Analisis Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan dan Dampaknya Terhadap Sikap Mahasiswa

Analisis Pemberitaan Kekerasan Terhadap Wartawan dan Dampaknya Terhadap Sikap Mahasiswa

Informasi dokumen

Penulis

Efira Novia Kamil

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Ilmu Komunikasi
Tempat Medan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 4.33 MB
  • Pemberitaan Kekerasan
  • Wartawan Indonesia
  • Sikap Mahasiswa

Ringkasan

I.Latar Belakang Kekerasan Terhadap Wartawan di Indonesia

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kekerasan terhadap wartawan Indonesia antara tahun 2011-2012. Data dari Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) mencatat 56 kasus pada tahun 2012, termasuk serangan fisik, ancaman, dan perusakan peralatan. Pemberitaan di Metro TV mengenai insiden kekerasan terhadap wartawan di Padang dan Riau menjadi fokus perhatian. Penelitian ini ingin memahami sikap mahasiswa STIK-P Medan terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan yang disiarkan Metro TV.

1. Meningkatnya Kekerasan Terhadap Wartawan di Indonesia

Bagian latar belakang penelitian ini dimulai dengan menyoroti peningkatan kasus kekerasan terhadap wartawan di Indonesia antara tahun 2011 dan 2012. Data dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menunjukkan adanya peningkatan signifikan kasus kekerasan terhadap jurnalis dalam kurun waktu tersebut. Tahun 2010 tercatat 51 kasus, 2011 sebanyak 49 kasus, dan pada tahun 2012 mencapai 56 kasus. Rincian kasus kekerasan tersebut beragam, meliputi serangan fisik (18 kasus), ancaman (15 kasus), perusakan dan perampasan alat liputan (10 kasus), pengusiran dan pelarangan meliput (7 kasus), demonstrasi disertai pengerahan massa (3 kasus), sensor (2 kasus), dan protes di website (1 kasus). Data ini menunjukkan bahwa kekerasan terhadap wartawan bukan merupakan kejadian yang terisolasi, melainkan masalah sistemik yang perlu mendapat perhatian serius. Meskipun pemerintah menjamin kemerdekaan pers, kenyataannya, kekerasan terhadap jurnalis masih terus terjadi dan angka tersebut belum termasuk 12 kasus kekerasan yang terjadi di Provinsi Papua. Kondisi ini menjadi landasan utama penelitian yang berusaha mengkaji lebih dalam mengenai dampak dari pemberitaan kekerasan terhadap wartawan terhadap sikap mahasiswa di STIK-P Medan.

2. Kasus Kekerasan Wartawan yang Diliput Metro TV

Penelitian ini juga menitikberatkan pada pemberitaan kekerasan terhadap wartawan yang ditayangkan oleh Metro TV. Dua kasus yang menjadi sorotan adalah kekerasan terhadap wartawan yang meliput razia kafe remang-remang di Padang, Sumatera Barat. Insiden ini melibatkan anggota Marinir yang memukuli sejumlah wartawan, dan terekam oleh kamera wartawan lokal. Anggota Marinir yang terlibat telah ditahan di sel Polisi Militer TNI AL Lantamal II. Kasus lain yang diangkat adalah kekerasan terhadap wartawan yang hendak meliput jatuhnya pesawat tempur Hawk 200 milik TNI AU di Riau. Para wartawan tidak hanya mengalami kekerasan fisik, tetapi juga ancaman verbal dan perampasan alat liputan. Kasus ini mendapat perhatian dari berbagai organisasi seperti AJI, PFI, Kontras, dan IJTV yang mendesak agar kasus ini diproses secara hukum, karena diduga telah melanggar pasal 351 dan 170 KUHP tentang penganiayaan. Pemberitaan-pemberitaan ini di Metro TV menjadi titik tolak peneliti untuk memahami persepsi dan sikap mahasiswa terhadap fenomena kekerasan terhadap wartawan yang terjadi di Indonesia, sekaligus menjadi pintu masuk untuk mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana pemberitaan media massa mempengaruhi opini publik dan tanggapan masyarakat.

3. Perlindungan Hukum bagi Wartawan dan Keterbatasannya

Meskipun Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, khususnya Pasal 8, menjamin perlindungan hukum bagi wartawan dalam menjalankan profesinya, kenyataannya perlindungan tersebut belum sepenuhnya efektif. Kejadian kekerasan terhadap wartawan terus berulang. Hal ini diperkuat dengan pasal 170 ayat 1 dan 2 KUHP yang mengatur tentang penganiayaan. Pasal tersebut menyebutkan ancaman pidana penjara mulai dari 5,5 tahun hingga 12 tahun, tergantung berat ringannya akibat kekerasan yang ditimbulkan. Namun, adanya pasal-pasal tersebut rupanya belum cukup untuk mencegah dan menghukum para pelaku kekerasan terhadap wartawan. Selain itu, faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah belum puasnya sebagian masyarakat terhadap kualitas pers karena beberapa wartawan yang tidak memiliki etika dalam meliput berita, serta adanya oknum yang merasa privasinya terganggu. Ketiga faktor ini, yaitu lemahnya penegakan hukum, rendahnya etika sebagian wartawan, dan gangguan privasi, menjadi pemicu utama kekerasan terhadap wartawan meskipun pemerintah telah menjamin kemerdekaan pers. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menganalisis lebih jauh persepsi dan sikap mahasiswa STIK-P Medan terkait masalah ini.

4. Pilihan STIK P Medan sebagai Objek Penelitian

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIK-P) Medan dipilih sebagai objek penelitian karena beberapa alasan. STIK-P merupakan sekolah tinggi pertama di Sumatera Utara yang fokus mencetak sarjana komunikasi berkualitas. Hasil wawancara awal dengan beberapa mahasiswa STIK-P menunjukkan kepedulian mereka terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan, bahkan sebagian ikut serta dalam unjuk rasa yang dilakukan wartawan Medan. Penelitian ini, dengan mengambil sampel mahasiswa STIK-P angkatan 2009, 2010, dan 2011 (sebanyak 80 mahasiswa), bertujuan untuk melihat bagaimana pemberitaan kekerasan di Metro TV mempengaruhi sikap dan persepsi mahasiswa komunikasi terhadap fenomena tersebut. Pemilihan STIK-P sebagai lokasi penelitian juga didasarkan pada lokasi geografisnya yang strategis di Sumatera Utara dan juga karena STIK-P sudah berdiri sejak 18 Mei 1987, yang didirikan oleh Hajjah Ani Idrus sebagai wujud cita-citanya dalam mendidik dan memproduksi sarjana komunikasi, yang pernah terhenti karena gejolak PKI pada tahun 1959 ketika mendirikan Yayasan Balai Wartawan cabang Medan. Dengan latar belakang sejarah tersebut, maka STIK-P menjadi pilihan yang relevan sebagai objek penelitian.

II.Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif

Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah mahasiswa STIK-P Medan angkatan 2009, 2010, dan 2011, berjumlah 80 orang (total sampling). Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner (24 soal tertutup dan 2 soal terbuka) dan analisis data menggunakan rumus Spearman's Rho untuk mengukur korelasi antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV dan sikap mahasiswa STIK-P.

1. Desain Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Korelasional

Metodologi penelitian ini mengadopsi pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan dan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam konteks ini, penelitian ini ingin mengukur seberapa erat hubungan antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV dengan sikap mahasiswa STIK-P Medan. Penelitian ini tidak bertujuan untuk membuktikan sebab akibat, tetapi lebih pada mengungkap adanya hubungan dan seberapa kuat hubungan tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, data yang dikumpulkan dan dianalisis berupa angka-angka, yang selanjutnya digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teori-teori yang relevan dalam penelitian ini meliputi teori komunikasi massa, jurnalistik & pers, teori sikap, dan teori S-O-R. Pilihan teori-teori ini memperkaya kerangka analisis dalam menafsirkan hasil penelitian dan menghubungkannya dengan fenomena kekerasan terhadap wartawan dan respon mahasiswa terhadap pemberitaan di Metro TV.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa STIK-P Medan angkatan 2009, 2010, dan 2011. Jumlah populasi yang diperoleh peneliti adalah 80 orang. Karena jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, di mana seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Dengan demikian, jumlah sampel penelitian adalah 80 orang. Data yang dikumpulkan dari 80 responden ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel independen (pemberitaan kekerasan di Metro TV) dengan variabel dependen (sikap mahasiswa STIK-P). Teknik pengambilan sampel total sampling dipilih untuk memastikan seluruh populasi terwakili dalam penelitian, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi mahasiswa STIK-P Medan pada tahun ajaran tersebut. Hal ini memastikan representasi yang akurat dan meminimalisir bias sampling.

3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan melalui dua metode, yaitu penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian lapangan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden mahasiswa STIK-P Medan. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 24 pertanyaan tertutup dan 2 pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup memudahkan dalam proses tabulasi dan analisis data kuantitatif, sedangkan pertanyaan terbuka memberikan ruang bagi mahasiswa untuk memberikan pendapat dan pandangan mereka yang lebih mendalam. Sebelum kuesioner disebarkan, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada pihak STIK-P dan FISIP USU. Teknik analisis data yang digunakan meliputi analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan menggunakan rumus Spearman’s Rho Rank-Order Correlation. Rumus ini dipilih karena data dari variabel yang diteliti berupa peringkat (ranking), sehingga memungkinkan untuk melihat korelasi antara peringkat variabel pemberitaan kekerasan terhadap wartawan dengan peringkat sikap mahasiswa terhadap pemberitaan tersebut. Hasil analisis data ini akan memberikan gambaran yang kuantitatif tentang hubungan antara kedua variabel.

III.Hasil Penelitian Hubungan Pemberitaan dan Sikap Mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang cukup berarti (rho = 0,668) antara frekuensi menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV dan sikap mahasiswa STIK-P. Mahasiswa laki-laki cenderung lebih tertarik pada pemberitaan ini, sebagian karena beberapa di antara mereka adalah wartawan lepas. Mayoritas responden menyatakan prihatin terhadap kasus kekerasan dan mendukung perlindungan hukum bagi wartawan, sesuai dengan Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999. Sebagian besar responden juga menyatakan bahwa menonton pemberitaan tersebut menambah pengetahuan mereka tentang Kode Etik Jurnalistik dan masalah hukum yang terkait dengan jurnalistik.

1. Korelasi Antara Pemberitaan dan Sikap Mahasiswa

Hasil utama penelitian menunjukkan adanya korelasi yang cukup berarti antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV dengan sikap mahasiswa STIK-P Medan. Koefisien korelasi Spearman (rho) yang diperoleh adalah 0,668. Menurut skala Guilford, nilai ini berada pada rentang 0,40 – 0,70, yang mengindikasikan hubungan yang cukup signifikan. Temuan ini mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara paparan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV dan sikap mahasiswa STIK-P. Artinya, pemberitaan di Metro TV berpengaruh terhadap bagaimana mahasiswa memandang isu kekerasan terhadap wartawan dan profesi jurnalistik. Temuan ini menekankan pentingnya peran media massa, khususnya Metro TV, dalam membentuk opini publik dan sikap mahasiswa terhadap isu-isu sosial penting seperti kekerasan terhadap wartawan. Penelitian lebih lanjut dapat mengkaji lebih detail aspek-aspek spesifik dari hubungan ini.

2. Perbedaan Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin

Analisis data juga menunjukkan perbedaan kecenderungan dalam hal perhatian dan ketertarikan terhadap pemberitaan kekerasan terhadap wartawan berdasarkan jenis kelamin. Mahasiswa laki-laki cenderung lebih tertarik dan memperhatikan pemberitaan tersebut dibandingkan mahasiswa perempuan. Dari total 80 responden, rata-rata 44 responden (dengan proporsi laki-laki lebih banyak) menyatakan tertarik menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV. Hal ini dikaitkan dengan fakta bahwa sebagian besar mahasiswa laki-laki merupakan wartawan freelance, sehingga memiliki keterkaitan langsung dengan profesi jurnalistik dan isu-isu yang dialaminya. Sementara itu, mahasiswa perempuan cenderung lebih tertarik pada pemberitaan yang ringan, seperti kuliner atau pariwisata. Temuan ini menunjukan adanya perbedaan perspektif dan minat dalam mengkonsumsi informasi, yang dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman masing-masing responden. Faktor-faktor ini perlu dipertimbangkan dalam strategi penyampaian informasi mengenai kekerasan terhadap wartawan.

3. Pemahaman dan Pengaruh Emosional Pemberitaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (77,5%) menyatakan memahami isi pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV. Hanya 10% yang menyatakan kurang memahami, dan 12,5% menyatakan sangat memahami. Selain itu, rata-rata 46 responden menyatakan bahwa pemberitaan tersebut mampu mempengaruhi emosi mereka, dan dari jumlah tersebut 38 responden mendukung informasi yang disampaikan dalam pemberitaan. Responden berharap pemerintah lebih peduli dan segera menyelesaikan kasus kekerasan terhadap wartawan. Tingkat pemahaman yang tinggi mengindikasikan efektifitas Metro TV dalam menyampaikan informasi. Pengaruh emosional yang signifikan menunjukkan pemberitaan tersebut mampu menyentuh dan mempengaruhi emosi responden, mendorong kepedulian dan harapan akan adanya tindakan nyata dari pemerintah untuk melindungi wartawan. Temuan ini menunjukkan bahwa pemberitaan media massa memiliki kekuatan dalam membentuk opini publik dan mendorong aksi sosial.

4. Hasil Analisis Kuesioner Terbuka dan Kesimpulan

Analisis kuesioner terbuka memperkuat temuan di atas. Sebagian besar responden setuju dengan penayangan pemberitaan kekerasan terhadap wartawan agar masyarakat memahami tantangan dan kendala yang dihadapi jurnalis. Responden juga berharap pemerintah lebih peduli karena profesi wartawan dilindungi Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Kesimpulannya, banyak faktor yang menyebabkan mahasiswa STIK-P tertarik pada pemberitaan ini, terutama kepedulian terhadap wartawan dan keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang Undang-Undang Pers, Kode Etik Jurnalistik, serta etika meliput peristiwa, khususnya di daerah konflik. Sikap umum mahasiswa STIK-P adalah prihatin terhadap ketidakadilan hukum yang dialami wartawan dan mendukung kebebasan pers. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan gambaran jelas tentang korelasi antara pemberitaan Metro TV dengan sikap mahasiswa STIK-P, menekankan pentingnya perlindungan hukum dan etika dalam jurnalistik.

IV.Kesimpulan dan Saran

Penelitian menyimpulkan bahwa pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap mahasiswa STIK-P. Mahasiswa peduli terhadap profesi wartawan dan berharap pemerintah memberikan perlindungan dan keadilan bagi mereka. Saran penelitian antara lain: pemerintah, kepolisian, dan TNI harus lebih peduli pada wartawan; pelaku kekerasan dihukum sesuai undang-undang; dan kasus kekerasan terhadap wartawan diselesaikan secara tuntas. Penelitian lebih lanjut dapat meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap mahasiswa dan dampak jangka panjang dari pemberitaan kekerasan terhadap wartawan.

1. Kesimpulan Utama Penelitian

Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan mahasiswa STIK-P Medan tertarik menonton pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV. Secara umum, ketertarikan ini didorong oleh kepedulian terhadap profesi wartawan dan keinginan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kasus-kasus kekerasan yang terjadi. Banyak di antara mahasiswa tersebut mencintai profesi wartawan dan berharap agar kasus kekerasan terhadap wartawan segera terselesaikan. Selain itu, melalui pemberitaan tersebut, pengetahuan mahasiswa juga bertambah mengenai Undang-Undang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan etika peliputan, terutama dalam situasi konflik. Sikap mahasiswa STIK-P secara umum adalah prihatin terhadap lemahnya penegakan hukum di Indonesia, di mana wartawan yang seharusnya dilindungi undang-undang, masih sering mengalami ketidakadilan. Mereka juga mendukung pemberian ruang dan kebebasan bagi wartawan dalam menjalankan tugasnya mencari kebenaran. Kesimpulan ini didapatkan setelah menganalisis data dari 80 responden mahasiswa STIK-P angkatan 2009-2011 yang telah diuji dengan menggunakan koefisien korelasi Spearman.

2. Saran Responden dan Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, responden menyarankan agar pemerintah, aparat kepolisian, dan TNI lebih peduli terhadap wartawan, mengingat peran penting pers sebagai pilar keempat demokrasi. Responden juga berharap para pelaku kekerasan dihukum sesuai undang-undang dan pemerintah mampu menyelesaikan kasus kekerasan terhadap wartawan secara tuntas agar kejadian serupa tidak terulang. Saran ini mencerminkan keprihatinan dan harapan responden akan adanya perubahan dan peningkatan perlindungan bagi profesi wartawan. Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting bagi berbagai pihak. Bagi pemerintah, penelitian ini menjadi masukan dalam menyusun kebijakan yang melindungi kebebasan pers dan memastikan keselamatan wartawan. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini bisa menjadi bahan pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya etika jurnalistik dan tanggung jawab sosial. Dan bagi media massa sendiri, penelitian ini menjadi refleksi tentang bagaimana pemberitaan kekerasan harus disampaikan secara bertanggung jawab dan etis, serta mampu mendorong perubahan sosial.

3. Hubungan Signifikan dan Saran Akademis

Uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberitaan kekerasan terhadap wartawan di Metro TV dan sikap mahasiswa STIK-P. Nilai rho (koefisien korelasi Spearman) sebesar 0,668, berdasarkan skala Guilford, menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Temuan ini menunjukkan bahwa pemberitaan media massa memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap persepsi dan sikap mahasiswa. Secara akademis, penelitian ini membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian lebih lanjut dapat meneliti faktor-faktor lain yang memengaruhi sikap mahasiswa terhadap kekerasan terhadap wartawan, misalnya pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman pribadi, atau lingkungan sosial. Penelitian juga bisa menelaah lebih mendalam mengenai efektivitas pemberitaan media dalam mempengaruhi opini publik dan mendorong aksi sosial, serta meneliti strategi komunikasi yang efektif dalam membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan bagi jurnalis. Penelitian lebih lanjut juga dapat dilakukan dengan memperluas cakupan sampel penelitian.