
Upaya Peningkatan Kerjasama Perdagangan Non Migas antara Indonesia dan India
Informasi dokumen
Penulis | Sl.m. Agung Bintari Astuti Utami |
Sekolah | Universitas Tidak Disebutkan |
Jurusan | Ilmu Hubungan Internasional |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tahun terbit | Tidak Disebutkan |
Tempat | Tidak Disebutkan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 396.88 KB |
- Kerjasama Perdagangan
- Indonesia
- India
Ringkasan
I.Latar Belakang Hubungan Perdagangan Indonesia India
Skripsi ini meneliti peningkatan kerjasama perdagangan Indonesia dan India di bidang non-migas. Hubungan bilateral kedua negara telah berlangsung lama, sejak masa kerajaan Hindu-Buddha. Persamaan sejarah, sistem demokrasi, dan visi bersama dalam memperjuangkan negara berkembang menjadi dasar kuat untuk peningkatan kerjasama bilateral. Liberalisasi perdagangan, meliputi kerjasama bilateral, regional, dan multilateral, didorong oleh keuntungan pertukaran antar negara, peningkatan produksi, dan pilihan konsumsi yang lebih beragam. Kunjungan kenegaraan beberapa presiden Indonesia dan perdana menteri India, seperti kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2005, 2011), Presiden Megawati Soekarnoputri (2002), dan Perdana Menteri Manmohan Singh (2013) menandai pentingnya hubungan ini dan upaya untuk meningkatkan ekspor-impor serta investasi di sektor-sektor strategis. India melihat peluang besar di pasar Indonesia yang memiliki populasi besar dan kelas menengah yang berkembang, terutama di sektor infrastruktur, otomotif, farmasi, dan energi. Sementara Indonesia berfokus pada sektor pertanian, pertambangan, dan kehutanan, namun perlu membenahi beberapa sektor perdagangan seperti elektronik, kesehatan, dan pariwisata untuk bersaing di pasar India. Penelitian sebelumnya oleh Haryo Prasodjo (2013) mengenai ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan Naota A. Parongko (2012) tentang dampak AIFTA terhadap industri kelapa sawit Indonesia (khususnya CPO) juga memberikan konteks penting pada penelitian ini.
1. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia India
Skripsi ini mencatat hubungan kerjasama antara Indonesia dan India telah berlangsung sejak lama, bahkan sebelum kemerdekaan kedua negara. Kerjasama yang terjalin meliputi berbagai aspek, termasuk pertukaran ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi, dan politik. Dasar hubungan bilateral yang kuat telah terbangun karena adanya persamaan sejarah dan nilai-nilai sosial budaya, khususnya kemajemukan suku bangsa. Kedua negara juga memiliki kesamaan visi dalam memperjuangkan kepentingan negara berkembang di forum internasional seperti Gerakan Non-Blok, G-77, G-15, dan kerjasama Selatan-Selatan. Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 menjadi bukti kerjasama awal yang signifikan antara kedua negara. Hubungan diplomatik secara resmi dibuka pada 3 Maret 1951 dan semakin berkembang pesat setelah Indonesia menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Kunjungan kenegaraan, seperti kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid ke India pada tahun 2000 dan kunjungan balasan Perdana Menteri Atal Behari Vajpayee ke Indonesia pada tahun 2001, menandai babak baru dalam memperkuat kerjasama politik, ekonomi, dan kebudayaan.
2. Perkembangan Kerjasama Ekonomi dan Kunjungan Kenegaraan
Hubungan bilateral Indonesia-India ditandai dengan peningkatan kerjasama ekonomi yang signifikan, terlihat dari beberapa kunjungan kenegaraan. Kunjungan Presiden Megawati Soekarnoputri ke India pada tahun 2002 bertujuan untuk meningkatkan kerjasama politik dan ekonomi, khususnya perdagangan dan investasi. Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke India pada November 2005 membahas kesepakatan bersama dalam New Strategic Partnership. Kunjungan kenegaraan Presiden Republik India, Pratibha Devisingh Patil, ke Indonesia pada November-Desember 2008 juga bertujuan untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, perdagangan, investasi, dan pariwisata, ditandai dengan penandatanganan beberapa Memorandum of Understanding (MoU). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengunjungi India pada Januari 2011 sebagai tamu utama dalam perayaan Hari Republik India, yang mengulang sejarah kunjungan Presiden Soekarno pada tahun 1950, menunjukkan hubungan erat kedua negara sejak masa perjuangan kemerdekaan.
3. Potensi Investasi dan Perdagangan Bilateral
India melihat Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan dengan pertumbuhan populasi dan kelas menengah yang meningkat. India berfokus pada sektor-sektor andalannya di Indonesia seperti infrastruktur, otomotif, farmasi, dan energi. Di sisi lain, Indonesia melihat peluang di pasar India melalui ekspor komoditas unggulan seperti pertanian, pertambangan, dan perhutanan. Namun, Indonesia juga menyadari perlunya pembenahan di 12 sektor perdagangan untuk meningkatkan daya saing, termasuk elektronik, kesehatan (healthcare), produk berbasis pertanian (agro-based products), produk berbasis karet (rubber based products), produk berbasis kayu (wood based products), otomotif, tekstil dan pakaian (textiles and apparels), perikanan (fisheries), perjalanan udara (air travel), pariwisata (tourism), dan logistik. Kunjungan Perdana Menteri Manmohan Singh ke Indonesia pada tahun 2013 dan kunjungan balasan menteri Indonesia ke India menunjukkan penguatan hubungan bilateral dan komitmen untuk meningkatkan kerjasama perdagangan.
4. Liberalisasi Perdagangan dan Kerangka Teoritis
Liberalisasi perdagangan dibagi menjadi tiga bentuk: bilateral, regional, dan multilateral. Tiga faktor utama pendorong perdagangan internasional dan kerjasama perdagangan bebas adalah keuntungan pertukaran antar negara, peningkatan insentif produksi bagi produsen karena pasar yang lebih luas, dan peningkatan pilihan bagi konsumen domestik melalui barang impor yang lebih kompetitif. Penelitian ini juga mengkaji teori keunggulan komparatif, yang menjelaskan bagaimana negara dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan internasional meskipun memiliki kekurangan absolut dalam produksi. Teori ini relevan karena Indonesia dan India memiliki keunggulan komparatif di sektor yang berbeda, sehingga kerjasama bilateral dapat saling menguntungkan. Indonesia unggul di sektor pertanian dan pertambangan, sementara India di sektor otomotif. Penelitian-penelitian sebelumnya, seperti karya Haryo Prasodjo (2013) tentang liberalisasi ekonomi dan kebijakan Look East India serta studi Siti Rabi (2011) mengenai peluang dan tantangan ekonomi politik Indonesia dan India di kawasan Samudra Hindia, memberikan kerangka teoritis yang berguna bagi penelitian ini.
II.Faktor Pendorong dan Hambatan Kerjasama
Skripsi ini menganalisis faktor pendorong kerjasama ekonomi antara Indonesia dan India, termasuk keunggulan komparatif masing-masing negara. Indonesia unggul di sektor pertanian dan pertambangan (misalnya, kelapa sawit dan batu bara), sedangkan India kuat di sektor otomotif. Kesepakatan bersama dalam New Strategic Partnership antara kedua negara menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kerjasama. Namun, penelitian ini juga akan mengidentifikasi hambatan yang dihadapi dalam mencapai peningkatan kerjasama perdagangan bilateral. Beberapa tantangan mungkin termasuk hambatan regulasi, persaingan dari negara lain (seperti Cina), dan isu-isu di kawasan Samudra Hindia seperti pembajakan dan terorisme.
1. Faktor Pendorong Kerjasama Ekonomi Indonesia India
Sejumlah faktor mendorong peningkatan kerjasama ekonomi antara Indonesia dan India. Keunggulan komparatif menjadi pendorong utama, di mana Indonesia memiliki keunggulan di sektor pertanian dan pertambangan (misalnya kelapa sawit dan batubara), sedangkan India unggul di sektor otomotif. Kerjasama ini menciptakan saling menguntungkan. Kunjungan-kunjungan kenegaraan antara kedua negara, seperti kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2005, 2011) dan kesepakatan New Strategic Partnership, menunjukkan komitmen untuk memperkuat hubungan ekonomi. India melihat potensi besar di pasar Indonesia yang memiliki populasi besar dan kelas menengah yang berkembang. India berencana fokus pada investasi di sektor infrastruktur, otomotif, farmasi, dan energi di Indonesia. Sementara itu, Indonesia melihat pasar India yang menguntungkan untuk ekspor hasil bumi dari sektor pertanian, pertambangan, dan perhutanan. Liberalisasi perdagangan, yang meliputi kerjasama bilateral, regional, dan multilateral, juga menjadi faktor pendorong. Keuntungan dari pertukaran antar negara, peningkatan produksi, dan pilihan konsumsi yang lebih beragam mendorong terciptanya harga barang yang lebih kompetitif dan meningkatkan surplus konsumen.
2. Hambatan dan Tantangan Kerjasama Bilateral
Meskipun terdapat potensi besar, kerjasama ekonomi Indonesia-India juga menghadapi beberapa hambatan dan tantangan. Persaingan dari negara lain, terutama Cina yang mendominasi perdagangan di ASEAN dengan produk-produknya yang murah, menjadi tantangan bagi Indonesia. Indonesia perlu melakukan peninjauan dan strategi untuk mengatasi hal ini. Selain itu, penelitian sebelumnya, seperti karya Haryo Prasodjo (2013) tentang ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan Naota A. Parongko (2012) tentang dampak AIFTA pada industri kelapa sawit Indonesia, menunjukkan bahwa liberalisasi ekonomi memiliki dampak positif dan negatif. Terkait dengan sektor kelapa sawit, meskipun ekspor CPO ke India meningkat, pemerintah Indonesia perlu menerapkan strategi kebijakan seperti penyesuaian bea keluar untuk melindungi industri dalam negeri. Tantangan lain yang dihadapi kedua negara dalam mencapai kepentingan nasional di kawasan Samudra Hindia, meliputi kejahatan transnasional, pembajakan, dan aksi terorisme. Oleh karena itu, mengatasi hambatan-hambatan ini menjadi krusial agar kerjasama ekonomi Indonesia-India dapat berjalan optimal dan mencapai potensi penuhnya.
III.Metode Penelitian dan Ruang Lingkup
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi pustaka (library research). Data dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk buku, jurnal, artikel, dan internet. Penelitian difokuskan pada upaya peningkatan kerjasama perdagangan non-migas Indonesia-India, menganalisis faktor pendorong dan hambatan, serta mengkaji kepentingan nasional kedua negara dalam konteks hubungan bilateral.
1. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk menggambarkan upaya Indonesia dan India dalam meningkatkan kerjasama di bidang non-migas. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka (library research), di mana data dan informasi dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk buku, majalah, artikel, jurnal, catatan, e-book, internet, skripsi, dan tesis. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif, yang berfokus pada makna dan hubungan antar variabel yang membentuk permasalahan yang dibahas. Data-data tersebut kemudian diolah dan diidentifikasi untuk mendukung uraian dan analisis dalam menjawab rumusan masalah. Jenis data yang digunakan berorientasi pada makna dan hubungan antar variabel, bukan hanya pada angka dan data statistik semata. Proses pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur yang relevan dan memiliki korelasi positif dengan permasalahan penelitian.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan kerjasama perdagangan non-migas antara Indonesia dan India. Penelitian ini membatasi pembahasan pada aspek-aspek yang terkait langsung dengan upaya peningkatan kerjasama tersebut, sehingga pembahasan menjadi terfokus dan menghindari kerancuan. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor pendorong dan hambatan kerjasama bilateral, serta mengkaji kepentingan nasional kedua negara dalam konteks hubungan bilateral. Kerjasama bilateral antara Indonesia dan India dalam konteks ini dilihat sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masing-masing negara. Upaya menjaga dan meningkatkan kerjasama tersebut telah dilakukan melalui kunjungan-kunjungan kepala negara untuk membahas kerjasama di bidang politik, ekonomi, pembangunan, keamanan, dan kebudayaan. Penelitian ini menggunakan landasan teori yang relevan, seperti teori keunggulan komparatif, untuk menganalisis dinamika kerjasama ekonomi bilateral Indonesia-India. Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian ilmu hubungan internasional, khususnya dalam konteks regionalisasi dan kerjasama ekonomi internasional.