
Analisis Pemberitaan Konflik Carok di Koran Radar Madura
Informasi dokumen
Penulis | Moh. Yusuf Sarbini |
instructor | Nasrullah, S.Sos (Dosen Pembimbing II) |
Sekolah | Universitas Muhammadiyah Malang |
Jurusan | Ilmu Komunikasi, Jurnalistik |
Tempat | Malang |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 151.55 KB |
- Jurnalistik
- Konflik
- Media Massa
Ringkasan
I.Peran Media Massa dalam Memberitakan Konflik Studi Kasus Carok di Madura
Skripsi ini menganalisis peran media massa, khususnya Koran Radar Madura, dalam memberitakan peristiwa carok di Madura, Indonesia, periode 20 Juli 2006 – 27 Agustus 2010. Penelitian ini meneliti bagaimana Radar Madura (media cetak lokal) menyajikan berita carok (konflik kekerasan tradisional di Madura) dan seberapa objektif serta seimbang pemberitaannya. Analisis content analysis dilakukan untuk mengkaji impartialitas dan keseimbangan berita dalam pemberitaan carok, menguji teori Denise McQuail tentang mediasi konflik. Penelitian ini juga meninjau bagaimana konstruksi realitas dalam pemberitaan carok dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk subjektivitas wartawan, kebijakan redaksi, dan tekanan sosial. Kredibilitas Radar Madura sebagai sumber informasi utama di Madura juga menjadi fokus analisis. Konflikcarok di Madura memiliki konteks sosiokultural yang unik dan rumit, serta berdampak signifikan pada masyarakat setempat. Studi ini berkontribusi pada pemahaman lebih baik tentang jurnalisme dan pelaporan konflik dalam konteks lokal Indonesia.
1. Latar Belakang Konflik dan Peran Media di Madura
Bagian ini membahas konteks sosial-budaya Madura yang rentan terhadap konflik, mengingat keberagaman suku, adat, dan budaya. Disebutkan peningkatan signifikan jumlah media cetak dan elektronik pasca Orde Baru, memberikan akses informasi lebih luas namun juga berpotensi memicu atau memperparah konflik. Salah satu contoh konflik yang dibahas adalah carok, sebuah bentuk perkelahian antarpribadi atau kelompok menggunakan senjata tajam (celurit) yang seringkali berujung kematian. Skripsi ini berfokus pada bagaimana media, khususnya Radar Madura, melaporkan konflik carok ini dan peran mereka dalam membentuk opini publik. Disebutkan bahwa, tidak seperti kriteria 'Big Name Big News', di Madura, pemberitaan carok lebih bergantung pada besarnya peristiwa itu sendiri, betapapun kecilnya nama yang terlibat. Radar Madura, sebagai koran lokal yang kredibel, menjadi representasi penting dalam menilai peristiwa di Madura, terutama carok yang menyangkut harga diri dan martabat masyarakat Madura. Pemberitaan yang tidak seimbang dapat memicu polemik berkepanjangan, sehingga prinsip jurnalisme 'perang damai' dianggap relevan dalam pelaporan carok.
2. Definisi dan Peran Media Massa dalam Konstruksi Realitas
Bagian ini mendefinisikan peran media massa dalam konstruksi realitas, mengutip Denis McQuail (1987) dan Hamad (2001) dalam Sobur (2006). Media massa, menurut penulis, tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga mengkonstruksi realitas berdasarkan pilihan dan interpretasi wartawan. Berita, sebagai produk kerja wartawan, dipahami sebagai representasi realitas, namun proses ini dipengaruhi oleh subjektivitas wartawan, kebijakan redaksi, dan format penyajian berita. Radar Madura, sebagai salah satu media cetak di Madura, memberitakan berbagai aspek kehidupan di empat kabupaten (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep), termasuk berita carok. Walaupun cakupannya lokal, Radar Madura memiliki pengaruh besar di Madura, terlihat dari oplah koran yang tinggi. Selain media cetak, radio dan televisi lokal (seperti Madura Channel) juga berperan dalam penyebaran informasi di Madura.
3. Carok Konteks Sosiokultural dan Implikasinya terhadap Pemberitaan
Bagian ini menjelaskan carok sebagai sistem nilai sosiokultural yang terkait dengan harga diri dan martabat. Carok merupakan tindakan kekerasan ekstrem, seringkali dipicu oleh pelecehan harga diri individu atau kelompok. Ungkapan 'ango’an poteya tolang etembang poteya mata' (lebih baik mati daripada menanggung malu) menunjukkan betapa pentingnya harga diri dalam budaya Madura. Meskipun kepolisian telah mengimbau penghentian carok dan menekankan pelanggaran hukumnya, carok tetap terjadi karena terikat pada sistem nilai dan tidak mudah dihentikan dengan upaya hukum formal. Pemberitaan carok oleh Radar Madura harus mempertimbangkan konteks sosiokultural yang kompleks ini dan menghindari bias atau pengambilan posisi yang dapat memperparah konflik. Contoh kasus carok yang dijelaskan adalah bentrokan yang dipicu sengketa tanah, mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka. Bagian ini menegaskan betapa pentingnya pemahaman konteks budaya dan sensitivitas dalam meliput konflik carok.
4. Objektivitas Nilai Berita dan Prinsip Pemberitaan Konflik
Bagian ini mendiskusikan konsep objektivitas dalam jurnalisme, menjelaskan bahwa objektivitas merupakan tujuan ideal yang perlu diperjuangkan namun tidak selalu tercapai sepenuhnya. Media, dalam konteks pluralitas, memiliki peran sebagai penyaring dan penafsir informasi. Konsep nilai berita (news values) dibahas berdasarkan kriteria kejelasan, kejutan, kedekatan, dampak, dan konflik personal (Walter Lippman). Unsur human interest juga dianggap penting dalam pemberitaan. Penulis juga mengutip Hikmat dan Purnama Kusumaningrat (2005) tentang evolusi kriteria nilai berita, dari pemilihan berita benar-salah menjadi kriteria yang lebih komprehensif. Pemberitaan konflik, khususnya carok, memerlukan pertimbangan relevansi dan kegunaan bagi masyarakat. Sebagai mediasi konflik, media harus objektif, memperlakukan konflik sebagai realitas sosial, dan mempertimbangkan keseimbangan informasi ('cover both sides').
5. Metodologi Penelitian Analisis Imparsialitas dan Keseimbangan Berita
Bagian ini menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan, yaitu analisis isi (content analysis) pada pemberitaan carok di Radar Madura selama periode tertentu (20 Juli 2006 – 27 Agustus 2010). Unit analisisnya adalah kata-kata dalam setiap paragraf berita, berfokus pada aspek netralitas dan keseimbangan berita. Dua belas artikel dianalisis untuk mengkaji impartialitas berdasarkan teori Denis McQuail, yaitu netralitas dan keseimbangan (cover both sides). Netralitas diukur dengan mengidentifikasi kata-kata opinionative, sementara keseimbangan berita dinilai dari proporsionalitas sumber berita dari berbagai pihak yang terlibat dalam konflik. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada Radar Madura untuk mempermudah pengelompokan kategori dan analisis data. Metodologi ini memungkinkan pengukuran kuantitatif terhadap objektivitas dan keseimbangan dalam pemberitaan konflik carok di Madura.
II.Konstruksi Realitas dan Objektivitas dalam Pemberitaan Carok
Bagian ini membahas teori konstruksi realitas sosial (Peter L. Berger dan Thomas Luckmann) dalam konteks jurnalistik. Penelitian ini meneliti bagaimana Radar Madura mengkonstruksi realitas carok, menganalisis apakah pemberitaan tersebut objektif dan seimbang ('cover both sides'). Analisis mencakup identifikasi kata-kata opinionative (misalnya, 'sepertinya', 'diduga') dan evaluasi proporsionalitas sumber berita dari berbagai pihak yang terlibat dalam konflik carok. Objektivitas dalam jurnalisme dikaji dengan mengacu pada standar 'fairness' dan keseimbangan informasi. Studi ini juga mempertimbangkan tantangan dalam mencapai objektivitas, mengingat konteks kultural dan sensitivitas isu carok di Madura.
1. Teori Konstruksi Realitas dan Peran Media
Bagian ini membahas teori konstruksi realitas sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, yang menyatakan bahwa realitas sosial dibentuk dan dikonstruksi oleh manusia melalui tiga tahap: eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Dalam konteks jurnalistik, ini berarti media tidak hanya merefleksikan realitas, tetapi juga turut membentuknya melalui pemilihan fakta, sudut pandang, dan penyajian berita. Pekerjaan media massa, menurut Hamad (2001) dalam Sobur (2006), adalah mengkonstruksi realitas. Berita yang disajikan merupakan realitas yang telah diinterpretasi dan direpresentasikan, bukan realitas 'an sich'. Berbagai faktor seperti subjektivitas wartawan, kebijakan redaksi, dan format penyajian ikut membentuk konstruksi realitas ini. Pandangan konstruksionis melihat wartawan sebagai agen pembentuk realitas, bukan hanya sebagai pencatat fakta objektif. Oleh karena itu, penting bagi media untuk selalu menjaga objektivitas dalam pemberitaan, meskipun realitas itu sendiri bersifat subjektif dan bergantung pada proses konstruksi.
2. Objektivitas dalam Pemberitaan Carok Mencari Keseimbangan
Bagian ini menekankan pentingnya objektivitas dalam pemberitaan, khususnya dalam konteks konflik seperti carok. Objektivitas diartikan sebagai penyampaian berita apa adanya dan keseimbangan informasi dari kedua belah pihak yang berkonflik ('cover both sides'). Robert Scheer dari Los Angeles Times menekankan pentingnya keadilan dan kejujuran dalam proses jurnalistik, bukan sekedar netralitas. Standar sikap adil dari Washington Post juga dibahas. Untuk mencapai objektivitas dalam pemberitaan carok, penelitian ini menganalisis adanya kata-kata opinionative (misalnya, 'sepertinya', 'diduga') yang menandakan pencampuran fakta dan opini wartawan. Keseimbangan berita dinilai dari proporsionalitas sumber berita yang digunakan, memberikan kesempatan yang sama pada semua pihak yang terlibat. Analisis ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh Radar Madura mampu mempertahankan objektivitas dan keseimbangan dalam memberitakan konflik yang sensitif ini.
III.Nilai Berita dan Kriteria Pemberitaan Carok
Bagian ini mengkaji kriteria nilai berita (news values) yang diterapkan oleh Radar Madura dalam pemberitaan carok. Unsur-unsur seperti kejelasan, kejutan, kedekatan geografis, dampak, dan konflik personal (Walter Lippman) serta unsur human interest di analisis. Penelitian ini menyelidiki apakah kriteria nilai berita yang umum diterapkan konsisten dengan pendekatan yang diambil oleh Radar Madura dalam memberitakan carok, dan bagaimana hal tersebut berdampak pada persepsi publik terhadap konflik tersebut. Pembahasan juga mencakup pertimbangan etika jurnalisme dalam pelaporan konflik yang sensitif seperti carok.
1. Evolusi Kriteria Nilai Berita
Bagian ini menelusuri perkembangan kriteria nilai berita, dimulai dari pandangan Christian Weise (1976) yang masih berfokus pada pembedaan berita benar dan palsu, hingga Daniel Hartnack (1688) yang menekankan pentingnya unsur peristiwa. Tobisa Peucer (1960) kemudian merumuskan kriteria yang lebih spesifik, seperti tanda-tanda tidak lazim dan masalah keagamaan. Seiring waktu, kriteria ini disederhanakan menjadi konsep yang lebih luas, mencakup unsur human interest (kejutan, konflik), dan keterkenalan (prominence) suatu peristiwa, situasi, tempat, atau tanggal. Suatu peristiwa baru dianggap layak diberitakan jika memiliki nilai berita yang cukup.
2. Nilai Berita Menurut Walter Lippman dan Unsur Unsur Penting
Penulis mengutip Walter Lippman, seorang wartawan Amerika, yang mendefinisikan nilai berita berdasarkan unsur kejelasan (clarity), kejutan (surprise), kedekatan geografis (proximity), dampak (impact), dan konflik personal. Semakin banyak unsur ini yang dimiliki suatu peristiwa, semakin tinggi nilai beritanya. Selain itu, unsur human interest, yang menyentuh perasaan pembaca dan menggambarkan situasi luar biasa yang dialami orang biasa atau situasi biasa yang dialami orang penting, juga dipertimbangkan. Kehadiran satu atau lebih unsur ini dapat menjadikan suatu peristiwa layak diberitakan. Dalam konteks pemberitaan carok, unsur-unsur ini perlu dipertimbangkan untuk memastikan bahwa pemberitaan tersebut bermakna dan relevan bagi khalayak.
3. Penerapan Nilai Berita dalam Pemberitaan Carok di Radar Madura
Bagian ini membahas bagaimana kriteria nilai berita diterapkan dalam konteks pemberitaan carok di Radar Madura. Meskipun berita sosial, ekonomi, dan politik mungkin dianggap biasa oleh masyarakat Madura, berita carok memiliki nilai yang jauh lebih tinggi karena terkait erat dengan harga diri dan martabat. Oleh karena itu, Radar Madura cenderung lebih hati-hati dalam meliput peristiwa carok, mengingat potensi konflik berkepanjangan jika pemberitaan tidak seimbang atau memihak. Pemberitaan yang bias dapat memperuncing konflik antar pihak yang terlibat. Penelitian ini menelaah bagaimana Radar Madura memilih, menyajikan, dan menyaring informasi terkait carok sesuai dengan kriteria nilai berita dan mempertimbangkan implikasi etis dari pelaporan konflik tersebut.
IV.Metodologi Penelitian Analisis Isi Pemberitaan Carok di Radar Madura
Bagian ini menjelaskan metodologi penelitian, yang menggunakan analisis isi (content analysis) terhadap berita carok di Radar Madura dari 20 Juli 2006 hingga 27 Agustus 2010. Unit analisis terdiri dari kata-kata yang terdapat dalam setiap paragraf berita, khususnya yang terkait dengan netralitas dan keseimbangan berita. Total 12 artikel dianalisis untuk mengukur tingkat impartialitas (netralitas dan keseimbangan) dalam pemberitaan carok. Metode ini dipilih untuk secara sistematis dan kuantitatif mengukur objektivitas dan keseimbangan dalam pemberitaan konflik di Madura.
1. Jenis Penelitian dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) untuk meneliti pemberitaan carok di Koran Radar Madura. Data penelitian berupa 12 artikel dari Radar Madura edisi 20 Juli 2006 – 27 Agustus 2010. Pembatasan ruang lingkup penelitian pada koran Radar Madura dan periode waktu tersebut bertujuan untuk membatasi objek penelitian dan mempermudah pengelompokan kategori data. Pemilihan metode analisis isi dianggap tepat karena memungkinkan pengukuran kuantitatif terhadap isi pemberitaan, khususnya terkait dengan netralitas dan keseimbangan berita.
2. Unit Analisis dan Pengukuran Imparsialitas
Unit analisis dalam penelitian ini adalah kata-kata yang terdapat dalam setiap paragraf atau kalimat yang membahas pemberitaan carok. Pemilihan unit analisis ini didasarkan pada teori Denis McQuail tentang impartialitas, yang meliputi netralitas dan keseimbangan berita. Netralitas berita diukur dengan mengidentifikasi adanya kata-kata opinionative, seperti 'sepertinya', 'diduga', 'diperkirakan', dan lainnya, yang menunjukkan pencampuran fakta dan opini. Keseimbangan berita ('cover both sides') diukur dari proporsionalitas sumber berita yang digunakan, yaitu apakah masing-masing pihak yang terlibat dalam konflik carok diberi porsi yang sama dalam pemberitaan. Pengukuran ini membantu peneliti dalam menilai seberapa objektif dan seimbang pemberitaan carok di Radar Madura.