Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Menggunakan Model Z-Score: Studi Kasus PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel)

Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Menggunakan Model Z-Score: Studi Kasus PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel)

Informasi dokumen

Penulis

Andoko

instructor Drs. Arifin Akhmad, M.Si., Ak., CA (Dosen Pembimbing)
Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Akuntansi
Tempat Medan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.42 MB
  • Prediksi Kebangkrutan
  • Model Z-Score
  • Analisis Keuangan

Ringkasan

I. Telkomsel

Penelitian ini bertujuan memprediksi kemungkinan kebangkrutan PT. Telkomsel Tbk. menggunakan model Z-score Altman. Studi ini menganalisis laporan keuangan tahunan Telkomsel periode 2010-2012, membandingkannya dengan enam perusahaan telekomunikasi lain di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini penting karena kasus dugaan kebangkrutan Telkomsel pada Juni 2012 menimbulkan keresahan publik dan investor. Metodologi penelitian menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang bersangkutan dan teknik analisis data meliputi Analisis Altman Z-score, statistik deskriptif, serta uji beda Mann-Whitney.

1. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Bagian ini menjelaskan latar belakang penelitian yang berfokus pada prediksi kebangkrutan PT. Telkomsel Tbk. Penelitian ini dipicu oleh insiden pada Juni 2012 yang melibatkan gugatan pailit terhadap PT. Telkomsel. Tujuan utama penelitian adalah untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan PT. Telkomsel Tbk. berdasarkan analisis model Z-score Altman menggunakan data laporan keuangan tahunan periode 2010-2012. Dengan menganalisis data keuangan, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kesehatan keuangan PT. Telkomsel dan tingkat risiko kebangkrutannya. Hal ini penting untuk memberikan informasi kepada publik dan investor terkait stabilitas perusahaan telekomunikasi besar di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang analisis keuangan dan prediksi kebangkrutan perusahaan.

2. Metodologi Penelitian Populasi Sampel dan Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dari tujuh perusahaan telekomunikasi. Populasi penelitian terdiri dari tujuh perusahaan, termasuk PT. Telkomsel dan enam perusahaan lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, penelitian ini menggunakan enam perusahaan sebagai sampel, dengan metode purposive sampling. Sumber data laporan keuangan diperoleh dari situs web masing-masing perusahaan (www.telkomsel.com, www.bakrietelecom.com, www.indosat.com, www.inovisi.com, www.smartfren.com, www.xl.co.id) dan situs resmi BEI (www.idx.co.id). Variabel independen yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan, antara lain: Working Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), dan Book Value Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio (X4). Nilai Z-Score menjadi variabel dependen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis Altman Z-Score, statistik deskriptif, dan uji beda Mann-Whitney untuk menguji perbedaan nilai Z-score antar perusahaan.

3. Latar Belakang Kasus Dugaan Kebangkrutan PT. Telkomsel

Bagian ini menjelaskan secara detail peristiwa yang memicu penelitian, yaitu munculnya gugatan pailit terhadap PT. Telkomsel pada bulan Juni 2012. Gugatan tersebut diajukan oleh PT. Prima Jaya Informatika terkait dugaan pelanggaran perjanjian penjualan voucher isi ulang. Nilai total tunggakan yang menjadi dasar gugatan tersebut terbilang cukup besar. Selain itu, PT. Telkomsel juga menghadapi permasalahan tunggakan pembayaran atas kerjasama layanan Mobile Data Content dengan PT. Extent Media Indonesia. Tunggakan pembayaran ini telah jatuh tempo dan upaya somasi telah dilakukan beberapa kali. Kondisi ini membuat PT. Telkomsel diduga memenuhi kriteria pailit, yaitu memiliki dua kreditor dan gagal membayar utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Meskipun putusan pailit kemudian dibatalkan Mahkamah Agung setelah upaya kasasi dari PT. Telkomsel, insiden ini memicu pertanyaan tentang kesehatan keuangan dan risiko kebangkrutan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi keuangan PT. Telkomsel secara lebih komprehensif menggunakan model Z-score Altman.

4. Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu dan Model Z Score Altman

Bagian ini membahas penelitian terdahulu yang relevan, terutama yang menggunakan model Z-score Altman untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Disebutkan penelitian Bright Kpodoh (2009) yang menggunakan Z-score untuk memprediksi financial distress pada perusahaan telekomunikasi di Ghana, serta penelitian Reddy dkk (2013) yang menerapkan model yang sama pada perusahaan gula di India. Penelitian-penelitian ini menunjukkan penerapan model Z-score Altman pada berbagai sektor industri dan konteks geografis yang berbeda. Model Z-score Altman sendiri dijelaskan sebagai model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman pada tahun 1968, menggunakan Multiple Discriminant Analysis (MDA) dan beberapa rasio keuangan sebagai variabel independen. Penelitian ini membandingkan hasil analisis dengan temuan penelitian sebelumnya, untuk memberikan konteks dan perspektif yang lebih luas pada penggunaan model Z-score dalam prediksi kebangkrutan perusahaan. Perbedaan utama penelitian ini adalah fokus pada studi kasus PT. Telkomsel Tbk di industri telekomunikasi Indonesia.

II.Metodologi Penelitian Analisis Z Score dan Variabel

Penelitian menggunakan model Z-score Altman untuk memprediksi kebangkrutan. Variabel independen yang digunakan meliputi: Rasio Modal Kerja terhadap Total Aset (Working Capital to Total Assets Ratio - X1), Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aset (Retained Earnings to Total Assets Ratio - X2), Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aset (Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio - X3), dan Rasio Nilai Buku Ekuitas terhadap Nilai Buku Total Liabilitas (Book Value Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio - X4). Nilai Z-score merupakan variabel dependen. Sampel penelitian terdiri dari 6 perusahaan telekomunikasi di Indonesia (termasuk Telkomsel) yang dipilih menggunakan metode purposive sampling.

1. Model Analisis Z Score Altman

Metodologi penelitian ini berpusat pada penggunaan model Altman Z-score untuk memprediksi risiko kebangkrutan PT. Telkomsel. Model ini merupakan metode yang telah teruji dan diakui dalam analisis keuangan, menggunakan rasio keuangan sebagai indikator utama. Penelitian ini memanfaatkan empat rasio keuangan sebagai variabel independen dalam model Z-score: Working Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), dan Book Value Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio (X4). Nilai Z-score yang dihasilkan dari perhitungan model ini menjadi variabel dependen, yang menunjukkan tingkat risiko kebangkrutan perusahaan. Semakin tinggi nilai Z-score, semakin rendah risiko kebangkrutannya. Penelitian ini juga mengkaji interpretasi nilai Z-score berdasarkan zona risiko yang telah ditetapkan dalam model Altman Z-score.

2. Sumber Data dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan periode 2010-2012. Sumber data tersebut berasal dari situs web resmi perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian, yaitu PT. Telkomsel, PT. Bakrie Telecom, PT. Indosat, PT. Inovisi, PT. Smartfren, dan PT. XL Axiata. Selain itu, data juga diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), www.idx.co.id. Penggunaan data sekunder dipilih karena ketersediaan data historis yang dibutuhkan untuk analisis jangka waktu tiga tahun. Data yang dikumpulkan berupa laporan keuangan perusahaan yang relevan dengan variabel independen yang telah ditentukan. Dengan demikian, data yang dianalisis merupakan informasi publik yang dapat diakses dan diverifikasi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, di mana peneliti memilih sampel yang dianggap paling relevan dan mewakili karakteristik industri telekomunikasi di Indonesia.

3. Teknik Analisis Data

Setelah pengumpulan data, analisis dilakukan menggunakan beberapa teknik. Pertama, analisis Altman Z-score diterapkan untuk menghitung nilai Z-score untuk masing-masing perusahaan pada setiap tahun periode penelitian. Kedua, statistik deskriptif digunakan untuk merangkum dan menggambarkan karakteristik data, seperti mean, median, dan standar deviasi dari variabel-variabel yang diteliti. Ketiga, uji beda Mann-Whitney digunakan untuk menguji perbedaan nilai Z-score antara PT. Telkomsel dan perusahaan lain dalam sampel penelitian. Pemilihan uji Mann-Whitney didasarkan pada asumsi data yang mungkin tidak berdistribusi normal. Penggunaan kombinasi teknik analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif dan analisa yang kuat mengenai prediksi kebangkrutan PT. Telkomsel berdasarkan model Z-score Altman, serta membandingkannya dengan kinerja keuangan perusahaan lain di industri yang sama.

III. Telkomsel dan Implikasinya

Hasil analisis Altman Z-score menunjukkan nilai Z-score PT. Telkomsel sebesar 7,807 (2010), 8,831 (2011), dan 10,150 (2012). Nilai-nilai ini berada di atas ambang batas 2,60, mengindikasikan PT. Telkomsel berada di zona aman (safe zone) dan tidak berisiko bangkrut. Uji beda Mann-Whitney menunjukkan perbedaan signifikan antara nilai Z-score Telkomsel dengan beberapa perusahaan lain dalam sampel. Studi ini mendukung validitas penggunaan model Z-score Altman untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan di industri telekomunikasi Indonesia.

1. Nilai Z Score PT. Telkomsel 2010 2012

Hasil penelitian menunjukkan nilai Z-Score PT. Telkomsel Tbk. selama periode 2010-2012. Pada tahun 2010, nilai Z-Score tercatat sebesar 7,807; tahun 2011 sebesar 8,831; dan di tahun 2012 mencapai 10,150. Nilai-nilai Z-Score ini secara konsisten berada jauh di atas ambang batas 2,60 yang umum digunakan sebagai indikator risiko kebangkrutan menurut model Altman Z-score. Artinya, berdasarkan analisis Altman Z-Score, PT. Telkomsel berada dalam zona aman ('safe zone') dan tidak memiliki risiko kebangkrutan yang signifikan selama periode tersebut. Temuan ini memberikan gambaran positif tentang kesehatan keuangan dan stabilitas PT. Telkomsel selama periode pengamatan.

2. Perbandingan dengan Perusahaan Lain dan Uji Mann Whitney

Penelitian ini tidak hanya menganalisis PT. Telkomsel secara individual, tetapi juga membandingkannya dengan enam perusahaan telekomunikasi lain yang menjadi sampel penelitian. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada nilai Z-score antara PT. Telkomsel dengan beberapa perusahaan lain dalam sampel. Meskipun detail perbandingan antar perusahaan tidak dijelaskan secara rinci dalam bagian ringkasan ini, uji Mann-Whitney memberikan informasi tambahan yang mendukung temuan utama, yaitu PT. Telkomsel menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik dan risiko kebangkrutan yang lebih rendah dibandingkan beberapa perusahaan lain di industri yang sama. Analisis ini memperkuat kesimpulan bahwa PT. Telkomsel memiliki posisi keuangan yang relatif kuat selama periode 2010-2012.

3. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Prediksi Kebangkrutan

Hasil penelitian ini memberikan dukungan empiris terhadap validitas model Altman Z-score dalam memprediksi risiko kebangkrutan, khususnya di sektor telekomunikasi Indonesia. Nilai Z-Score PT. Telkomsel yang tinggi secara konsisten menunjukkan kesehatan keuangan yang baik dan minimnya risiko kebangkrutan. Temuan ini relevan bagi investor, kreditor, dan pemangku kepentingan lain yang tertarik untuk menilai kondisi keuangan dan prospek PT. Telkomsel. Lebih lanjut, temuan ini juga mengindikasikan bahwa rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam model Z-score, yaitu Working Capital/Total Assets, Retained Earnings/Total Assets, EBIT/Total Assets, dan Book Value Equity/Book Value of Total Liabilities, merupakan indikator yang relevan dalam memprediksi risiko kebangkrutan di industri telekomunikasi. Studi ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik mengenai penerapan model Z-score dalam konteks perusahaan telekomunikasi di Indonesia.

IV.Kesimpulan dan Relevansi Penelitian

Penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-score Altman dapat digunakan untuk menilai kesehatan keuangan dan memprediksi risiko kebangkrutan perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Hasil analisis untuk PT. Telkomsel mengindikasikan kinerja keuangan yang sehat dan rendahnya risiko kebangkrutan selama periode 2010-2012. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman mengenai analisis keuangan, khususnya prediksi kebangkrutan di sektor telekomunikasi, serta memperkaya literatur terkait model Z-score Altman dalam konteks Indonesia. Studi ini juga membandingkan hasil dengan penelitian sebelumnya oleh Altman (2000), Kpodoh (2009), Reddy dkk (2013), Haynes dkk (2010), dan Saragih (2010), menunjukkan penerapan model Z-score pada berbagai industri dan konteks.

1. Kesimpulan Utama Kinerja Keuangan PT. Telkomsel dan Prediksi Kebangkrutan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa model Altman Z-score efektif dalam memprediksi risiko kebangkrutan PT. Telkomsel Tbk. selama periode 2010-2012. Berdasarkan hasil analisis, nilai Z-score PT. Telkomsel jauh di atas ambang batas (2,60), menunjukkan bahwa perusahaan berada di zona aman dan tidak berisiko bangkrut. Temuan ini menunjukkan kinerja keuangan PT. Telkomsel yang kuat selama periode tersebut. Hasil ini juga mendukung teori yang diajukan Altman, yang menyatakan bahwa model Z-score dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan mempertimbangkan likuiditas (X1), laba ditahan (X2), profitabilitas (X3), dan leverage (X4). Uji Mann-Whitney yang dilakukan menunjukkan perbedaan signifikan dalam nilai Z-score antara PT. Telkomsel dan beberapa perusahaan lain dalam sampel, yang memperkuat temuan utama penelitian.

2. Kontribusi dan Relevansi Penelitian

Penelitian ini memberikan kontribusi penting pada bidang analisis keuangan dan prediksi kebangkrutan perusahaan di Indonesia, khususnya pada sektor telekomunikasi. Penggunaan model Altman Z-score memberikan kerangka kerja yang terstruktur dan teruji untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi investor, kreditor, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memahami dan menilai risiko investasi pada perusahaan telekomunikasi. Studi ini juga membandingkan temuannya dengan penelitian terdahulu, sehingga dapat memberikan perspektif yang lebih luas pada penerapan model Z-score dalam berbagai sektor dan konteks. Perbedaan utama penelitian ini adalah fokusnya yang spesifik pada studi kasus PT. Telkomsel, memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi besar di Indonesia dan relevansi model Z-score dalam konteks tersebut.

3. Implikasi dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Altman Z-score dapat menjadi alat yang efektif untuk memprediksi risiko kebangkrutan perusahaan di Indonesia. Namun, penelitian selanjutnya dapat memperluas cakupan penelitian dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan, seperti faktor makroekonomi, kondisi persaingan industri, dan strategi manajemen. Penelitian masa depan juga dapat mengeksplorasi model prediksi kebangkrutan lainnya atau melakukan perbandingan dengan model yang telah ada untuk melihat model mana yang paling akurat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan di sektor telekomunikasi Indonesia. Selain itu, perluasan sampel penelitian ke periode yang lebih lama atau mencakup lebih banyak perusahaan juga dapat memberikan hasil yang lebih komprehensif dan generalisasinya lebih luas.