Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur

Informasi dokumen

Penulis

Grace D C Purba

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Akuntansi
Tempat Medan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.78 MB
  • struktur modal
  • perusahaan manufaktur
  • Bursa Efek Indonesia

Ringkasan

I.Latar Belakang Penelitian Analisis Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fokus utama adalah menguji pengaruh struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas terhadap Debt to Equity Ratio (DER) sebagai proksi struktur modal. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diunduh dari situs BEI, periode 2010-2012. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda untuk menguji hipotesis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (DER).

1. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan perumusan masalah yang berfokus pada identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah variabel-variabel tersebut secara signifikan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas secara bersama-sama dan parsial berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi, Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara. Sebagai tugas akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemahaman mengenai faktor-faktor penentu struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia, khususnya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan bersifat kuantitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi BEI. Periode pengamatan yang digunakan adalah tahun 2010 hingga 2012. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Regresi linier berganda dipilih karena memungkinkan untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen (struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas) terhadap satu variabel dependen yaitu struktur modal yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil pengujian hipotesis, baik secara simultan maupun parsial, akan digunakan untuk menarik kesimpulan mengenai pengaruh masing-masing variabel terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang diteliti. Data yang tidak terdistribusi normal akan ditransformasi untuk memenuhi asumsi klasik regresi.

3. Hasil Pengujian Hipotesis dan Temuan Awal

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Namun, hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa hanya likuiditas yang memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Artinya, peningkatan likuiditas cenderung dikaitkan dengan penurunan Debt to Equity Ratio (DER). Sebaliknya, struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan likuiditas tinggi cenderung menggunakan lebih sedikit utang dalam struktur modalnya. Penelitian ini juga mencatat fluktuasi nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan manufaktur selama periode 2010-2012, dengan beberapa perusahaan memiliki DER kurang dari satu dan lainnya lebih besar dari satu. Perusahaan dengan DER lebih besar dari satu mengindikasikan penggunaan utang yang lebih besar daripada modal sendiri.

II.Tinjauan Pustaka Teori dan Konsep Struktur Modal

Bagian ini membahas berbagai teori struktur modal, termasuk teori pecking order dan teori trade-off. Teori pecking order menekankan preferensi perusahaan dalam menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu, diikuti oleh utang, dan terakhir ekuitas. Teori trade-off mengkaji keseimbangan antara manfaat dan biaya penggunaan utang. Diskusi juga mencakup definisi struktur modal, pengukurannya melalui Debt to Equity Ratio (DER), dan pentingnya struktur modal bagi kesehatan keuangan perusahaan. Penelitian sebelumnya yang relevan, seperti penelitian Situmorang (2010), Marpaung (2013), dan penelitian lainnya, juga dibahas untuk memberikan konteks.

1. Definisi dan Pengukuran Struktur Modal

Bagian ini mendefinisikan struktur modal sebagai perbandingan atau keseimbangan pendanaan jangka panjang perusahaan, yang ditunjukkan oleh rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Martono dan Harjito, 2001). Struktur modal dibedakan dari struktur keuangan, di mana struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan yang mencakup seluruh pos di sisi pasif neraca. Pengukuran struktur modal dalam penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) (Sadalia, 2010), yang menunjukkan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Nilai DER yang tinggi mengindikasikan risiko yang lebih besar bagi perusahaan, karena proporsi modal sendiri yang rendah dalam membiayai aset. Hal ini juga dapat meningkatkan biaya modal dan membatasi akses perusahaan pada pendanaan eksternal. Oleh karena itu, penentuan struktur modal yang optimal menjadi penting bagi perusahaan untuk meminimalkan biaya modal dan memaksimalkan nilai perusahaan (Warsono, 2003).

2. Teori Teori yang Mendasari Struktur Modal

Tinjauan pustaka ini membahas beberapa teori yang relevan dalam menjelaskan struktur modal, yaitu teori pecking order dan teori trade-off. Teori pecking order (Myers dan Majluf, 1984; Marpaung, 2013) didasarkan pada asumsi asimetri informasi, di mana manajemen memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek perusahaan dibandingkan investor eksternal. Teori ini memprediksi bahwa perusahaan akan lebih memilih pendanaan internal, kemudian utang, dan terakhir ekuitas. Perusahaan dengan prospek menguntungkan akan cenderung menghindari penerbitan saham baru dan lebih memilih utang. Sebaliknya, perusahaan dengan prospek kurang menguntungkan cenderung menerbitkan saham. Teori trade-off menekankan keseimbangan antara manfaat dan biaya penggunaan utang. Teori Modigliani dan Miller (MM) (Brigham dan Houston, 2001) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya, dibahas pula, namun dengan catatan bahwa teori ini didasarkan pada asumsi-asumsi yang tidak realistis, terutama mengenai biaya kebangkrutan. Dalam praktiknya, perusahaan jarang menggunakan 100% utang karena biaya kebangkrutan yang mungkin terjadi.

3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Bab ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, seperti profitabilitas, struktur aset, likuiditas, dan pertumbuhan penjualan. Profitabilitas, diukur dengan membandingkan laba bersih dengan modal sendiri, menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Tingkat profitabilitas yang tinggi mengindikasikan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban dan menarik investor. Struktur aset, diukur dengan perbandingan aset tetap terhadap total aset, mencerminkan proporsi aset tetap yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan aset tetap besar cenderung lebih banyak menggunakan modal sendiri. Likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek, diukur menggunakan current ratio. Perusahaan dengan likuiditas tinggi cenderung tidak bergantung pada utang. Pertumbuhan penjualan merepresentasikan penerimaan pasar terhadap produk perusahaan, dan perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang. Setiap faktor tersebut memiliki implikasi berbeda terhadap struktur modal, baik sesuai teori pecking order maupun teori trade-off, dan dihubungkan dengan penelitian sebelumnya.

III.Metodologi Penelitian Pengujian Pengaruh Faktor Faktor terhadap Struktur Modal

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan pengujian hipotesis. Sampel penelitian terdiri dari 28 perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2012. Variabel dependen adalah struktur modal (diukur dengan DER), sementara variabel independen meliputi struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda, dengan pengujian asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas) terlebih dahulu. Data dikumpulkan melalui teknik dokumentasi dengan mengunduh laporan keuangan dari situs BEI.

1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pengujian hipotesis. Tujuannya adalah untuk menguji pengaruh struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012, baik secara simultan maupun parsial. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari empat variabel independen (struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas) terhadap satu variabel dependen, yaitu struktur modal yang diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER).

2. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2012. Namun, karena keterbatasan waktu dan sumber daya, penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk memilih sampel. Kriteria sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria tertentu (deskripsi kriteria tidak lengkap dalam dokumen yang tersedia). Berdasarkan kriteria tersebut, terpilih 28 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebagai sampel penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs web Bursa Efek Indonesia, sehingga teknik pengumpulan data adalah dokumentasi. Dengan demikian, semua data yang digunakan telah dipublikasikan oleh perusahaan melalui laporan keuangan mereka.

3. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah struktur modal, yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Variabel independen terdiri dari struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas. Definisi operasional masing-masing variabel dan cara pengukurannya dijelaskan, meskipun detail rumus dan sumber acuan untuk masing-masing variabel tidak sepenuhnya tersedia dalam cuplikan dokumen ini. Sebagai contoh, disebutkan bahwa profitabilitas diukur dengan membandingkan laba bersih dengan modal sendiri, dan likuiditas diukur menggunakan current ratio. Struktur aset diukur dengan membandingkan aset tetap dengan total aset. Meskipun demikian, detail mengenai bagaimana pertumbuhan penjualan diukur tidak tersedia dalam cuplikan dokumen ini. Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel dependen dan menggunakan struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas sebagai variabel independen.

4. Teknik Analisis Data dan Pengujian Asumsi Klasik

Analisis data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 20. Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan regresi linier berganda, dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas (menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan analisis grafik histogram dan probability plot), uji heteroskedastisitas (menggunakan grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED), uji autokorelasi (menggunakan uji Durbin-Watson), dan uji multikolinearitas (dengan melihat nilai tolerance dan VIF). Jika asumsi klasik tidak terpenuhi, maka perlu dilakukan transformasi data untuk memenuhi asumsi tersebut sebelum melanjutkan ke pengujian hipotesis. Penggunaan uji Kolmogorov-Smirnov dan pengujian lain tersebut menunjukkan komitmen peneliti terhadap kaidah metodologi statistik yang tepat dalam menganalisis data.

IV.Hasil Penelitian Pengaruh Likuiditas dan Faktor Lainnya terhadap Struktur Modal

Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa secara simultan, variabel independen mampu menjelaskan 32,7% variasi struktur modal. Namun, hasil uji parsial menunjukkan hanya likuiditas yang memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal. Variabel lain seperti struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan. Nilai rata-rata DER perusahaan manufaktur dalam sampel bervariasi, dengan beberapa perusahaan memiliki DER di bawah 1 dan lainnya di atas 1. Beberapa contoh perusahaan yang disebutkan dalam penelitian ini adalah Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Holcim Indonesia Tbk, Semen Gresik Tbk, Alaska Industrindo Tbk, dan Krakatau Steel Tbk.

1. Hasil Uji Regresi Berganda

Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa secara simultan, variabel independen (struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas) berpengaruh terhadap struktur modal. Nilai R-Square sebesar 0,327 mengindikasikan bahwa variabel-variabel tersebut mampu menjelaskan 32,7% variasi struktur modal. Sisanya (67,3%) dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Nilai Adjusted R-Square sebesar 0,278 menunjukkan hal yang serupa, dengan variabel independen menjelaskan 27,8% variasi struktur modal. Ini menunjukkan bahwa masih terdapat faktor lain yang signifikan mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur yang belum dipertimbangkan dalam model regresi ini. Hasil ini perlu diinterpretasikan dengan hati-hati karena persentase yang dijelaskan oleh variabel independen relatif kecil. Data yang digunakan dalam model regresi telah ditransformasi sebelumnya untuk memenuhi asumsi normalitas. Pengujian asumsi klasik lainnya juga telah dilakukan untuk memastikan keabsahan model.

2. Hasil Uji Parsial t test dan Interpretasi

Pengujian parsial (t-test) dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap struktur modal. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya likuiditas yang memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal (nilai signifikansi < 0,05). Koefisien regresi likuiditas sebesar -0,547 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% likuiditas akan menurunkan struktur modal sebesar 0,547%, dengan asumsi variabel lain konstan. Sebaliknya, struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal (nilai signifikansi > 0,05). Koefisien regresi untuk struktur aset adalah -0,139, untuk profitabilitas -0,120. Hasil ini sebagian sejalan dan sebagian tidak sejalan dengan penelitian terdahulu seperti Situmorang (2010) dan Marpaung (2013), serta Hafitz (2011), yang menunjukkan perbedaan temuan terkait pengaruh signifikansi variabel-variabel tersebut.

3. Analisis Deskriptif Debt to Equity Ratio DER

Analisis deskriptif menunjukkan fluktuasi nilai rata-rata DER pada sampel perusahaan manufaktur selama periode 2010-2012. Dari 28 sampel, 16 perusahaan memiliki rata-rata DER kurang dari satu, sementara 12 perusahaan memiliki rata-rata DER lebih besar dari satu. Perusahaan dengan DER > 1 menunjukkan bahwa utang yang digunakan lebih besar dari modal sendiri, yang berpotensi meningkatkan biaya modal dan risiko keuangan. Beberapa contoh perusahaan dengan DER < 1 antara lain Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Holcim Indonesia Tbk, Semen Gresik Tbk, dan Asahimas Flat Glass Tbk. Sebaliknya, contoh perusahaan dengan DER > 1 meliputi Alaska Industrindo Tbk, Citra Turbindo Tbk, Indal Aluminium Industry Tbk, dan Krakatau Steel Tbk. Perbedaan ini menunjukkan adanya variasi strategi pendanaan di antara perusahaan manufaktur di Indonesia.

V.Kesimpulan dan Saran Implikasi Analisis Struktur Modal

Kesimpulannya, penelitian ini menemukan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal perusahaan manufaktur di BEI periode 2010-2012. Variabel lain yang diteliti tidak menunjukkan pengaruh signifikan. Penelitian ini menyarankan penelitian selanjutnya untuk memperluas cakupan variabel yang diteliti dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi struktur modal, serta mempertimbangkan periode penelitian yang lebih panjang untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

1. Kesimpulan Utama Penelitian

Penelitian ini menganalisis pengaruh struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, keempat variabel independen tersebut berpengaruh terhadap struktur modal, meskipun hanya mampu menjelaskan 32,7% dari total variasi struktur modal. Uji parsial (t-test) menunjukkan bahwa hanya likuiditas yang memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal, sedangkan tiga variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan. Temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan likuiditas yang tinggi cenderung memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang lebih rendah, yang berarti proporsi utang dalam struktur modalnya lebih kecil. Hasil ini memiliki implikasi bagi manajer keuangan dalam pengambilan keputusan terkait struktur modal perusahaan.

2. Implikasi dan Batasan Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia. Temuan bahwa likuiditas memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal memiliki implikasi penting bagi manajemen dalam mengelola likuiditas dan menentukan strategi pendanaan. Namun, penelitian ini juga memiliki beberapa batasan. Pertama, kemampuan model regresi dalam menjelaskan variasi struktur modal relatif rendah (sekitar 30%), yang menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh yang belum dipertimbangkan dalam penelitian ini. Kedua, periode penelitian yang terbatas (2010-2012) dapat membatasi generalisasi hasil penelitian. Ketiga, sampel penelitian yang digunakan hanya mencakup 28 perusahaan manufaktur, sehingga generalisasi hasil penelitian perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.

3. Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menambahkan variabel independen lain yang potensial mempengaruhi struktur modal, seperti ukuran perusahaan, leverage, risiko bisnis, dan faktor-faktor makroekonomi. Periode penelitian juga dapat diperluas untuk meningkatkan generalisasi hasil. Penelitian dengan metode kualitatif juga dapat dilakukan untuk menggali lebih dalam faktor-faktor non-kuantitatif yang mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan. Penggunaan metode analisis yang lebih canggih juga dapat dipertimbangkan untuk memodelkan hubungan yang lebih kompleks antara variabel-variabel yang diteliti. Penelitian lebih lanjut yang menggunakan data panel dan mempertimbangkan variabel-variabel lain seperti risiko, kebijakan perusahaan, dan kondisi ekonomi makro, akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia.