Analisis Framing Pemberitaan Kasus Malinda Dee di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas

Analisis Framing Pemberitaan Kasus Malinda Dee di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas

Informasi dokumen

Penulis

Tri Wahyu Utami

Sekolah

Universitas Muhammadiyah Malang

Jurusan Jurnalistik dan Studi Media, Ilmu Komunikasi
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 777.91 KB
  • Pemberitaan
  • Analisis Framing
  • Kasus Malinda Dee

Ringkasan

I.Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kasus penggelapan dana nasabah Citibank oleh Malinda Dee yang mencapai Rp 17 miliar. Kasus ini menarik perhatian media massa di Indonesia, meskipun liputannya meredup seiring waktu. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kecenderungan pemberitaan kasus Malinda Dee di dua harian besar Indonesia, Jawa Pos dan Kompas, menggunakan analisis framing untuk mengungkap bagaimana kedua media tersebut membingkai (framing) peristiwa ini dan menilai potensi media bias.

1. Kasus Malinda Dee sebagai Titik Tolak Penelitian

Penelitian ini bermula dari kasus Malinda Dee, seorang personal banker Citibank yang menggelapkan dana nasabah hingga Rp 17 miliar. Kasus ini, yang sempat menjadi sorotan utama berbagai media massa di Indonesia, dipilih sebagai objek penelitian karena besarnya dampak dan jangkauan pemberitaannya. Meskipun awalnya mendapat liputan intensif, pemberitaan kasus ini kemudian meredup, yang memicu pertanyaan peneliti tentang kecenderungan dan framing dalam penyajian berita tersebut. Penelitian ini ingin memahami bagaimana media massa, khususnya Jawa Pos dan Kompas, membingkai kasus ini dan apakah terdapat kecenderungan tertentu dalam pemberitaannya. Penelitian ini relevan untuk memahami bagaimana konstruksi berita bisa mempengaruhi persepsi publik terhadap kejahatan perbankan di Indonesia.

2. Tujuan Penelitian Menganalisis Kecenderungan Pemberitaan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis kecenderungan dalam pemberitaan kasus Malinda Dee. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: Adakah kecenderungan tertentu dalam pemberitaan kasus Malinda Dee di media massa Indonesia? Untuk mencapai tujuan ini, peneliti memilih pendekatan kualitatif dengan analisis framing sebagai metode analisis teks. Analisis framing dipilih karena kemampuannya untuk mengungkap bagaimana realitas dikonstruksi dan disajikan oleh media. Dengan demikian, penelitian ini akan mengkaji bagaimana Jawa Pos dan Kompas, dua media besar di Indonesia dengan karakteristik berbeda, menyajikan peristiwa tersebut, dan bagaimana penyajian tersebut dapat mencerminkan sudut pandang dan prioritas masing-masing media. Hal ini akan membantu untuk mengungkap potensi bias dan kecenderungan dalam pemberitaan kasus kejahatan perbankan seperti ini.

3. Pemilihan Media dan Metode Analisis Framing

Penelitian ini memfokuskan pada dua media cetak terkemuka di Indonesia, yaitu Jawa Pos dan Kompas. Pemilihan ini didasarkan pada perbedaan karakteristik kedua media tersebut. Jawa Pos dikenal dengan gaya penulisan yang sering menggunakan kata kiasan dan liputan yang mencakup berbagai aspek, termasuk politik dan kriminal. Sementara itu, Kompas memiliki reputasi yang kuat dalam analisis dan gaya penulisan yang rapi dan seimbang. Perbedaan ini memberikan perspektif yang berharga untuk membandingkan bagaimana dua media dengan pendekatan jurnalistik yang berbeda membingkai kasus yang sama. Metode analisis framing yang digunakan mengacu pada model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis dilakukan secara mendalam melalui empat struktur berita: sintaksis (penyusunan fakta), skrip (narasi), tematik (tema), dan retorik (penekanan fakta). Data yang digunakan adalah pemberitaan kasus Malinda Dee di Jawa Pos dan Kompas pada periode 30 Maret – 8 April 2011.

II.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis framing sebagai metode utama. Model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki digunakan untuk menganalisis pemberitaan harian Jawa Pos dan Kompas edisi 30 Maret – 8 April 2011. Analisis difokuskan pada empat struktur berita: sintaksis (penyusunan fakta), skrip (narasi), tematik (tema), dan retorik (penekanan fakta). Penelitian ini juga didasarkan pada teori konstruksi sosial untuk memahami bagaimana media membangun (konstruksi) realitas.

1. Pendekatan Kualitatif dan Analisis Framing

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, sesuai dengan sifat data yang berupa kata-kata dan tujuan untuk mengangkat fakta dan fenomena sebagaimana adanya. Metode analisis utama yang digunakan adalah analisis framing, khususnya model yang dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis framing dipilih karena kemampuannya untuk mengungkap bagaimana media membentuk dan menyajikan realitas, dengan meneliti bagaimana suatu peristiwa dibingkai (framing) dan aspek mana yang diutamakan atau diabaikan. Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk menggali makna mendalam di balik penyajian berita dan mengidentifikasi kecenderungan yang mungkin tidak terlihat dengan metode kuantitatif. Penggunaan analisis framing memungkinkan pemahaman yang lebih rinci tentang bagaimana media membentuk persepsi publik.

2. Data dan Periode Penelitian

Data penelitian bersumber dari pemberitaan kasus Malinda Dee di dua surat kabar besar Indonesia, Jawa Pos dan Kompas. Pemberitaan yang dianalisis diambil dari edisi 30 Maret hingga 8 April 2011. Periode ini dipilih karena pada saat itu kasus Malinda Dee mendapatkan liputan yang cukup luas dari kedua media tersebut, memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengamati perbedaan dalam penyajian berita selama periode tersebut. Pemilihan periode ini juga didasarkan pada pertimbangan bahwa kasus tersebut mendapatkan sorotan utama beberapa hari, kemudian meredup, sehingga periode tersebut dianggap mewakili perubahan dinamika pemberitaan. Analisis data dilakukan dengan memeriksa secara rinci empat struktur berita: sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), skrip (cara wartawan mengisahkan fakta), tematik (cara wartawan menulis fakta), dan retorik (cara wartawan menekankan fakta).

III.Hasil Penelitian Perbandingan Framing Jawa Pos dan Kompas

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan framing antara Jawa Pos dan Kompas dalam memberitakan kasus Malinda Dee. Jawa Pos cenderung mengulang fakta awal dan menekankan pendapat sumber berulang kali, dengan fokus pada unsur who dan how. Kompas lebih menekankan pada unsur how dan menyajikan berita secara lebih informatif dan seimbang antara Malinda dan proses penanganan kasus. Jawa Pos juga seringkali menggunakan kata-kata dan metafora yang berlebihan, berbeda dengan Kompas yang lebih ringkas dan lugas. Penelitian ini juga meneliti bagaimana kedua media tersebut membangun narasi seputar penipuan perbankan dan pembobolan bank, serta mengidentifikasi potensi media bias dalam penyajian berita.

1. Perbedaan Framing Jawa Pos dan Kompas

Penelitian ini menemukan perbedaan signifikan dalam cara Jawa Pos dan Kompas membingkai (framing) kasus Malinda Dee. Jawa Pos cenderung mengulang fakta yang telah disampaikan di awal berita pada paragraf selanjutnya, dan lebih menonjolkan pendapat sumber berita secara berulang. Kompas, di sisi lain, menekankan bahwa kasus penggelapan dan pembobolan tersebut merupakan indikasi buruknya kinerja Bank Indonesia sebagai pengawas bank umum. Dalam unsur skrip, Jawa Pos lebih menekankan pada unsur 'who' dan 'how', sedangkan Kompas lebih fokus pada 'how'. Tema yang diangkat Kompas lebih informatif dan seimbang, antara Malinda dan proses penanganan kasus. Jawa Pos cenderung lebih berfokus pada alur dan penggunaan uang hasil kejahatan. Terdapat pula perbedaan gaya bahasa, di mana Jawa Pos sering menggunakan pemilihan kata dan metafora yang berlebihan, berbeda dengan Kompas yang lebih ringkas dan lugas dalam pemilihan katanya.

2. Analisis Unsur Unsur Framing

Analisis lebih lanjut terhadap unsur-unsur framing menunjukkan perbedaan yang mencolok. Jawa Pos, dengan gaya bahasa yang cenderung dramatis dan bertele-tele, menguatkan kesan sensasionalisme dalam pemberitaannya. Sebaliknya, Kompas menampilkan gaya yang lebih objektif dan analitis, memberikan ruang yang cukup untuk memahami konteks kasus dari berbagai sudut pandang. Perbedaan ini mengindikasikan adanya pendekatan jurnalistik yang berbeda antara kedua media. Jawa Pos terlihat lebih fokus pada aspek manusia dan drama kasus, sedangkan Kompas cenderung menekankan pada aspek sistemik dan kelemahan pengawasan. Hal ini menunjukkan bagaimana pilihan framing dapat mempengaruhi interpretasi dan pemahaman pembaca terhadap kasus tersebut.

3. Implikasi Perbedaan Framing

Perbedaan framing antara Jawa Pos dan Kompas dalam memberitakan kasus Malinda Dee berimplikasi pada bagaimana publik memahami kasus tersebut. Gaya Jawa Pos yang dramatis dapat memperkuat persepsi publik tentang kejahatan perbankan sebagai aksi individu yang jahat. Sementara itu, gaya Kompas yang analitis dan seimbang dapat membantu publik untuk melihat kasus ini dalam konteks yang lebih luas, memperhatikan peran dan tanggung jawab berbagai pihak yang terlibat, termasuk pengawasan perbankan. Penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya memahami bagaimana media membingkai (framing) suatu peristiwa, karena hal tersebut secara signifikan dapat mempengaruhi persepsi dan opini publik. Pemahaman akan perbedaan framing ini krusial untuk literasi media dan kemampuan publik untuk mengkritisi penyajian informasi dari berbagai sumber.

IV.Kesimpulan

Penelitian ini berhasil mengidentifikasi kecenderungan pemberitaan yang berbeda antara Jawa Pos dan Kompas dalam kasus Malinda Dee. Analisis framing mengungkapkan bagaimana pilihan penyajian berita mempengaruhi persepsi publik. Penelitian lebih lanjut dapat menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan framing tersebut, serta dampaknya terhadap opini publik mengenai kasus-kasus penipuan perbankan di Indonesia. Kata kunci: Analisis Framing, Kecenderungan Pemberitaan, Kasus Malinda Dee, Jawa Pos, Kompas, Penipuan Perbankan, Pembobolan Bank, Media Bias.

1. Perbedaan Framing Jawa Pos dan Kompas dalam Memberitakan Kasus Malinda Dee

Kesimpulan utama penelitian ini adalah adanya perbedaan signifikan dalam cara Jawa Pos dan Kompas membingkai kasus Malinda Dee. Jawa Pos cenderung mengulang informasi utama dan menonjolkan opini sumber secara repetitif, sementara Kompas lebih menekankan pada kelemahan pengawasan Bank Indonesia. Jawa Pos lebih fokus pada unsur 'who' dan 'how' dalam narasi, sedangkan Kompas lebih pada 'how'. Kompas menyajikan berita secara lebih informatif dan seimbang, sementara Jawa Pos lebih menekankan alur penggunaan uang hasil kejahatan. Perbedaan gaya bahasa juga terlihat, dengan Jawa Pos yang cenderung berlebihan dalam penggunaan kata dan metafora, dan Kompas yang lebih lugas dan ringkas. Temuan ini menunjukkan bagaimana perbedaan pendekatan jurnalistik dapat menghasilkan framing yang berbeda, yang selanjutnya berdampak pada persepsi publik.

2. Implikasi dan Saran Penelitian Lebih Lanjut

Perbedaan framing ini memiliki implikasi penting dalam studi komunikasi dan jurnalistik. Penelitian ini menyoroti bagaimana pilihan penyajian berita mempengaruhi interpretasi pembaca. Temuan ini menekankan pentingnya analisis framing untuk memahami konstruksi realitas oleh media dan potensi bias dalam pemberitaan. Penelitian selanjutnya dapat menyelidiki lebih lanjut faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan framing tersebut, seperti ideologi media, kebijakan redaksional, dan latar belakang wartawan. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga dapat mengeksplorasi dampak perbedaan framing terhadap opini publik dan perilaku pembaca terkait kasus-kasus penipuan perbankan di Indonesia. Kesimpulannya, penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana media berperan dalam membentuk persepsi publik.