
Analisis Konstruksi Media dalam Pemberitaan Kematian Moammar Khadafy
Informasi dokumen
Penulis | Wahyu Aji Sasongko |
instructor/editor | M. Himawan Sutanto, S.Sos, M.Si |
school/university | Universitas Muhammadiyah Malang |
subject/major | Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Jurnalistik dan Studi Media |
Jenis dokumen | Skripsi |
city_where_the_document_was_published | Malang |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 337.69 KB |
- Konstruksi Media
- Pemberitaan Kematian
- Analisis Framing
Ringkasan
I.Analisis Framing dalam Pemberitaan Kematian Muammar Khadafy
Penelitian ini menganalisis bagaimana dua media cetak besar Indonesia, Media Indonesia dan Kompas, melakukan konstruksi media dalam memberitakan kematian Muammar Khadafy dan konflik Libya. Studi ini menggunakan periode 21-30 Oktober 2011 sebagai fokus analisis framing, mengeksplorasi perbedaan pemilihan sudut pandang, diksi, dan visual dalam penyajian berita. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana framing mempengaruhi persepsi publik terhadap peristiwa tersebut. Metode yang digunakan adalah analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang meneliti empat dimensi struktural berita: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
1. Latar Belakang Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh polemik kematian Muammar Khadafy di Libya. Kematian Khadafy menjadi peristiwa besar yang menarik perhatian dunia, dan diberitakan oleh berbagai media massa, termasuk Media Indonesia dan Kompas. Meskipun peristiwa yang sama, kedua media tersebut menunjukkan perbedaan cara dan sudut pandang dalam pemberitaan, yang disebut sebagai framing atau pembingkaian. Perbedaan ini tampak dalam penonjolan atau minimilisasi aspek tertentu dari peristiwa tersebut. Penelitian ini tertarik untuk menganalisis bagaimana kedua media mengkonstruksi peristiwa kematian Khadafy dalam berita, dengan fokus pada periode 21-30 Oktober 2011, untuk memahami bagaimana framing media mempengaruhi persepsi publik.
2. Konsep Framing dan Analisisnya
Dokumen menjelaskan konsep framing sebagai cara media membingkai suatu peristiwa, menekankan atau meminimalkan aspek tertentu sesuai kepentingan. Dedy N. Hidayat (2006) menyinggung pentingnya objektivitas faktual dan imparsialitas dalam jurnalisme, tetapi mengakui bahwa bahkan berita yang berbasis fakta hanyalah realitas simbolik. Septiawan K. Santana (2005) menekankan pentingnya menghadirkan berbagai perspektif untuk memberikan gambaran utuh, bukan hanya satu sisi. Penelitian ini menggunakan analisis framing untuk mengungkap bagaimana Media Indonesia dan Kompas membingkai berita kematian Khadafy, mempertimbangkan pemilihan sudut pandang, judul, diksi, dan elemen visual. Ini termasuk memperhatikan konotasi kata-kata yang dipilih (misalnya, mati, tewas, gugur) untuk menggambarkan kematian Khadafy.
3. Model Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Penelitian ini memilih model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) karena kelengkapannya. Model ini mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi ini membentuk tema yang menghubungkan elemen semantik narasi berita. Model ini menganggap setiap berita memiliki frame sebagai pusat organisasi ide, terkait dengan elemen seperti kutipan sumber, latar informasi, dan pemilihan kata. Frame juga berhubungan dengan bagaimana seseorang memaknai peristiwa melalui perangkat tanda dalam teks (Eriyanto, 2009). Penelitian ini menggunakan model ini untuk menganalisis berita dari Media Indonesia dan Kompas, memperhatikan berbagai aspek seperti hard news, soft news, feature, opini, dan foto dalam skala nasional dan lokal.
4. Media Indonesia dan Kompas sebagai Objek Studi
Penelitian ini memilih Media Indonesia dan Kompas sebagai media cetak nasional yang akan dianalisis. Kompas, terbit sejak 1965, dianggap sebagai quality newspaper yang mengedepankan penyajian berita yang etis, moralis, dan intelektual (Amar, 1984 dalam Sumadiria, 2005). Pemilihan edisi pasca-kematian Khadafy (21-30 Oktober 2011) difokuskan untuk memahami framing masing-masing media. Alasan pemilihan kedua media ini didasarkan pada kesamaan dalam pemberitaan politik serta perbedaan sudut pandang yang diharapkan dalam menceritakan peristiwa yang sama. Analisis ini akan mempertimbangkan bagaimana perbedaan karakteristik media mempengaruhi konstruksi dan framing berita kematian Muammar Khadafy dan konflik Libya.
5. Pengumpulan dan Analisis Data
Data utama penelitian ini adalah berita-berita dari Media Indonesia dan Kompas edisi 21-30 Oktober 2011 tentang kematian Muammar Khadafy dan konflik Libya. Data ini akan diolah sebagai data primer. Data sekunder dari literatur dan media online akan melengkapi analisis. Analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki akan digunakan untuk mengidentifikasi framing. Model ini menganalisis empat aspek: sintaksis, skrip (termasuk penggunaan 5W+1H dan konotasi kata-kata), tematik, dan retoris. Data akan diurutkan sesuai urutan pemberitaan dalam periode studi. Analisis akan melihat bagaimana skrip berita dikonstruksi, bagaimana pemilihan kata dan gambar mempengaruhi pesan yang disampaikan dan bagaimana aspek-aspek tersebut membentuk framing berita secara keseluruhan.
II.Perbedaan Framing Media Indonesia dan Kompas
Penelitian ini membandingkan bagaimana Media Indonesia dan Kompas, sebagai media dengan latar belakang berbeda, melakukan framing terhadap pemberitaan konflik Libya. Analisis akan meneliti perbedaan sudut pandang penulisan berita, pemilihan judul, diksi, serta penggunaan foto dan grafis. Tujuannya untuk mengidentifikasi perbedaan strategi konstruksi media dan dampaknya terhadap pemahaman pembaca tentang konflik Libya dan kematian Muammar Khadafy.
1. Latar Belakang Perbedaan Framing
Meskipun Media Indonesia dan Kompas meliput peristiwa yang sama, yaitu kematian Muammar Khadafy dan konflik Libya, kedua media ini menunjukkan perbedaan signifikan dalam framing berita. Perbedaan ini muncul karena latar belakang dan sudut pandang masing-masing media yang berbeda. Dokumen mencatat bahwa setiap media memiliki cara unik dalam memilih aspek mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan dalam pemberitaan, yang menghasilkan framing yang berbeda. Penelitian ini akan menganalisis perbedaan ini untuk memahami bagaimana latar belakang media dapat mempengaruhi cara suatu peristiwa disajikan kepada publik. Perbedaan dalam pembingkaian (framing) ini akan diteliti secara detail untuk mengungkap bagaimana perbedaan tersebut mempengaruhi persepsi pembaca terhadap peristiwa tersebut.
2. Aspek Perbedaan Framing yang Dianalisis
Penelitian ini akan meneliti berbagai aspek yang menunjukkan perbedaan framing antara Media Indonesia dan Kompas. Aspek-aspek tersebut mencakup pemilihan sudut pandang (angle) dalam penulisan berita, pemilihan judul berita, pilihan diksi atau kata-kata yang digunakan dalam isi berita, serta tampilan foto dan grafis yang menyertai berita. Dokumen menyoroti bahwa perbedaan-perbedaan ini akan tampak jelas antara kedua media. Dengan menganalisis elemen-elemen tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi yang berbeda yang digunakan kedua media dalam menyajikan informasi tentang konflik Libya dan kematian Khadafy kepada khalayak pembaca. Perbedaan ini akan dianalisa untuk melihat bagaimana perbedaan pendekatan tersebut dapat mempengaruhi persepsi dan interpretasi pembaca.
3. Implikasi Perbedaan Framing
Perbedaan framing antara Media Indonesia dan Kompas dalam pemberitaan kematian Muammar Khadafy dan konflik Libya memiliki implikasi signifikan. Karena setiap media memiliki cara unik dalam menyajikan informasi, persepsi publik terhadap peristiwa tersebut kemungkinan besar akan berbeda. Penelitian ini akan menyelidiki bagaimana perbedaan framing ini mempengaruhi pemahaman dan interpretasi pembaca terhadap peristiwa yang sama. Dengan menganalisis perbedaan dalam pemilihan sudut pandang, penggunaan diksi, dan penyajian visual, penelitian ini akan berusaha untuk mengungkap bagaimana framing media dapat membentuk opini publik dan mempengaruhi persepsi terhadap konflik bersenjata dan tokoh-tokoh kunci di dalamnya. Hal ini menekankan pentingnya menganalisis framing media untuk memahami bagaimana media membentuk pemahaman publik atas peristiwa penting di dunia.
III.Objektivitas dan Ideologi dalam Konstruksi Media
Penelitian ini membahas konsep objektivitas dan pengaruh ideologi dalam konstruksi media. Penulis membahas bagaimana media, meskipun mengklaim objektivitas, tetap dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. Analisis akan mengeksplorasi bagaimana bias dapat muncul dalam penyajian berita, bahkan dengan peristiwa yang sama, berdasarkan paradigma konstruksi sosial. Teori-teori pers seperti teori pers otoriter, liberal, komunis, dan tanggung jawab sosial akan dipertimbangkan dalam memahami ideologi media yang mempengaruhi framing.
1. Objektivitas dalam Konstruksi Berita
Bagian ini membahas kerumitan objektivitas dalam konstruksi berita. Meskipun idealnya berita harus objektif, dokumen menyatakan bahwa media bukanlah ranah netral. Media merupakan tempat bertemunya berbagai kepentingan, yang berdampak pada bagaimana realitas dikonstruksikan dalam berita. Dedy N. Hidayat (2006) membahas objektivitas faktual dan imparsialitas, menekankan bahwa bahkan berita berbasis fakta tetap merupakan realitas simbolik, bukan realitas objektif sepenuhnya. Westerhal (1983), seperti yang dikutip, membagi objektivitas menjadi faktualitas (kebenaran dan relevansi) dan imparsialitas. Dokumen menyoroti bahwa media seringkali menonjolkan aspek tertentu sementara meminimalisir atau bahkan menghilangkan aspek lain, menunjukkan adanya bias yang mempengaruhi konstruksi realitas dalam berita. Konsep kebenaran dan perspektif pun dibahas, menekankan bahwa kebenaran bersifat majemuk dan bergantung pada konstruksi pikiran individu.
2. Ideologi dan Bias dalam Media
Dokumen membahas bagaimana ideologi mempengaruhi konstruksi berita dan peran media sebagai tempat bertemunya berbagai kepentingan. Hall melihat proses produksi berita sebagai sesuatu yang tidak netral, dipengaruhi oleh bias ideologi yang disadari atau tidak disadari oleh wartawan. Media digambarkan dikuasai oleh kelompok dominan yang dapat mempengaruhi khalayak. Dokumen juga membahas berbagai teori pers, seperti teori pers otoriter, liberal, komunis, dan tanggung jawab sosial (Siebert, Schramm, dan Peterson, 1963; Rachmadi, 1990; Nurudin, 2009), yang menunjukkan bagaimana sistem politik, ekonomi, dan sosial suatu negara mempengaruhi sifat dan fungsi pers. Konsep 'watchdog' dalam jurnalisme, yaitu peran pers untuk mengawasi pemerintah demi kepentingan publik, juga dibahas. Media juga dapat berfungsi sebagai agen persuasif, membentuk opini publik sesuai kepentingan tertentu melalui narasi, gambar, dan pilihan kata.
3. Paradigma Konstruktivis vs. Positivis
Dokumen membandingkan paradigma konstruktivis dan positivis dalam kajian media. Pandangan positivis melihat berita sebagai representasi realitas yang utuh dan apa adanya, sementara konstruktivis berpendapat bahwa realitas dikonstruksi secara sosial oleh media. Peter L. Berger (seperti yang dikutip) menekankan bahwa realitas terbentuk secara sosial, dipengaruhi oleh aspek sosial, politik, dan ekonomi. Media berlomba-lomba untuk mendefinisikan realitas, sehingga realitas menjadi bagian dari kekuasaan. Proses dialektis eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi menjelaskan bagaimana realitas sosial dikonstruksi dan diterima oleh individu. Konstruktivis melihat realitas sebagai majemuk dan bergantung pada subjektivitas individu, berbeda dengan positivis yang mengutamakan objektivitas. Teori framing, seperti yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger, menjelaskan bahwa realitas dikonstruksi dan dipahami secara berbeda oleh setiap individu berdasarkan pengalaman, preferensi, dan latar belakang.
IV.Fungsi Media dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Opini Publik
Bagian ini membahas fungsi media, meliputi fungsi informasi, korelasi, kesinambungan, hiburan, dan mobilisasi. Analisis akan menyinggung peran media sebagai agen persuasif dalam membentuk opini publik. Penelitian ini juga akan meneliti bagaimana media dapat mempengaruhi sikap dan perilaku publik melalui pemilihan simbol, kalimat, dan data tertentu. Konsep 'watchdog' dan bagaimana media dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah juga akan dibahas.
1. Fungsi Media Menurut McQuail dan Schramm
Dokumen mengutip McQuail (1994) yang menjelaskan fungsi utama media bagi masyarakat, yaitu: 1) fungsi informasi (menyediakan informasi, menunjukkan hubungan kekuasaan, memudahkan inovasi); 2) fungsi korelasi (menghubungkan peristiwa, menjelaskan makna, membentuk kesepakatan, menentukan prioritas, memberi status, menunjang otoritas dan norma); 3) fungsi kesinambungan (mengekspresikan budaya dominan, mengakui subkultur, mengembangkan budaya baru, melestarikan nilai); 4) fungsi hiburan; dan 5) fungsi mobilisasi (mengkampanyekan tujuan masyarakat). Dokumen juga mengutip Schramm (1973 dalam Nurudin, 2007) yang melihat pers sebagai pengamat, forum, dan guru (watcher, forum, teacher) bagi masyarakat. Fungsi-fungsi ini menunjukkan peran media yang luas dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya masyarakat, mempengaruhi bagaimana informasi diterima dan diinterpretasikan.
2. Media sebagai Agen Persuasif dan Pembentukan Opini Publik
Dokumen membahas peran media sebagai agen persuasif, yaitu kemampuan media untuk membentuk persepsi dan opini publik agar sejalan dengan pandangan media itu sendiri. Hal ini dilakukan melalui konstruksi berita, gaya bercerita, gambar/foto, dan pilihan kata-kata tertentu. Media memiliki kemampuan untuk menggerakkan seseorang bertindak atas suatu hal. Proses pembentukan opini publik ini terjadi melalui konsumsi informasi oleh masyarakat. Deddy N. Hidayat (dalam Syahputra, 2006) menyinggung logika komersil media ('money-commodities-more money'), dimana kepentingan akumulasi modal dapat mempengaruhi isi berita. Publik, sebagai penerima informasi, juga memiliki peran dalam membentuk konstruksi berita, meskipun terkadang berada dalam posisi terhimpit. Interaksi dialektis antara media dan publik dalam membentuk pemaknaan konflik dijelaskan, menekankan bahwa publik memiliki hak untuk menerima informasi yang sebenarnya.
3. Media Konflik dan Peran Jurnalis
Dokumen membahas peran media dalam setting konflik, khususnya dalam pemberitaan konflik Libya dan kematian Khadafy. Media secara sadar atau tidak sadar melakukan konstruksi naratif, misalnya mengkonstruksi perang antara pendukung Khadafy dan Dewan Transisi Nasional Libya. Pembentukan sikap dan opini publik merupakan tujuan utama media dalam meliput konflik. Akiba, Adoni, dan Bantz (1990, dalam Syahputra, 2006) menyatakan jurnalis memiliki peran strategis dalam mengupayakan berakhirnya konflik atau memperpanjang bahkan memperluasnya. Media, dalam hal ini, memperlakukan konflik bukan hanya sebagai realitas sosial, tetapi juga sebagai komoditi informasi. Faktor psikologis jurnalis juga berpengaruh signifikan terhadap proses peliputan konflik. Definisi berita menurut Maulsby (dalam Getting the News) dan Assegaff (1984) juga dibahas, menekankan penuturan fakta yang benar dan tidak memihak.
V.Metodologi Penelitian dan Hasil yang Diharapkan
Penelitian ini menggunakan data primer berupa berita-berita dari Media Indonesia dan Kompas edisi 21-30 Oktober 2011 tentang kematian Muammar Khadafy. Data sekunder dari literatur dan media online akan melengkapi analisis. Analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki akan digunakan untuk mengidentifikasi framing yang digunakan oleh kedua media. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang konstruksi media, analisis framing, dan pengaruhnya terhadap persepsi publik terhadap konflik Libya dan kematian Muammar Khadafy.
1. Sumber Data dan Periode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer berupa berita-berita dari Media Indonesia dan Kompas edisi 21-30 Oktober 2011 yang membahas kematian Muammar Khadafy dan konflik Libya. Data sekunder dari buku-buku, literatur, dan media online yang relevan juga digunakan untuk memperkuat analisis. Periode 21-30 Oktober 2011 dipilih karena peneliti ingin fokus pada analisis framing media pasca-kematian Khadafy. Pemilihan kedua media ini didasarkan pada reputasi mereka sebagai media cetak nasional yang sering meliput berita politik, sehingga diharapkan terdapat perbedaan sudut pandang yang dapat dianalisa dalam meliput peristiwa yang sama. Data primer ini akan menjadi inti analisis framing, sedangkan data sekunder berfungsi sebagai pendukung dan pelengkap data penelitian.
2. Metode Analisis Framing
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model ini dipilih karena dianggap lengkap dan detail dalam menganalisis teks berita. Model ini berasumsi bahwa setiap berita memiliki frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Analisis akan dilakukan terhadap empat dimensi struktural berita: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris (Eriyanto, 2009). Analisis skrip, misalnya, meliputi bagaimana wartawan mengisahkan peristiwa, memperhatikan pola 5W+1H (who, what, when, where, why, and how), dan pilihan diksi yang digunakan (misalnya, kata 'mati', 'tewas', 'gugur', dll.) serta penggunaan idiom, gambar, dan grafis. Data yang dikumpulkan akan dianalisis sesuai dengan urutan pemberitaan pada periode 21-30 Oktober 2011.
3. Hasil yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana konstruksi media dan framing mempengaruhi persepsi publik terhadap kematian Muammar Khadafy dan konflik Libya. Analisis akan mengungkap perbedaan framing antara Media Indonesia dan Kompas, menunjukkan bagaimana perbedaan pendekatan media dalam menyajikan informasi dapat mempengaruhi pemahaman pembaca. Hasil penelitian diharapkan dapat berkontribusi pada studi media, khususnya dalam konteks analisis framing dan pengaruhnya terhadap pembentukan opini publik, serta memberikan wawasan tentang bagaimana media dapat membentuk persepsi terhadap peristiwa-peristiwa global yang signifikan. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih nuanced mengenai peran media dalam membentuk persepsi publik atas peristiwa-peristiwa penting, khususnya konflik internasional.