manajemen laba. Nilai Adjusted R-Square sebesar 0,276, yang mempertimbangkan jumlah variabel independen dalam model, memberikan interpretasi yang lebih konservatif. Adjusted R-Square menunjukkan bahwa variabel independen mampu menjelaskan 27,6% variabilitas manajemen laba. Perbedaan antara R-Square dan Adjusted R-Square mengindikasikan bahwa beberapa variabel independen mungkin memiliki sedikit kontribusi terhadap model atau terjadi multikolinearitas. Meskipun angka ini tidak mencapai 100%, temuan ini tetap menunjukkan adanya pengaruh signifikan dari variabel-variabel yang diteliti terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang menjadi sampel penelitian. Sisa 72,4% (100%-27,6%) variabilitas manajemen laba dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

IV.Teori Kasus Manajemen Laba

Penelitian ini membahas teori keagenan yang menjelaskan potensi konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, yang dapat memicu manajemen laba. Beberapa kasus manajemen laba di Indonesia, seperti pada PT Kimia Farma (overstate Rp32,7 miliar pada tahun 2002) dan PT Ades Alfindo (inkonsistensi pencatatan penjualan 2001-2004), dibahas sebagai konteks riset. Penelitian sebelumnya yang membahas hubungan antara GCG dan manajemen laba memiliki hasil yang beragam, mengindikasikan perlunya penelitian lebih lanjut.

1. Teori Keagenan dan Manajemen Laba

Bagian ini menjelaskan teori keagenan sebagai landasan teori penelitian. Teori keagenan menggambarkan hubungan kontraktual antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent). Adanya asimetri informasi antara principal dan agent dapat menciptakan peluang bagi manajemen untuk bertindak oportunis, salah satunya melalui manajemen laba. Manajemen laba didefinisikan sebagai pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk memaksimalkan utilitas mereka atau nilai pasar perusahaan. Ini dapat berupa manajemen laba berbasis riil (perubahan kegiatan ekonomi) atau berbasis akrual (pemilihan kebijakan akuntansi dan estimasi akrual). Tujuan manajemen laba, selain memaksimalkan utilitas manajer, juga dapat untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan menjadi salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya manajemen laba, meskipun praktik ini dianggap kontroversial dan dapat mengurangi keandalan informasi laporan keuangan.

2. Kasus Manajemen Laba di Indonesia

Dokumen ini mencantumkan beberapa kasus manajemen laba di Indonesia, seperti yang terjadi di PT Kimia Farma (overstate Rp32,7 miliar pada tahun 2002) dan PT Ades Alfindo (inkonsistensi pencatatan penjualan 2001-2004). Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa mekanisme Good Corporate Governance (GCG) saja tidak selalu efektif dalam mencegah manajemen laba. Kasus PT Kimia Farma menunjukkan overstatement penjualan dan laba bersih, sementara kasus PT Ades Alfindo menunjukkan underreporting penjualan. Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap manajemen laba, serta peran GCG dan IFRS dalam mitigasi praktik tersebut. Penelitian terdahulu oleh Panjaitan (2012), Putri (2012), dan Girsang (2010) menunjukkan hubungan signifikan antara praktik corporate governance dan earnings management, sementara Qomariyah (2008) dan Nabila & Daljono (2013) menemukan hasil yang berbeda. Perbedaan hasil penelitian ini menekankan kompleksitas fenomena manajemen laba dan perlunya penelitian lebih lanjut.

3. Definisi Good Corporate Governance

Good Corporate Governance (GCG) didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya. GCG mengatur hak dan kewajiban mereka, membentuk sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Penelitian ini melihat peran GCG dalam konteks manajemen laba, khususnya melalui proksi kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit. Komite audit, yang dibentuk oleh dewan komisaris, berperan dalam pengawasan pengelolaan perusahaan, kebijakan keuangan, akuntansi, dan pengendalian internal. Keberadaan komite audit berpengaruh pada kualitas dan integritas laporan keuangan. Studi ini bertujuan untuk mengkaji kembali sejauh mana GCG berpengaruh terhadap manajemen laba, dengan fokus pada perusahaan pertambangan dan mempertimbangkan implementasi IFRS di Indonesia, sebagai kelanjutan dari penelitian Panjaitan (2012).

V.Kesimpulan Saran

Penelitian menyimpulkan bahwa GCG, khususnya kepemilikan manajerial dan komite audit, berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan di BEI periode 2010-2013. Implementasi IFRS, dalam konteks ini, tidak menunjukkan pengaruh signifikan. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas variabel yang diteliti dan mempertimbangkan periode waktu yang lebih panjang untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai manajemen laba di sektor pertambangan Indonesia.

1. Kesimpulan Penelitian

Penelitian ini menyimpulkan bahwa good corporate governance (GCG) dan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Namun, analisis lebih lanjut dengan uji t menunjukkan hasil yang lebih spesifik. Kepemilikan manajerial dan komite audit terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan proporsi dewan komisaris dan IFRS tidak menunjukkan pengaruh signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa mekanisme pengawasan internal melalui kepemilikan manajerial yang tinggi dan fungsi komite audit yang efektif lebih berperan dalam mengurangi praktik manajemen laba dibandingkan dengan komposisi dewan komisaris dan penerapan IFRS pada periode penelitian. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa variabel-variabel yang diteliti hanya menjelaskan sebagian (52,5% berdasarkan R-Square dan 27,6% berdasarkan Adjusted R-Square) dari total variasi manajemen laba. Faktor-faktor lain di luar penelitian ini perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.

2. Saran Penelitian Selanjutnya

Berdasarkan temuan dan keterbatasan penelitian ini, beberapa saran untuk penelitian selanjutnya diajukan. Pertama, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperluas variabel yang diteliti. Penelitian ini hanya fokus pada beberapa proksi GCG dan IFRS, sementara faktor lain seperti ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas juga dapat memengaruhi manajemen laba. Melibatkan variabel-variabel tersebut dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang determinan manajemen laba. Kedua, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan periode waktu yang lebih panjang untuk melihat tren dan perubahan dalam praktik manajemen laba. Periode penelitian yang lebih panjang dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai efek jangka panjang dari GCG dan IFRS terhadap manajemen laba. Ketiga, perlu mempertimbangkan metode pengukuran manajemen laba yang lebih beragam. Penelitian ini mungkin dapat menggunakan model atau metrik yang berbeda untuk mengukur manajemen laba, dan membandingkan hasilnya. Terakhir, mempertimbangkan konteks spesifik industri pertambangan secara lebih mendalam juga dapat memberikan temuan yang lebih kaya dan terarah. Dengan demikian, temuan penelitian ini dapat dikaji ulang dan divalidasi dalam konteks yang lebih luas.