
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Aborsi di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) PAB 2 Helvetia
Informasi dokumen
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Kesehatan Masyarakat |
Tempat | Medan |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 3.16 MB |
- Aborsi
- Pengetahuan Kesehatan
- Sikap Remaja
Ringkasan
I.Latar Belakang Aborsi di Indonesia dan Medan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka aborsi di Indonesia, diperkirakan mencapai 2,5 juta kasus per tahun (data BKKBN 2010). Di Medan, Survei Yayasan Kesehatan Perempuan dan PKBI tahun 2010 menemukan 1.446 kasus aborsi, dengan 10-50% kematian akibat aborsi tidak aman. Data WHO 2011 menunjukkan 20 juta kasus aborsi tidak aman global, 95% terjadi di negara berkembang. Angka aborsi remaja juga mengkhawatirkan, dengan data Komnas PA 2010 yang menunjukkan 2,5 juta kasus, 62,6% pelakunya berusia <18 tahun. Hal ini mendorong penelitian untuk memahami pengetahuan dan sikap siswi terhadap aborsi.
1.1. Tingginya Angka Aborsi di Indonesia dan Medan
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010 memperkirakan angka aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus per tahun. Situasi ini sangat memprihatinkan. Khususnya di kota Medan, hasil survei gabungan Yayasan Kesehatan Perempuan dan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) pada tahun 2010 mengungkapkan adanya 1.446 kasus aborsi. Yang lebih mengkhawatirkan adalah angka kematian akibat aborsi tidak aman di Medan, yang mencapai 10-50% dari total kasus. Data ini menunjukkan urgensi penanganan masalah aborsi di Indonesia, khususnya di Medan, mengingat tingginya angka kejadian dan resiko kematian yang signifikan.
1.2. Angka Aborsi Tidak Aman Secara Global dan di Negara Berkembang
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 menunjukkan skala global permasalahan aborsi. Tercatat 20 juta kasus aborsi tidak aman di seluruh dunia. Yang menjadi perhatian adalah sebagian besar kasus, yaitu 19 juta dari 20 juta kasus (95%), terjadi di negara-negara berkembang. Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia, sebagai negara berkembang, menghadapi tantangan besar dalam mengatasi praktik aborsi tidak aman dan dampak negatifnya terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Angka-angka ini menjadi landasan penting untuk penelitian lebih lanjut tentang persepsi dan pengetahuan masyarakat terkait aborsi.
1.3. Aborsi Remaja Masalah yang Mengkhawatirkan
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyoroti permasalahan aborsi di kalangan remaja. Berdasarkan catatan Komnas PA pada tahun 2010, tercatat 2,5 juta kasus aborsi di kalangan remaja. Lebih dari setengahnya, sekitar 62,6%, dilakukan oleh remaja perempuan di bawah umur 18 tahun. Metode aborsi yang digunakan pun beragam, dengan 37% menggunakan kuret, 25% melalui metode oral dan pijatan, dan 13% melalui metode lain. Survei Komnas PA tahun 2007 kepada 4.500 remaja di 12 kota besar Indonesia juga menunjukkan fakta mengejutkan: 62,7% pernah melakukan hubungan badan, 93% pernah berciuman, dan 21% telah melakukan aborsi. Data ini menggambarkan pentingnya edukasi dan intervensi untuk mencegah aborsi di kalangan remaja.
1.4. Konteks Penelitian di MAS PAB 2 Helvetia
Penelitian ini difokuskan pada pengetahuan dan sikap siswi di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) PAB 2 Helvetia, Deli Serdang, terhadap aborsi. Meskipun MAS PAB 2 Helvetia merupakan sekolah berbasis Islam dengan kurikulum pendidikan agama yang kuat, penelitian ini ingin melihat bagaimana pemahaman agama dan pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan sikap siswi terhadap aborsi. Keberadaan kasus aborsi di lingkungan sekolah ini, meskipun terdapat pendidikan agama yang intensif, menjadi alasan utama dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan memahami persepsi siswi terhadap aborsi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam konteks lingkungan pendidikan Islami.
II.Metode Penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Siswi terhadap Aborsi
Penelitian deskriptif ini dilakukan di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) PAB 2 Helvetia, Deli Serdang, tahun 2013. Populasi penelitian adalah seluruh siswi kelas XII IPA dan IPS (54 siswa), yang juga merupakan sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner, dan analisis data bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap siswi mengenai aborsi.
2.1. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk mengkaji pengetahuan dan sikap siswi terhadap aborsi. Lokasi penelitian adalah Madrasah Aliyah Swasta (MAS) PAB 2 Helvetia di Kecamatan Labuhan Batu, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilakukan pada tahun 2013. Populasi penelitian meliputi seluruh siswi kelas XII IPA dan IPS, berjumlah 54 siswa. Metode pengambilan sampel menggunakan total populasi, sehingga seluruh siswi kelas XII terlibat dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan sikap siswi mengenai aborsi, yang merupakan isu penting dalam konteks kesehatan reproduksi remaja.
2.2. Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini dirancang untuk menggali informasi tentang pengetahuan dan sikap siswi terkait aborsi. Setelah data terkumpul, analisis data dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik pengetahuan dan sikap siswi terhadap aborsi. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase untuk memberikan gambaran yang jelas tentang tingkat pengetahuan dan sikap siswi terkait isu aborsi. Metode ini dipilih untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang persepsi siswi terhadap aborsi di lingkungan pendidikan mereka.
III.Hasil Penelitian Pengetahuan dan Sikap Siswi tentang Aborsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40 siswa (74,07%) memiliki pengetahuan tentang aborsi yang baik, dan 53 siswa (98,15%) memiliki sikap yang baik terhadap aborsi. Temuan lebih rinci terkait pemahaman mereka tentang definisi aborsi, metode aborsi, dampak aborsi, upaya pencegahan aborsi, serta berbagai macam aborsi (sengaja, alami, medis) akan dibahas lebih lanjut. Penelitian juga mengungkap adanya perbedaan antara sikap positif dan negatif terhadap aborsi di kalangan siswi.
3.1. Tingkat Pengetahuan Siswi tentang Aborsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi di MAS PAB 2 Helvetia memiliki pengetahuan yang baik tentang aborsi. Sebanyak 40 siswa (74,07%) termasuk dalam kategori pengetahuan baik. Meskipun demikian, detail pemahaman mereka terhadap berbagai aspek aborsi bervariasi. Tingkat pemahaman tertinggi terlihat pada pengertian aborsi (98,15%), diikuti oleh faktor-faktor yang mendorong aborsi (90,74%), dan dampak aborsi (90,74%). Namun, pemahaman mengenai upaya pencegahan aborsi, baik primer maupun sekunder, masih relatif rendah. Data ini menunjukkan adanya kesenjangan antara pengetahuan umum tentang aborsi dengan pemahaman yang mendalam mengenai pencegahannya. Temuan ini menyoroti perlunya program edukasi yang lebih terfokus pada aspek pencegahan aborsi.
3.2. Sikap Siswi Terhadap Aborsi
Secara keseluruhan, siswi di MAS PAB 2 Helvetia menunjukkan sikap yang positif terhadap aborsi. Sebanyak 53 siswa (98,15%) memiliki sikap yang dikategorikan baik, sementara hanya 1 siswa (1,85%) yang memiliki sikap cukup. Meskipun demikian, terdapat perbedaan persepsi dalam hal pandangan terhadap aborsi sebagai solusi atas kehamilan di luar nikah. Sebanyak 41 siswa (75,93%) menyatakan aborsi sebagai hal yang tidak baik, namun 42 siswa (77,78%) memandang aborsi sebagai jalan keluar dari masalah kehamilan di luar nikah, menunjukkan adanya kompleksitas dalam sikap mereka. Persentase yang hampir sama antara sikap positif dan negatif ini menunjukan adanya keraguan dan pemahaman yang beragam di antara siswi.
IV.Kesimpulan dan Saran Penelitian tentang Aborsi
Penelitian ini memberikan masukan bagi MAS PAB 2 Helvetia untuk memberikan pengarahan dan penjelasan tentang bahaya aborsi, serta meningkatkan kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi. Hasil penelitian juga diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman agama siswi untuk membentuk kepribadian yang baik dan mencegah perilaku seks pranikah yang dapat berujung pada aborsi. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya pencegahan aborsi melalui pendidikan dan pemahaman yang komprehensif.