
Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Mainan Edukatif Balita dan Pengetahuan Orang Tua serta Guru
Informasi dokumen
Penulis | Devi Destika Pohan |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
subject/major | Kesehatan Masyarakat |
Jenis dokumen | Skripsi |
city_where_the_document_was_published | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 4.95 MB |
- Timbal (Pb)
- Mainan Edukatif
- Pengetahuan Orang Tua dan Guru
Ringkasan
I.Latar Belakang Pencemaran Timbal Pb pada Mainan Edukatif Balita
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka pencemaran logam berat, khususnya timbal (Pb), pada produk konsumen, termasuk mainan edukatif balita. Timbal (Pb) yang umumnya berasal dari cat dan bahan baku mainan, dapat tertelan oleh balita dan membahayakan kesehatannya. Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam memilih mainan aman dan mengawasi anak saat bermain. Studi sebelumnya oleh YLKI (2012) telah menemukan kandungan timbal (Pb) yang berbahaya pada sejumlah mainan edukatif di Jakarta. Peraturan di beberapa negara Eropa dan Amerika telah menetapkan batas maksimum kandungan senyawa kimia berbahaya, termasuk timbal (Pb), dalam produk konsumen (Sucofindo, 2013).
1. Masalah Pencemaran Timbal Pb pada Produk Konsumen
Bagian ini menjelaskan bahwa produk konsumen, termasuk mainan edukatif balita, sering terkontaminasi logam berat, khususnya timbal (Pb). Sumber kontaminasi utama berasal dari cat dan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan mainan. Anak-anak, terutama balita, berisiko tinggi terpapar timbal karena kebiasaan mereka memasukkan mainan ke mulut. Orang tua dan guru berperan krusial dalam memilih mainan yang aman dan mengawasi cara anak bermain. Data dari Sucofindo menunjukkan bahwa beberapa negara Eropa dan Amerika telah menerapkan regulasi ketat untuk membatasi jumlah senyawa kimia berbahaya, termasuk timbal (Pb), dalam produk konsumen. Hal ini semakin menggarisbawahi urgensi penelitian mengenai kandungan timbal dalam mainan edukatif balita dan dampaknya terhadap kesehatan.
2. Sifat dan Bahaya Timbal Pb
Timbal (Pb) atau plumbum, dijelaskan sebagai logam lunak berwarna abu-abu kebiruan yang mudah dibentuk dan memiliki sifat kimia aktif. Penggunaan timbal dalam berbagai produk, seperti cat, baterai, dan pelapis kabel, menjadikannya sumber pencemaran yang signifikan. Studi menunjukkan bahwa timbal dapat dengan mudah diserap oleh tubuh, terutama pada anak-anak, dengan tingkat penyerapan mencapai 50% dibandingkan sekitar 35% pada orang dewasa. Paparan timbal pada anak-anak, bahkan dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan penurunan IQ, kesulitan belajar, hiperaktifitas, gangguan pertumbuhan, gangguan pendengaran, kerusakan ginjal, dan bahkan kematian pada tingkat keracunan tinggi. Sifat-sifat timbal ini, serta kemampuannya untuk terlepas dari mainan akibat panas atau sinar matahari (Shnews, 2004), menjadi perhatian utama penelitian ini.
3. Temuan Penelitian Sebelumnya dan Definisi Mainan Edukatif
Bagian ini merujuk pada temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 2011 yang menemukan zat berbahaya, termasuk timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan kromium (Cr), dalam 21 mainan edukatif yang diuji di Jakarta. Mainan edukatif sendiri didefinisikan sebagai mainan yang merangsang kemampuan fisik dan berpikir anak, serta mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan (Effiana, 2009). Meskipun bermanfaat bagi perkembangan anak, mainan edukatif tetap berpotensi berbahaya karena kontaminasi timbal (Pb). Balita, dengan kebiasaan memasukkan benda ke mulut, menjadi kelompok yang paling rentan terhadap paparan timbal melalui mainan. Studi Lubis et al. (2013) juga menegaskan tingginya risiko paparan timbal pada balita dibandingkan anak yang lebih tua karena intensitas bermain dan kebiasaan memasukkan benda ke mulut.
II.Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan timbal (Pb) dan tingkat pengetahuan orang tua serta guru di Taman Kanak-Kanak (TK) Kecamatan Medan Denai tentang bahaya timbal (Pb) pada mainan edukatif balita. Permasalahan yang diangkat adalah: adakah kandungan timbal (Pb) dalam mainan edukatif balita, dan bagaimana tingkat pengetahuan orang tua dan guru mengenai hal tersebut di TK Kecamatan Medan Denai tahun 2014?
1. Perumusan Masalah Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada dua permasalahan utama terkait mainan edukatif balita dan kandungan timbal (Pb). Pertama, penelitian ini akan menyelidiki apakah terdapat kandungan timbal (Pb) pada mainan edukatif balita yang beredar. Ini merupakan pertanyaan krusial karena kandungan timbal (Pb) pada mainan anak berpotensi memberikan dampak negatif bagi kesehatan dan perkembangan mereka. Kedua, penelitian ini akan mengkaji tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang keberadaan dan bahaya timbal (Pb) dalam mainan edukatif balita. Pemahaman orang tua dan guru tentang risiko ini sangat penting karena mereka berperan penting dalam memilih mainan yang aman dan mengawasi aktivitas bermain anak. Dengan menjawab kedua pertanyaan ini, penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai masalah kontaminasi timbal (Pb) pada mainan edukatif balita dan tingkat kesadaran masyarakat akan hal tersebut.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dua hal yang saling berkaitan. Pertama, penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur kandungan timbal (Pb) yang ada pada mainan edukatif balita. Ini akan dicapai melalui pengujian laboratorium yang terstandar untuk memastikan keakuratan data. Kedua, penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan orang tua dan guru di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai mengenai bahaya timbal (Pb) pada mainan edukatif balita. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman mereka tentang risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh paparan timbal dan seberapa efektif upaya edukasi yang telah dilakukan. Dengan tercapainya kedua tujuan ini, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga bagi pengembangan strategi pencegahan paparan timbal pada balita melalui mainan edukatif dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih mainan yang aman.
III.Metodologi Penelitian
Penelitian deskriptif ini dilakukan di lima TK di Kecamatan Medan Denai (TK An-Nizam, TK Ulul-Ilmi, TK ABA Melati, TK Asyiyah Bustanul Atfal, dan TK Al-Hira’ Permata Nadiah). Sampel penelitian terdiri dari 30 orang tua (total sampling) dan 30 guru (simple random sampling) dari total populasi 37 guru. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan tabel dan narasi. Pengujian kandungan timbal (Pb) dilakukan menggunakan Spektofotometer Serapan Atom (SSA) di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan pada tanggal 22 Maret 2014.
1. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk menganalisis kandungan timbal (Pb) pada mainan edukatif balita dan tingkat pengetahuan orang tua serta guru mengenai hal tersebut. Penelitian dilakukan di Taman Kanak-Kanak (TK) Kecamatan Medan Denai, Sumatera Utara. Lokasi spesifik meliputi lima TK yaitu TK An-Nizam, TK Ulul-Ilmi, TK ABA Melati, TK Asyiyah Bustanul Atfal, dan TK Al-Hira’ Permata Nadiah. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yang tidak dijelaskan secara detail dalam dokumen. Penelitian melibatkan 30 orang tua sebagai sampel, menggunakan teknik total sampling, dan 30 guru sebagai sampel, menggunakan teknik simple random sampling dari total populasi 37 guru. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif melalui penyajian dalam bentuk tabel dan narasi.
2. Pengambilan Sampel dan Analisis Data
Teknik pengambilan sampel untuk orang tua menggunakan metode total sampling, di mana seluruh populasi orang tua siswa di TK terpilih diikutsertakan dalam penelitian. Sedangkan untuk sampel guru, digunakan teknik simple random sampling, yang memberikan kesempatan yang sama bagi setiap guru untuk terpilih sebagai sampel. Hal ini dijelaskan karena tidak semua orang tua dapat dijangkau selama penelitian. Jumlah populasi orang tua adalah 30 orang, sementara populasi guru berjumlah 37 orang. Analisis data dilakukan secara deskriptif, menggunakan presentasi data dalam bentuk tabel dan narasi. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menggambarkan karakteristik sampel dan temuan penelitian dengan jelas dan sistematis.
3. Pengujian Kandungan Timbal Pb
Pengujian kandungan timbal (Pb) pada mainan edukatif dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan pada tanggal 22 Maret 2014. Mainan yang diuji merupakan mainan yang sama dengan mainan yang digunakan di TK-TK di Kecamatan Medan Denai. Metode pengujian yang digunakan adalah Spektofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan batas maksimum timbal (Pb) yang diizinkan berdasarkan SNI ISO 8124-3:2010, yaitu 90 ppm. Prosedur pengujian melibatkan peleburan mainan hingga menjadi abu, yang kemudian diuji menggunakan SSA untuk menentukan kadar timbal. Tidak terdapat detail lebih lanjut mengenai proses pengujian di dalam dokumen.
IV.Hasil Penelitian Kandungan Timbal Pb dan Tingkat Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya kandungan timbal (Pb) pada beberapa mainan edukatif balita, namun masih di bawah batas maksimum 90 ppm menurut SNI ISO 8124-3:2010. Jenis mainan yang diperiksa meliputi Maze, Puzzle Huruf Hewan, Lego Kereta Api, Balok Warna, dan lainnya. Mayoritas orang tua (70%) adalah ibu rumah tangga, sementara sisanya bekerja sebagai guru/dosen (20%) atau wiraswasta (10%). Seluruh responden (orang tua dan guru) menyatakan bahwa mainan edukatif yang baik adalah mainan yang aman dan sesuai usia, dan sebagian besar mainan edukatif yang mengandung timbal (Pb) berasal dari Cina.
1. Kandungan Timbal Pb pada Mainan Edukatif
Hasil pengujian di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan pada 22 Maret 2014 menunjukkan adanya kandungan timbal (Pb) pada beberapa mainan edukatif balita yang diuji. Mainan-mainan tersebut dibeli di berbagai tempat di Kota Medan dan jenisnya sama dengan mainan yang digunakan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Denai. Metode Spektofotometer Serapan Atom (SSA) digunakan untuk mengukur kadar timbal. Meskipun ditemukan kandungan timbal (Pb), kadarnya masih di bawah batas maksimum yang diizinkan oleh SNI ISO 8124-3:2010, yaitu 90 ppm. Jenis mainan yang mengandung timbal (Pb) diidentifikasi, antara lain Maze (Pencari Jejak), Puzzle Huruf Hewan, Lego Kereta Api, Balok Warna, Lilin Mainan (dough), Krayon Warna, Puzzle Ikan, Geometri, dan Stacking Duck. Kadar timbal (Pb) bervariasi antara 1,48 - 8,05 ppm.
2. Tingkat Pengetahuan Orang Tua dan Guru
Penelitian juga menyelidiki tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang bahaya timbal (Pb) pada mainan edukatif. Sebagian besar orang tua (70%) dalam sampel adalah ibu rumah tangga, sementara sisanya bekerja sebagai guru/dosen (20%) atau wiraswasta (10%). Fakta ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga memiliki lebih banyak waktu untuk mengawasi anak dan memilih mainan yang tepat. Semua responden (orang tua dan guru) sepakat dengan definisi mainan edukatif yang baik, yaitu mainan yang aman dan sesuai usia anak (Effiana, 2009). Mereka juga menyatakan bahwa sebagian besar mainan edukatif yang mengandung timbal (Pb) berasal dari Cina, hal ini sejalan dengan temuan YLKI (2012) yang menunjukkan banyak mainan bermasalah berasal dari negara tersebut. Tingkat pendidikan responden dinilai cukup baik, yang kemungkinan mempengaruhi pemahaman mereka terhadap informasi mengenai bahaya timbal (Pb).
V.Kesimpulan
Penelitian ini menemukan adanya kandungan timbal (Pb), meskipun masih di bawah batas aman, pada beberapa mainan edukatif balita di TK Kecamatan Medan Denai. Tingkat pengetahuan orang tua dan guru tentang bahaya timbal (Pb) perlu ditingkatkan untuk memastikan keamanan mainan anak dan kesehatan balita. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan edukasi bagi masyarakat dan referensi penelitian selanjutnya terkait keamanan mainan anak dan pencemaran logam berat pada produk konsumen.
1. Temuan Kandungan Timbal Pb
Penelitian ini menemukan adanya kandungan timbal (Pb) pada beberapa mainan edukatif balita yang diuji, meskipun kadarnya masih di bawah batas maksimum yang diperbolehkan menurut SNI ISO 8124-3:2010 (90 ppm). Kadar timbal (Pb) yang terdeteksi bervariasi, berkisar antara 1,48 hingga 8,05 ppm. Jenis mainan yang diuji meliputi Maze, Puzzle Huruf Hewan, Lego Kereta Api, Balok Warna, dan beberapa jenis mainan lainnya. Meskipun berada di bawah batas aman, temuan ini tetap menjadi perhatian karena paparan timbal (Pb), meskipun dalam jumlah kecil, dapat berdampak negatif terhadap kesehatan balita. Hasil ini menunjukkan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap kandungan bahan berbahaya pada mainan anak.
2. Kesadaran Orang Tua dan Guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua (70%) dalam sampel adalah ibu rumah tangga, yang secara teoritis memiliki lebih banyak waktu untuk mengawasi anak dan memilih mainan. Responden, baik orang tua maupun guru, memahami definisi mainan edukatif yang baik sesuai dengan teori Effiana (2009), yaitu mainan yang aman dan sesuai usia. Mereka juga menyadari bahwa banyak mainan edukatif yang mengandung timbal (Pb) berasal dari Cina, yang sejalan dengan temuan YLKI (2012). Meskipun tingkat pendidikan responden cukup baik, penelitian menyarankan perlunya peningkatan kesadaran dan edukasi yang lebih intensif kepada orang tua dan guru mengenai bahaya timbal (Pb) dalam mainan anak, serta pentingnya memilih mainan yang aman dan berkualitas untuk mendukung tumbuh kembang balita.
3. Rekomendasi dan Implikasi Penelitian
Kesimpulannya, penelitian ini mengungkapkan adanya kandungan timbal (Pb) pada beberapa mainan edukatif balita, meskipun masih dalam batas aman. Namun, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya orang tua dan guru, akan potensi bahaya timbal (Pb) dan pentingnya memilih mainan yang aman. Penelitian ini memberikan kontribusi penting sebagai bahan edukasi untuk masyarakat Kota Medan, khususnya Kecamatan Medan Denai, dan juga sebagai informasi berharga bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kandungan timbal (Pb) pada mainan edukatif balita dan upaya pencegahannya. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk merumuskan strategi dan kebijakan yang lebih efektif dalam melindungi kesehatan balita dari paparan timbal (Pb) melalui mainan.