Dampak Kecelakaan Nuklir Terhadap Lingkungan Hidup dan Hubungan Internasional

Dampak Kecelakaan Nuklir Terhadap Lingkungan Hidup dan Hubungan Internasional

Informasi dokumen

Jurusan Hubungan Internasional
Jenis dokumen Tugas Akhir/Skripsi/Esai
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 671.69 KB
  • hubungan internasional
  • lingkungan hidup
  • kecelakaan nuklir

Ringkasan

I.Dampak Kecelakaan Nuklir Fukushima terhadap Lingkungan dan Gerakan Lingkungan

Dokumen ini membahas dampak serius kecelakaan nuklir Fukushima tahun 2011 terhadap lingkungan Jepang. Tingkat radiasi yang tinggi akibat kebocoran reaktor nuklir Fukushima Daiichi mengakibatkan kontaminasi lingkungan dan memaksa evakuasi puluhan ribu warga. Kejadian ini memicu peningkatan kesadaran global dan memperkuat gerakan lingkungan (Environmental Movement) di Jepang dan internasional. Organisasi-organisasi seperti Greenpeace, FoE (Friends of the Earth), dan JEA (Japan Environmental Association) memainkan peran penting dalam membantu korban, mengadvokasi kebijakan pemerintah, dan mendorong transisi ke energi terbarukan sebagai alternatif energi nuklir.

1.1. Skala Bencana dan Dampak Lingkungan

Bagian ini menjelaskan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kecelakaan nuklir Fukushima pada 11 Maret 2011. Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti tsunami menyebabkan kebocoran reaktor nuklir Fukushima Daiichi. Tingkat radiasi melampaui batas normal, melepas material radioaktif ke udara bebas. Pencemaran lingkungan yang dihasilkan mengakibatkan kontaminasi di sekitar lokasi reaktor, mengakibatkan korban jiwa akibat paparan radiasi dan memaksa evakuasi warga sekitar. Insiden ini juga dibandingkan dengan kecelakaan nuklir sebelumnya di Three Mile Island (AS) dan Chernobyl (Ukraina), menekankan besarnya skala bencana dan dampak jangka panjangnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Kejadian ini menjadi katalis penting dalam meningkatkan kesadaran global akan bahaya energi nuklir dan mendorong pergeseran opini publik.

1.2. Respons Gerakan Lingkungan Internasional dan Nasional

Kecelakaan nuklir Fukushima menarik perhatian besar dari masyarakat internasional dan organisasi-organisasi lingkungan hidup (Environmental Movement). Organisasi-organisasi seperti Greenpeace, Friends of the Earth (FoE), Green Action, Japan Environmental Association (JEA), dan WWF membentuk jaringan untuk membantu korban dan menuntut pemerintah Jepang untuk menghentikan penggunaan energi nuklir. Peran gerakan lingkungan dianggap krusial dalam mendorong perubahan positif, membantu masyarakat sipil yang terkena dampak, dan mengadvokasi kebijakan pemerintah yang lebih berkelanjutan. Mereka melakukan aksi protes dan kampanye untuk menolak energi nuklir dan mendorong penggunaan energi terbarukan (renewable energy) yang lebih aman dan efektif. Gerakan lingkungan ini tidak hanya berasal dari organisasi lingkungan besar, tetapi juga melibatkan partisipasi organisasi lain seperti JANIC (Japan NGO Center for International Cooperation) dan Save the Children Japan, memperlihatkan kekuatan kolaborasi dalam merespon krisis lingkungan.

1.3. Perubahan Kebijakan dan Pergeseran Persepsi Publik

Bencana nuklir Fukushima secara signifikan mengubah pandangan masyarakat Jepang terhadap energi nuklir. Gerakan lingkungan menekan pemerintah untuk mengadopsi kebijakan energi yang lebih aman dan efektif, menuntut penghentian bertahap penggunaan energi nuklir dan transisi ke energi terbarukan. Pada tanggal 26 Agustus 2011, undang-undang energi terbarukan disahkan oleh parlemen Jepang. Pemerintah berkomitmen untuk menutup semua reaktor nuklir pada tahun 2030-an. Meskipun demikian, gerakan lingkungan tetap aktif dalam membantu korban dan terus mengkampanyekan penghentian penggunaan energi nuklir, menunjukkan komitmen jangka panjang mereka dalam memulihkan kondisi Jepang pasca-bencana dan memastikan keamanan lingkungan. Konferensi Tingkat Tinggi Rio+20 Earth Summit pada Juni 2012 juga menjadi platform bagi gerakan lingkungan Jepang untuk membahas penanggulangan bencana nuklir dan bahaya penggunaan energi nuklir.

II.Peran Gerakan Lingkungan dalam Menentang Energi Nuklir dan Mendorong Energi Terbarukan

Gerakan lingkungan di Jepang, dipicu oleh bencana Fukushima, melakukan protes besar-besaran menentang penggunaan energi nuklir. Mereka berhasil melobi pemerintah Jepang untuk menutup reaktor nuklir secara bertahap hingga tahun 2030-an dan mendorong pengembangan energi terbarukan, seperti energi angin dan surya. Dokumen ini menyoroti pentingnya peran gerakan lingkungan sebagai aktor kunci dalam perubahan kebijakan energi di Jepang, mengubah persepsi publik terhadap energi nuklir, dan memperjuangkan keamanan lingkungan.

III.Analisis Sekuritisasi terhadap Isu Lingkungan dan Kecelakaan Nuklir Fukushima

Dokumen ini menganalisis kecelakaan nuklir Fukushima melalui teori sekuritisasi. Bencana tersebut diposisikan sebagai ancaman eksistensial (existensial threat) bagi masyarakat Jepang, membuat isu lingkungan—khususnya bahaya energi nuklir—menjadi masalah keamanan nasional. Gerakan lingkungan, dalam hal ini, berperan sebagai aktor sekuritisasi, menggerakkan opini publik dan mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan. Studi ini menunjukan bagaimana konsep keamanan lingkungan (environmental security) menjadi pusat perhatian setelah kecelakaan nuklir Fukushima.

IV.Studi Kasus Gerakan Lingkungan di Negara Lain

Dokumen ini juga menyinggung peran gerakan lingkungan di negara lain, seperti Republik Ceko dan Jerman, menunjukkan dinamika dan tantangan yang dihadapi oleh organisasi-organisasi lingkungan dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah terkait isu lingkungan. Perbandingan ini memberikan konteks yang lebih luas terhadap peran dan pengaruh gerakan lingkungan secara global dalam menghadapi berbagai ancaman lingkungan, termasuk masalah energi nuklir.

2.1. Gerakan Lingkungan di Republik Ceko Pasca Revolusi Beludru

Bagian ini merujuk pada penelitian Kurnia Novianti tentang “Environmental Movement di Republik Ceko: Dinamika Tantangan NGO Lingkungan Pasca-Revolusi Beludru”. Penelitian tersebut mencatat perubahan signifikan pada sistem politik, ekonomi, dan sosial di Republik Ceko pasca perpecahan Cekoslovakia. Meskipun sistem demokrasi diharapkan memberikan ruang lebih besar bagi NGO lingkungan untuk terlibat dalam politik, kenyataannya, partisipasi mereka masih terbatas. Pemerintah belum sepenuhnya memasukkan agenda lingkungan ke dalam kebijakan pembangunan, menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh gerakan lingkungan dalam mempengaruhi kebijakan publik di negara tersebut. Ini memberikan perspektif yang berbeda dibandingkan dengan studi kasus gerakan lingkungan yang lebih sukses di negara lain.

2.2. Gerakan Anti Nuklir di Jerman

Dokumen ini juga menyebutkan penelitian tentang gerakan lingkungan di Jerman, menekankan dominasi isu anti-nuklir dalam gerakan tersebut sejak kemunculannya. Gerakan ini sudah ada jauh sebelum jatuhnya Tembok Berlin tahun 1990, dan bahkan organisasi-organisasi lingkungan di Jerman Barat telah membentuk partai dan berkoalisi dengan partai sosial demokrat untuk meraih suara dalam pemilihan umum tahun 1998. Gerakan anti-nuklir di Jerman sendiri muncul setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, menunjukkan sejarah panjang dan konsistensi gerakan tersebut dalam menentang pengembangan energi nuklir. Karakteristik gerakan lingkungan Jerman yang membedakannya adalah jangkauannya yang luas hingga ke bidang politik, melibatkan berbagai sektor dan lapisan masyarakat. Hal ini menunjukkan strategi yang berbeda dibandingkan dengan gerakan lingkungan di negara lain.