Pengaruh Audit Internal dan Pengendalian Internal terhadap Penerapan Good Corporate Governance pada PDAM Tirtanadi Medan

Pengaruh Audit Internal dan Pengendalian Internal terhadap Penerapan Good Corporate Governance pada PDAM Tirtanadi Medan

Informasi dokumen

Penulis

Ella Zefriani Lisna Nst

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Akuntansi
Tempat Medan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 4.87 MB
  • Audit Internal
  • Pengendalian Internal
  • Good Corporate Governance

Ringkasan

I.Latar Belakang Masalah Background of the Problem

Penelitian ini meneliti pengaruh audit internal dan pengendalian internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan. Perusahaan besar membutuhkan pengendalian internal yang efektif untuk mengatasi keterbatasan pengawasan dan mencegah praktik-praktik koruptif. GCG menjadi faktor penting untuk mencegah kerugian keuangan dan memastikan keberlangsungan perusahaan. Kejadian skandal internasional seperti Enron dan WorldCom menekankan urgensi penerapan prinsip-prinsip GCG yang baik.

1. Tujuan Perusahaan dan Tantangan Persaingan

Bagian ini menjelaskan bahwa tujuan utama setiap perusahaan adalah memperoleh laba maksimal melalui pemanfaatan sumber daya secara optimal. Keberhasilan perusahaan diukur dari pencapaian tujuan dan kemampuan menciptakan laba yang berkelanjutan. Dalam konteks persaingan global yang ketat, perusahaan dituntut untuk melakukan inovasi agar tetap bertahan. Inovasi menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan dan menciptakan keuntungan yang berkelanjutan di tengah persaingan usaha yang semakin kompetitif. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu beradaptasi dengan perubahan dan mengimplementasikan strategi yang tepat untuk mempertahankan posisinya di pasar. Penting bagi perusahaan untuk memiliki perencanaan yang matang dalam strategi bisnisnya untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang ada.

2. Keterbatasan Pengawasan dan Pengendalian Internal di Perusahaan Besar

Penulis memaparkan perbedaan antara perusahaan kecil dan besar dalam hal pengawasan operasional. Perusahaan kecil dengan jumlah karyawan dan kegiatan operasional terbatas memungkinkan pengawasan langsung oleh pimpinan. Sebaliknya, perusahaan besar menghadapi kendala pengawasan langsung karena skala dan kompleksitas operasionalnya. Hal ini menyebabkan perlunya sistem pengendalian internal yang kuat untuk menjamin efektivitas dan efisiensi operasional. Sistem pengendalian internal yang baik dirancang untuk mengatasi keterbatasan pengawasan tersebut dan mencegah potensi penyimpangan. Keberadaan pengendalian internal yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat beroperasi dengan lancar dan terhindar dari kerugian. Tanpa sistem pengendalian yang memadai, perusahaan berisiko mengalami kerugian yang signifikan.

3. Ancaman Korupsi Kolusi dan Nepotisme KKN serta Perannya dalam Kerugian Keuangan

Keterbatasan komunikasi antara manajemen puncak dan operasional perusahaan meningkatkan risiko praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Praktik-praktik KKN sulit dideteksi dan dapat menimbulkan kerugian keuangan yang signifikan, bahkan berujung pada kebangkrutan perusahaan. Deteksi dini dan pencegahan praktik KKN menjadi sangat penting untuk melindungi aset dan reputasi perusahaan. Sistem pengendalian internal yang efektif dan transparan dapat membantu mencegah dan mendeteksi praktik-praktik tersebut. Keberadaan mekanisme pelaporan yang aman dan terpercaya juga menjadi hal penting untuk memastikan integritas perusahaan dan memberikan rasa aman kepada para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan seluruh aspek dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik untuk mencegah hal ini.

4. Good Corporate Governance GCG sebagai Pencegah Praktik KKN

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diusulkan sebagai solusi untuk mencegah praktik-praktik KKN yang merugikan perusahaan. Munculnya istilah GCG dipicu oleh skandal internasional seperti kasus Enron dan WorldCom, yang menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen perusahaan. GCG bukan sekadar inovasi, melainkan bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Pengendalian internal yang memadai menjadi kunci penerapan GCG yang efektif, memastikan informasi yang terpercaya, kepatuhan pada kebijakan dan hukum, pengamanan aset, dan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya. Implementasi GCG yang baik akan menunjang keberlangsungan dan perkembangan perusahaan. Dengan demikian, penerapan GCG tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan, tetapi juga sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap masyarakat dan lingkungan.

5. Hubungan antara GCG Audit Internal dan Pengendalian Internal

Kinerja GCG di BUMN/BUMD di Indonesia erat kaitannya dengan pelaksanaan pengendalian internal dan audit internal. Transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan kewajaran merupakan prinsip-prinsip GCG yang dapat terwujud dengan adanya fungsi pengendalian internal dan audit internal yang baik. Keberadaan audit internal dan pengendalian internal sangat penting dalam membangun dan memperkuat Good Corporate Governance. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan dan menerapkan seluruh unsur ini untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik dan efektif. Ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain dan harus berjalan beriringan untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, bertanggung jawab, dan transparan.

II.Peran Audit Internal The Role of Internal Audit

Audit internal berperan krusial dalam mendukung GCG. Auditor internal bertindak sebagai penilai independen, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan, serta membantu manajemen dalam menjalankan tanggung jawabnya. Mereka juga berperan sebagai akselerator dalam membangun budaya pengendalian internal yang kuat di semua unit kerja. Perbedaan antara audit internal dan audit eksternal dijelaskan, menekankan peran audit internal dalam mendeteksi penyimpangan, sekecil apapun.

1. Informasi untuk Manajer dan Penilaian Independen

Audit internal menyediakan informasi penting bagi manajer untuk menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Auditor internal bertindak sebagai penilai independen, menelaah operasional perusahaan, dan mengevaluasi kecukupan kontrol, efisiensi, dan efektivitas kinerja. Peran mereka sangat penting dalam pengelolaan perusahaan dan manajemen risiko. Definisi audit internal mencakup peran, tujuan, kesempatan, dan tanggung jawab. Definisi modern menekankan penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan risiko, tata kelola, dan kontrol. Auditor internal berperan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan manajer untuk pengambilan keputusan yang tepat dan efektif, serta memastikan jalannya operasional perusahaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2. Audit Internal sebagai Akselerator Pengawasan Melekat Built in Control

Membangun sistem pengendalian internal yang kuat membutuhkan lebih dari sekadar audit internal. Karena organisasi bisnis bersifat organik, jaringan pengendalian internal idealnya terintegrasi dalam sistem perusahaan (aplikasi komputer, SOP, dll.). Namun, membangun sistem pengendalian yang kuat juga berarti membangun budaya pengendalian di setiap lini bisnis. Audit internal, dengan akses ke semua unit kerja, dapat mempercepat terwujudnya budaya tersebut. Mereka dapat memperkaya perspektif bisnis para pemimpin unit kerja, menguji kecukupan Critical Control Point, mengamati komitmen unit kerja dalam menjalankan administrasi dan pengendalian, serta menerjemahkan arahan manajemen ke seluruh staf. Intinya, audit internal dapat membantu menyelaraskan dan mempersatukan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.

3. Perbedaan Audit Internal dan Eksternal serta Koordinasi Antar Keduanya

Audit internal dan eksternal memiliki fokus yang berbeda. Audit eksternal memiliki fokus yang sempit, terutama pada laporan keuangan, dan cenderung mengabaikan kecurangan atau pemborosan yang tidak material. Sebaliknya, audit internal memiliki ruang lingkup yang komprehensif, memperhatikan pemborosan dan kecurangan dari segala sumber dan jumlah, karena penyimpangan kecil dapat berakumulasi dan membahayakan perusahaan. Meskipun teknik yang digunakan dapat serupa, tujuan dan hasil yang diharapkan berbeda. Oleh karena itu, koordinasi antara audit internal dan eksternal sangat penting untuk memanfaatkan kelebihan masing-masing profesi dan mencapai hasil audit yang komprehensif dan efektif. Kerjasama dan saling menghargai antara kedua jenis audit ini menjadi kunci untuk memastikan seluruh aspek perusahaan terawasi dengan baik.

4. Survei Pendahuluan dan Program Audit Internal

Survei pendahuluan merupakan langkah penting dalam audit internal untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit. Survei yang baik menghasilkan program audit yang tepat, yang pada akhirnya menentukan keberhasilan audit. Program audit internal bertindak sebagai pedoman bagi auditor, mencakup langkah-langkah audit untuk mengumpulkan bukti dan mengevaluasi efisiensi, keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang diperiksa. Program audit internal juga membantu direksi dan dewan komisaris dalam menyusun dan mengimplementasikan kriteria Good Corporate Governance (GCG), serta menyediakan data yang dapat dipercaya dan relevan bagi stakeholder untuk pengambilan keputusan. Kesuksesan audit sangat dipengaruhi oleh perencanaan dan pelaksanaan survei pendahuluan yang matang dan terstruktur.

III.Metode Penelitian Research Method

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis regresi untuk menguji hubungan kausal antara audit internal, pengendalian internal, dan GCG. Populasi penelitian adalah seluruh pegawai di divisi keuangan PDAM Tirtanadi Medan, menggunakan metode sensus. Data dikumpulkan melalui kuesioner dengan skala Likert, dan dianalisis menggunakan software SPSS. Uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas dilakukan untuk memastikan validitas model regresi.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Kuantitatif

Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif, menyelidiki hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, menekankan pengujian teori melalui pengukuran variabel dengan angka dan analisis data menggunakan prosedur statistik. Good Corporate Governance (GCG) menjadi variabel dependen, diukur dengan skala Likert (sangat tidak setuju sampai sangat setuju) berdasarkan kuesioner yang diadaptasi dari penelitian terdahulu. Semua elemen GCG digabungkan untuk mempermudah analisis statistik. Penggunaan pendekatan kuantitatif memungkinkan pengujian hipotesis secara empiris dan objektif, menghasilkan data yang dapat diukur dan dianalisis secara statistik untuk menguji hubungan antar variabel yang diteliti.

2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Sensus

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus, artinya seluruh elemen populasi dijadikan data penelitian. Populasi penelitian adalah seluruh pegawai di bagian divisi keuangan PDAM Tirtanadi Medan. Data kuantitatif diperoleh melalui distribusi kuesioner kepada seluruh pegawai tersebut. Penggunaan sensus memastikan representasi data yang menyeluruh dari populasi yang diteliti. Dengan melibatkan semua anggota populasi, hasil penelitian diharapkan lebih akurat dan mampu memberikan gambaran yang komprehensif mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Data yang dihasilkan kemudian diolah menggunakan software statistik SPSS untuk analisis lebih lanjut.

3. Uji Asumsi Klasik Normalitas Multikolinearitas dan Heteroskedastisitas

Untuk memastikan validitas model regresi, uji asumsi klasik dilakukan. Uji normalitas data menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dikatakan normal jika nilai signifikansi semua variabel lebih dari 0,05. Uji multikolinearitas bertujuan untuk memastikan tidak adanya hubungan linier sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji kesamaan varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain, dilihat dari pola titik-titik pada grafik regresi antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Tujuan utama dari uji asumsi klasik adalah memastikan bahwa model regresi yang digunakan sudah memenuhi syarat dan memberikan hasil yang akurat dan reliabel. Dengan demikian, interpretasi hasil analisis regresi akan dapat dipertanggungjawabkan secara statistik.

IV.Hasil Penelitian Research Results

Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit internal berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap GCG di PDAM Tirtanadi Medan. Sebaliknya, pengendalian internal memiliki peran yang lebih dominan. Hasil ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Analisis regresi menunjukkan hubungan simultan yang signifikan antara audit internal dan pengendalian internal terhadap GCG. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 orang (16 laki-laki dan 14 perempuan), dengan rentang usia dan masa kerja yang beragam.

V.Kesimpulan Conclusion

Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun audit internal memiliki peran penting dalam mendukung GCG, pengendalian internal terbukti lebih berpengaruh di PDAM Tirtanadi Medan. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menyelidiki faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penerapan GCG di perusahaan tersebut. Temuan ini memberikan implikasi penting bagi manajemen PDAM Tirtanadi Medan untuk meningkatkan pengendalian internal dan kinerja audit internal untuk mencapai GCG yang optimal.