
Pemakanaan Instagrammers terhadap #ExploreLombok sebagai Media Promosi Wisata
Informasi dokumen
Penulis | Restu Rari Sukoco |
school/university | Universitas Muhammadiyah Malang |
subject/major | Ilmu Komunikasi |
Jenis dokumen | Skripsi |
city_where_the_document_was_published | Malang |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 501.59 KB |
- Media Sosial
- Promosi Wisata
- Komunitas Instameet
Ringkasan
I.Latar Belakang Perkembangan Media Sosial dan Instagram dalam Promosi Wisata
Skripsi ini meneliti penerimaan (analisis resepsi) komunitas Instameet Lombok terhadap #explorelombok sebagai strategi promosi wisata di media sosial Instagram. Pertumbuhan pesat penggunaan internet dan media sosial, terutama di Indonesia, telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dan mengakses informasi. Instagram, dengan fitur-fitur visualnya, menjadi platform efektif untuk promosi wisata, khususnya melalui mobile photography dan penggunaan hashtag. Penelitian ini berfokus pada bagaimana komunitas Instameet Lombok, sebuah komunitas virtualInstagrammers, memaknai dan menggunakan #explorelombok untuk mempromosikan pariwisata Lombok.
1. Perkembangan Internet dan Media Sosial
Bagian ini menjelaskan bagaimana perkembangan internet telah menciptakan dunia baru dalam kehidupan manusia, melampaui fungsi teknologi semata dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Munculnya media sosial, di tengah keberadaan media konvensional seperti televisi, koran, dan radio, telah menciptakan arus perubahan yang signifikan. Media sosial, didefinisikan sebagai media online yang mendukung interaksi sosial (Nurudin, 2012), memudahkan pengguna untuk berinteraksi dan telah menjadi standar komunikasi digital. Integrasi perangkat mobile dengan halaman web internet melalui jaringan sosial semakin memperkuat pengaruh media sosial dalam kehidupan masyarakat. Ketersediaan gadget yang dilengkapi aplikasi media sosial juga mendorong peningkatan pengguna media sosial dari tahun ke tahun, yang terlihat dari data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (data spesifik tidak disertakan dalam cuplikan teks).
2. Instagram sebagai Platform Media Sosial dan Tren Mobile Photography
Bagian ini fokus pada Instagram sebagai platform media sosial yang memfasilitasi interaksi melalui foto dan video. Fitur 'explore' memungkinkan pengguna melihat konten populer, mendorong interaksi berupa tanda suka dan komentar, dan mempererat hubungan antar pengguna, terutama mereka yang berada di lokasi yang sama. Hal ini menjadi cikal bakal komunitas-komunitas pengguna Instagram, atau Instagrammers. Instagram didesain agar kamera smartphone tidak sia-sia, mendorong pengguna untuk memaksimalkan fitur kamera dan mengunggah foto ke platform. Pengguna terhubung sebagai followers dan following, berinteraksi melalui tanda suka dan komentar. Munculnya tren mobile photography, yang menggunakan iPhone dan Android sebagai alat, merupakan transformasi radikal, tidak hanya mengubah cara pengambilan foto, tetapi juga meningkatkan jumlah pengguna, konektivitas, dan cara berbagi foto. Instagram, sebagai platform photo sharing dengan lebih dari 300 juta pengguna, secara drastis telah merubah lanskap fotografi, menciptakan kemampuan berbagi, terhubung, dan berinteraksi sosial. Instagrammers di berbagai kota besar di Indonesia juga aktif dalam kegiatan gathering atau meet-up yang disebut Worldwide Instameet (WWIM).
3. Penggunaan Hashtag explorelombok dan Fenomena Promosi Wisata
Bagian ini membahas tren penggunaan hashtag di Instagram, yang memudahkan pencarian foto melalui mesin pencari. Instagrammers menciptakan hashtag sendiri, dan #explorelombok menjadi fokus penelitian. Worldwide Instameet (WWIM), diselenggarakan secara rutin 2-3 kali setahun di berbagai kota di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Bandung, dan banyak lagi termasuk Lombok), mendorong persaingan antar daerah dalam mengeksplorasi keindahan masing-masing daerah melalui foto-foto yang diunggah. Komunitas Instameet Lombok, terbentuk pada 18 Mei 2014, konsisten menggunakan hashtag dalam setiap postingan. Wawancara dengan Ingga Suwandana, pendiri Instameet Lombok, menjelaskan partisipasi Lombok dalam WWIM 9 (#WWIM9_Lombok), WWIM 10 (#WWIM10_Lombok), dan WWIM 11. Keberhasilan ini memotivasi anggota komunitas untuk menghasilkan foto yang lebih menarik, membuat fenomena promosi wisata melalui Instagram yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian ini berfokus pada bagaimana anggota komunitas Instameet Lombok memaknai #explorelombok sebagai media promosi wisata.
II.Kajian Pustaka Teori Analisis Resepsi dan Komunitas Virtual
Bagian ini menelaah teori-teori relevan, termasuk teori pemaknaan audiens (reception theory) oleh Stuart Hall yang membahas bagaimana khalayak menafsirkan pesan media. Konsep komunitas virtual dan perannya dalam media sosial juga dibahas. Studi ini mengacu pada definisi komunikasi massa, berbagai teori komunikasi, dan bagaimana website dan media sosial, termasuk Instagram, digunakan sebagai media promosi. Penelitian ini juga menjelaskan penggunaan hashtag dalam sistem online sebagai alat untuk mencari informasi.
1. Pemaknaan Audiens dan Teori Makna
Bagian ini membahas konsep pemaknaan audiens, menjelaskan bahwa pemaknaan merupakan inti komunikasi efektif. Sebelum adanya media massa, audiens diartikan sebagai penonton pertunjukan. Namun, dalam komunikasi massa, audiens menjadi penerima pesan. Mulyana (2005) mengungkapkan bahwa semakin tinggi kesamaan antar individu, semakin mudah terbentuk kelompok budaya atau identitas. Berbagai teori makna dibahas, termasuk tiga teori makna dari Brodbeck dan tiga teori makna yang lebih formal dari Rubenstain (yang dikutip oleh Aubrey Fisher), yaitu teori referensial, teori ideasional, dan berbagai subvariasi teori psikologis (Fisher, 1986: 345). Komunikasi massa didefinisikan sebagai proses penyebaran pesan massal kepada khalayak yang luas, anonim, dan heterogen (Nurudin, 2012, mengutip Jay Black dan Frederick C. Whitney, 1988). Berbagai definisi komunikasi juga dijelaskan, mencakup usaha untuk memperoleh makna (John R. Wenburg dan William W. Wilmot), proses mengirim simbol untuk membangkitkan makna (Raymond S. Ross), dan model Laswell (siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek bagaimana?). (Mulyana, 2005).
2. Cybercommunity dan Komunikasi Virtual
Bagian ini membahas konsep cybercommunity sebagai sekelompok orang yang menempati wilayah tertentu, hidup relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki simbol dan aturan, serta sistem hukum (slideshare.net-Univ Andalas, 2014). Teknologi informasi mengubah masyarakat lokal menjadi global, membuat dunia lebih transparan terhadap perkembangan informasi, transportasi, dan teknologi. Komunikasi virtual, yang terjadi melalui cyberspace atau dunia maya, dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Penggunaan internet adalah salah satu contoh komunikasi virtual, yang seringkali lebih disukai dibandingkan komunikasi tatap muka tradisional. Preferensi terhadap komunikasi bermedia ini menciptakan komunitas virtual.
3. Promosi melalui Website dan Media Sosial
Bagian ini menjelaskan promosi sebagai komunikasi pemasaran yang bertujuan menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan mengingatkan pasar sasaran tentang perusahaan dan produknya (Tjiptono, 2001: 219). Media sosial diuraikan sebagai interaksi sosial berbasis web di jaringan internet, sering disebut situs jejaring sosial. Jejaring sosial menunjukkan bagaimana individu atau organisasi terhubung melalui berbagai hubungan sosial. Situs jejaring sosial menyediakan beragam cara interaksi seperti chat, messaging, email, video, dan lain-lain. Ciri khas media sosial adalah pesan disampaikan kepada banyak orang, bukan hanya satu orang. Situs jejaring sosial memungkinkan pengguna terhubung melalui profil pribadi yang mencakup foto, video, file, dan blog, serta fitur pesan instan dan email. Beberapa contoh situs jejaring sosial disebutkan, termasuk Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya. Dalam konteks Instagram, foto menjadi tanda dan simbol visual dengan makna tertentu (Lauer, 2008). Instagram dijelaskan sebagai mediator komunikasi melalui gambar, berbeda dengan Facebook yang lebih luas cakupannya. Pengambilalihan Instagram oleh Facebook pada 9 April 2012 dengan nilai sekitar $1 miliar juga disebutkan.
4. Hashtag explorelombok sebagai Metadata dan Analisis Resepsi
Bagian ini menjelaskan hashtag dalam sistem online sebagai kata kunci non-hierarki yang menunjukkan potongan informasi, berfungsi sebagai metadata untuk menjelaskan dan memudahkan pencarian. Analisis resepsi, sebagai bagian dari studi khalayak, menganalisis proses pemaknaan wacana media oleh khalayak. Jensen (1999) menyebutkan tiga elemen pokok metodologi resepsi: pengumpulan, analisis, dan interpretasi data resepsi. Analisis data melibatkan pengkajian catatan wawancara dan FGD, memanfaatkan metode analisis wacana untuk menelaah makna intersubjektif. Teori pemaknaan (Reception Theory) Stuart Hall (1973) menekankan proses decoding, interpretasi, dan pemahaman pesan media. Model komunikasi linear dikritik karena kurangnya konsep struktur hubungan yang kompleks. Hall menjelaskan bahwa makna yang dimaksudkan dan diartikan bisa berbeda, dan derajat simetri dalam komunikasi tergantung pada relasi antara encoder dan decoder. Tiga posisi hipotekal dalam decoding diuraikan, termasuk dominant-hegemonic position. Pendekatan kualitatif digunakan karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dan bukan angka-angka (Hamidi, 2010:124).
III.Metodologi Penelitian Pendekatan Kualitatif pada Komunitas Instameet Lombok
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menganalisis pemahaman anggota Instameet Lombok terhadap #explorelombok. Metode pengumpulan data meliputi wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) dengan 10 informan yang dipilih melalui accidental sampling. Informan terpilih merupakan Instagrammers yang aktif menggunakan #explorelombok dan mewakili berbagai latar belakang. Data dikumpulkan dari Instagram, wawancara, dan FGD yang dilakukan di Kopitan Café, Lombok, bertepatan dengan pameran foto "Lombok Setil". Data dianalisis dengan menelaah transkrip wawancara dan FGD untuk mengidentifikasi tema dan pola pemaknaan.
1. Tipe Penelitian dan Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif, mengumpulkan data berupa kata-kata dan gambar, bukan angka-angka. Peneliti berupaya mendeskripsikan fakta dan kenyataan objek penelitian secara rinci, dengan menyertakan kutipan data dari wawancara, catatan lapangan, foto, dan dokumen. Penelitian deskriptif bertujuan mengamati secara lengkap dan mencari hubungan antar konsep tanpa pengujian hipotesis. Objek penelitian adalah pemaknaan atau resepsi anggota komunitas Instameet Lombok terhadap #explorelombok di media sosial Instagram sebagai media promosi wisata. Pendekatan kualitatif dipilih karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dan ungkapan asli responden, tanpa evaluasi dan interpretasi peneliti (Hamidi, 2010:124).
2. Teknik Pengumpulan Data Wawancara dan FGD
Teknik pengumpulan data meliputi wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Wawancara digunakan untuk menggali informasi dan ide melalui tanya jawab, serta untuk studi pendahuluan dan pemahaman mendalam dari responden. Alat bantu seperti buku catatan dan tape recorder digunakan untuk memudahkan analisis. FGD atau diskusi kelompok terarah digunakan untuk memperoleh informasi dari suatu kelompok berdasarkan diskusi terpusat pada suatu permasalahan (Irwanto, 1998, dalam Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terarah): 2013). FGD bertujuan mendapatkan informasi kelompok, sikap, pendapat, dan keputusan kelompok. FGD berbeda dengan wawancara, fasilitator lebih mengemukaakan persoalan daripada bertanya. Dalam penelitian ini, FGD difokuskan pada pemaknaan #explorelombok. Sebanyak 10 orang peserta FGD dipilih untuk memastikan setiap individu mendapat kesempatan menyampaikan pendapat. Populasi sasaran dipilih secara homogen berdasarkan tujuan penelitian.
3. Sampel Penelitian dan Lokasi Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling, memilih informan yang memenuhi kriteria dan kebetulan ditemui (Hamidi, 2010:138). Peneliti memilih 10 orang informan dari komunitas Instameet Lombok yang mewakili berbagai latar belakang keluarga dan pekerjaan. Pemilihan 10 informan didasarkan pada kurang aktifnya sekitar 165 anggota Instameet Lombok lainnya dalam mengunggah foto dengan #explorelombok. Informan terpilih adalah Instagrammers yang sering mengunggah foto dengan #explorelombok dan Instagrammers yang fotonya pernah di-feature oleh akun resmi @explorelombok. Penelitian dilakukan melalui grup line "InstameetLombok" dan melalui smartphone dengan akses internet. FGD dilaksanakan di Kopitan Café, Jl. Majapahit No. 21 (belakang Polda NTB), bertepatan dengan Pameran Foto Instagram "Lombok Setil".
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dimulai dengan menelaah data dari wawancara, FGD, dan dokumentasi. Tujuan analisis data adalah menggambarkan fakta penelitian agar mudah dipahami dan diinterpretasi. Tahap pertama analisis adalah membuat transkrip dari hasil FGD dan dokumentasi. Peneliti mengumpulkan data yang relevan dari media sosial Instagram, baik dari #explorelombok maupun foto-foto di akun Instagram @explorelombok. Setelah reduksi data, data disajikan dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, uraian singkat, bagan, dan flowchart untuk memudahkan pemahaman dan perencanaan kerja selanjutnya. Penyajian data menghubungkan kesimpulan informasi interaktif subjek penelitian tentang pemaknaan anggota Instameet Lombok terhadap #explorelombok di media sosial Instagram. Laporan disusun berdasarkan data yang direduksi dan dirangkum, memfokuskan pada hal-hal penting dan memilah data berdasarkan konsep, tema, dan kategori tertentu.
IV.Kesimpulan Implikasi explorelombok sebagai Strategi Promosi Wisata Lombok
Bagian ini akan menyajikan temuan penelitian mengenai bagaimana komunitas Instameet Lombok memaknai dan menggunakan #explorelombok dalam konteks promosi wisata Lombok. Analisis akan menunjukan efektivitas hashtag dalam membangun komunitas virtual dan meningkatkan visibilitas destinasi wisata Lombok. Temuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi strategi promosi wisata yang lebih efektif di media sosial Instagram.
1. Kesimpulan Umum Penelitian
Bagian kesimpulan akan merangkum temuan utama penelitian tentang pemaknaan hashtag #explorelombok oleh anggota komunitas Instameet Lombok. Kesimpulan akan menjelaskan bagaimana komunitas ini menggunakan #explorelombok untuk mempromosikan pariwisata Lombok di media sosial Instagram. Analisis akan menunjukan bagaimana pemahaman dan penggunaan hashtag ini berkontribusi pada strategi promosi wisata di platform Instagram. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan berharga mengenai bagaimana strategi digital marketing, khususnya penggunaan hashtag yang tepat, dapat meningkatkan visibilitas dan popularitas destinasi wisata tertentu.
2. Implikasi Temuan bagi Promosi Pariwisata Lombok
Implikasi temuan penelitian akan dibahas dalam konteks strategi promosi pariwisata Lombok. Kesimpulan ini akan membahas efektivitas penggunaan hashtag #explorelombok, serta bagaimana hal tersebut dapat direplikasi atau ditingkatkan untuk promosi wisata di Lombok. Penelitian ini akan menganalisis peran komunitas online (Instameet Lombok) sebagai influencer dalam mempromosikan destinasi wisata. Temuan ini akan memberikan implikasi bagi pengelola wisata dan pemasar di Lombok untuk merancang strategi promosi yang lebih terarah dan efektif memanfaatkan media sosial, khususnya Instagram dan memahami peran user generated content.
3. Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Bagian ini akan memberikan saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman mengenai strategi promosi pariwisata melalui media sosial Instagram. Saran dapat meliputi penelitian komparatif yang membandingkan efektivitas #explorelombok dengan hashtag promosi wisata lainnya di Lombok atau daerah lain. Penelitian juga dapat mengeksplorasi lebih dalam pengaruh penggunaan Instagram terhadap perilaku wisata pengguna, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian lanjutan juga dapat fokus pada aspek pengukuran efektivitas strategi promosi wisata berbasis Instagram dalam meningkatkan kunjungan wisata ke Lombok secara kuantitatif.