Strategi Petani Miskin dalam Mempertahankan Usaha Tani di Desa Silima Kuta

Strategi Petani Miskin dalam Mempertahankan Usaha Tani di Desa Silima Kuta

Informasi dokumen

Penulis

Heppy Berutu

school/university Universitas Sumatera Utara
subject/major Sosiologi
Jenis dokumen Skripsi
city_where_document_was_published Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 4.43 MB
  • strategi petani
  • usaha tani
  • penelitian sosial

Ringkasan

I.Abstrak Strategi Petani Miskin dalam Mempertahankan Usaha Tani di Desa Silima Kuta

Skripsi ini meneliti strategi yang digunakan petani miskin di Desa Silima Kuta, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara, untuk mempertahankan usaha tani mereka di tengah kendala ekonomi dan sosial. Penelitian ini mengungkap bagaimana petani miskin di Pakpak Bharat mengelola keterbatasan modal, teknologi pertanian, dan akses lahan, serta bagaimana modal sosial dan jaringan pengaman berperan dalam ketahanan ekonomi mereka. Penelitian ini menemukan berbagai strategi, baik aktif (memaksimalkan kemampuan keluarga) maupun pasif (menekan pengeluaran, mencari pinjaman), dan peran penting kelompok tani serta bantuan pemerintah dalam keberlangsungan usaha tani.

1. Gambaran Umum Kondisi Petani Miskin di Desa Silima Kuta

Abstrak ini memulai dengan menggambarkan kondisi umum petani miskin di Desa Silima Kuta, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara. Mereka menghadapi berbagai masalah dan keterbatasan dalam menjalankan usaha tani mereka. Kegagalan usaha berdampak langsung pada ekonomi mereka, karena usaha tani merupakan sumber penghidupan utama. Petani miskin di desa ini sangat bergantung pada usaha tani untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun pendapatan yang diperoleh tidak besar. Mereka membutuhkan strategi khusus untuk mempertahankan usaha tani agar tetap bertahan di tengah keterbatasan yang ada. Kondisi geografis Desa Silima Kuta yang sebagian besar merupakan lahan pertanian juga dijelaskan, dengan angka produksi pertanian yang cukup baik dibandingkan desa lain di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu. Namun, kendala seperti faktor lingkungan (hewan liar), cuaca yang tidak menentu, luas lahan yang terbatas, teknologi pertanian yang minim, dan keterbatasan modal menjadi penghambat utama keberhasilan usaha tani mereka. Rata-rata pendapatan petani miskin sekitar Rp 500.000 per bulan, sementara pengeluaran untuk usaha tani mencapai Rp 1.000.000 per bulan, menunjukkan jurang pemisah yang signifikan antara pendapatan dan pengeluaran.

2. Strategi Aktif dan Pasif Petani Miskin dalam Mempertahankan Usaha Tani

Bagian ini menjelaskan strategi yang dijalankan petani miskin dalam mempertahankan usaha taninya. Terdapat strategi aktif, di mana mereka memaksimalkan kemampuan setiap anggota keluarga untuk berkontribusi dalam usaha tani. Strategi pasif meliputi upaya menekan pengeluaran keluarga setiap bulannya. Selain itu, mereka juga mengandalkan strategi jaringan pengaman, seperti meminjam uang dari berbagai sumber (rentenir, tetangga, atau kredit bank), mendapatkan bantuan dari pemerintah, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti kelompok tani. Keikutsertaan dalam kelompok tani dan memanfaatkan lembaga sosial bertujuan untuk mendapatkan dukungan dan bantuan bagi petani miskin yang memiliki keterbatasan ekonomi dan sosial. Keberhasilan strategi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada dan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan, seperti kopi, jeruk, cabe, jagung, dan padi juga menjadi bagian penting dari strategi mereka dalam diversifikasi usaha.

3. Studi Kasus Pengalaman dan Strategi Petani Miskin di Desa Silima Kuta

Bagian ini menyajikan studi kasus dari beberapa petani miskin di Desa Silima Kuta. Mereka menceritakan tantangan yang dihadapi, termasuk keterbatasan modal yang membuat mereka kesulitan membeli pupuk dan peralatan pertanian. Akibatnya, perawatan tanaman kurang optimal dan berujung pada gagal panen atau hasil panen yang minim. Beberapa petani memiliki lahan sendiri, namun luasnya terbatas. Ada juga yang terpaksa menyewa lahan. Kurangnya tenaga kerja juga menjadi kendala, sehingga pekerjaan pertanian sering dilakukan secara manual dan memakan waktu lama. Meskipun demikian, mereka tetap bertahan dalam usaha tani karena pekerjaan ini sudah menjadi mata pencaharian turun temurun, dan meskipun pendapatan minim, bertani tetap memberikan sedikit penghasilan untuk keluarga. Beberapa petani juga memiliki pekerjaan sampingan, seperti mengambil kemenyan di hutan, untuk menambah penghasilan dan menutupi kekurangan biaya usaha tani. Strategi bertahan hidup lainnya termasuk menghemat pengeluaran rumah tangga, memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam sayuran, dan melibatkan anggota keluarga dalam proses pertanian.

II.Gambaran Umum Kemiskinan Petani di Desa Silima Kuta

Petani miskin di Desa Silima Kuta menghadapi kemiskinan sebagai kondisi dan proses. Mereka seringkali kekurangan faktor produksi seperti lahan yang cukup, modal yang memadai, dan teknologi pertanian yang memadai. Banyak yang menggarap lahan sewa, dan keterbatasan modal menghalangi akses terhadap teknologi pertanian. Pendapatan rata-rata petani miskin sekitar Rp 500.000/bulan, sementara pengeluaran untuk usaha tani bisa mencapai Rp 1.000.000/bulan. Kondisi ini mendorong mereka untuk menerapkan strategi bertahan hidup, termasuk mencari pekerjaan sampingan dan memanfaatkan jaringan sosial.

1. Kemiskinan sebagai Kondisi dan Proses

Bagian ini mendefinisikan kemiskinan dari dua perspektif: sebagai kondisi dan sebagai proses. Kemiskinan sebagai kondisi menggambarkan situasi di mana seseorang atau kelompok tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup layak. Kemiskinan sebagai proses menjelaskan bagaimana seseorang atau kelompok tersebut sampai pada kondisi tersebut. Penjelasan ini diperkuat dengan kutipan dari informan, Pak Lius Tumangger (50 tahun), yang menggambarkan kesulitan keuangan yang mengakibatkan tanaman mereka tidak terurus, hingga gagal panen. Mereka terpaksa mencari pekerjaan sampingan, mengorbankan waktu untuk mengurus pertanian, demi memenuhi kebutuhan hidup, termasuk biaya sekolah anak. Konsumsi makanan pun sederhana, hanya cukup untuk bertahan hidup. Informan lain, Buk Arman Manik (50 tahun), juga menceritakan penghasilan bulanan yang sangat terbatas (Rp 500.000), yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan sedikit pupuk. Kondisi ini menggambarkan bagaimana kemiskinan membatasi akses mereka terhadap sumber daya dan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup.

2. Keterbatasan Faktor Produksi Petani Miskin

Selanjutnya, dijelaskan keterbatasan faktor produksi yang dialami petani miskin di Desa Silima Kuta sebagai akar permasalahan kemiskinan mereka. Banyak yang tidak memiliki tanah sendiri dan terpaksa menyewa lahan orang lain. Bahkan, beberapa petani yang memiliki lahan luas, keterbatasan modal menyebabkan banyak lahan yang tidak tergarap. Ketiadaan teknologi pertanian yang memadai dan terbatasnya tenaga kerja memperparah situasi. Lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) juga menjadi faktor penghambat inovasi dalam usaha tani mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan tidak hanya terkait dengan kurangnya pendapatan, tetapi juga terbatasnya akses terhadap sumber daya dan kesempatan untuk meningkatkan produktivitas usaha tani. Situasi ini diperparah dengan sulitnya mendapatkan akses modal, baik untuk membeli alat teknologi pertanian maupun untuk biaya operasional sehari-hari. Ketidakpercayaan pemodal terhadap petani miskin juga menjadi faktor penghambat akses terhadap pinjaman.

3. Strategi Bertahan Hidup dalam Menghadapi Kemiskinan

Bagian ini menjelaskan strategi bertahan hidup yang dilakukan petani miskin di Desa Silima Kuta. Mengacu pada teori Snel dan Starting, strategi bertahan hidup adalah rangkaian tindakan yang dipilih untuk menambah penghasilan atau mengurangi pengeluaran. Strategi ini dipengaruhi oleh posisi sosial ekonomi, sistem kepercayaan, jaringan sosial, keterampilan, aset, jenis pekerjaan, dan motivasi individu. Jaringan sosial dan kemampuan memobilisasi sumber daya, termasuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain, sangat membantu dalam menyusun strategi bertahan hidup, khususnya untuk mempertahankan usaha tani. Dalam konteks ini, kemiskinan dipandang sebagai sesuatu yang dinamis, bukan statis, yang selalu beradaptasi dengan perubahan sosial. Petani miskin di Desa Silima Kuta memiliki potensi untuk bertahan dalam berbagai kondisi, dengan strategi yang cukup handal demi mempertahankan usaha tani mereka. Permasalahan ekonomi dan sosial yang mereka hadapi mendorong mereka untuk selalu berinovasi dalam strategi mempertahankan usaha tani mereka.

III.Strategi Bertahan Hidup Petani Miskin Mengatasi Kendala Usaha Tani

Studi kasus menunjukkan berbagai strategi yang diadopsi petani miskin untuk mempertahankan usaha tani mereka. Strategi ini meliputi: memaksimalkan peran anggota keluarga, menekan pengeluaran rumah tangga, memanfaatkan jaringan pengaman sosial (pinjaman dari tetangga, rentenir, bantuan pemerintah, dan kelompok tani), serta mencari pekerjaan sampingan. Kendala utama yang dihadapi meliputi keterbatasan modal, akses terbatas terhadap teknologi pertanian, perubahan iklim yang tidak menentu, dan luas lahan yang terbatas. Meskipun pendapatan seringkali tidak mencukupi, petani miskin tetap gigih mempertahankan usaha tani karena nilai budaya dan penghidupan yang melekat.

1. Kendala Utama Usaha Tani Petani Miskin

Bagian ini menguraikan kendala utama yang dihadapi petani miskin dalam menjalankan usaha taninya di Desa Silima Kuta. Kendala tersebut meliputi masalah modal atau keuangan yang sangat krusial. Kurangnya modal membuat mereka kesulitan untuk membeli pupuk, sehingga perawatan tanaman terbengkalai dan berdampak pada hasil panen yang buruk. Selain masalah modal, keterbatasan tenaga kerja juga menjadi kendala signifikan. Petani seringkali harus menggarap lahan secara manual, yang membutuhkan waktu dan tenaga lebih banyak dibandingkan jika menggunakan alat-alat pertanian modern. Kendala lain adalah luas lahan yang terbatas, bahkan beberapa petani hanya menggarap lahan sewa dengan luas yang tidak memadai. Perubahan cuaca yang tidak menentu juga menjadi faktor yang sulit dihindari, mengakibatkan kerusakan tanaman dan gagal panen. Contoh kasus dari beberapa petani menunjukkan bagaimana keterbatasan modal, tenaga, dan lahan berdampak langsung pada hasil panen dan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Meskipun menghadapi kendala besar, mereka tetap bertahan karena usaha tani merupakan mata pencaharian turun temurun yang memberikan penghasilan meskipun minim.

2. Strategi Mengatasi Kendala Usaha Tani

Dalam menghadapi berbagai kendala tersebut, petani miskin di Desa Silima Kuta menerapkan beragam strategi untuk bertahan hidup dan mempertahankan usaha taninya. Salah satu strategi adalah meminjam uang dari berbagai sumber, termasuk rentenir dan tetangga, meskipun bunga pinjaman yang tinggi menjadi beban tambahan. Strategi ini diambil karena kebutuhan mendesak untuk perawatan tanaman. Strategi lainnya adalah dengan mencari pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan. Contohnya, ada petani yang mengambil kemenyan di hutan, yang meskipun hasilnya tidak menentu, dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya usaha tani. Selain itu, petani juga memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam tanaman yang bisa dikonsumsi sendiri, sehingga mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan pangan. Menghemat pengeluaran rumah tangga dan melibatkan anak dalam pekerjaan di ladang juga menjadi bagian dari strategi mereka. Penting untuk dicatat bahwa strategi-strategi ini seringkali saling berkaitan dan diterapkan secara bersamaan untuk memaksimalkan hasil yang didapat.

3. Peran Kerja Sama dan Kelompok Tani

Bagian ini menyoroti peran kerja sama dan kelompok tani dalam membantu petani miskin mengatasi kendala usaha tani. Sistem kerja sama seperti 'abin-abin', di mana para petani perempuan saling membantu bekerja di ladang secara bergantian, sangat efektif untuk mengurangi beban kerja dan menghemat waktu serta tenaga. Kerja sama ini juga membantu dalam perawatan tanaman, seperti pembersihan rumput, yang sebelumnya sulit dilakukan karena keterbatasan waktu dan tenaga. Keikutsertaan dalam kelompok tani juga memberikan manfaat signifikan. Petani mendapatkan bantuan berupa pupuk, kompos, bibit, dan alat-alat pertanian. Bantuan dari pemerintah yang disalurkan melalui kelompok tani menjadi sumber tambahan yang penting untuk membantu menutupi kekurangan biaya perawatan tanaman. Keberadaan kelompok tani dan sistem kerja sama seperti 'abin-abin' menunjukkan pentingnya jaringan sosial dan modal sosial dalam meningkatkan ketahanan ekonomi petani miskin dan mempertahankan usaha taninya.

IV.Peran Modal Sosial dan Jaringan Sosial dalam Ketahanan Usaha Tani

Penelitian ini menekankan peran penting modal sosial dan jaringan sosial dalam ketahanan ekonomipetani miskin. Hubungan baik antar tetangga, partisipasi dalam kelompok tani, dan rasa saling percaya membantu mereka mengatasi kendala dan mengakses sumber daya. Kerjasama (gotong royong, abin-abin) mengurangi beban kerja dan biaya. Akses ke bantuan pemerintah melalui program-program untuk petani miskin juga menjadi bagian penting dari jaringan pengaman mereka.

1. Pengertian Modal Sosial dan Jaringan Sosial

Bagian ini menjelaskan konsep modal sosial dan jaringan sosial berdasarkan beberapa teori. Haryanto (2011) mendefinisikan jaringan sosial yang tahan lama sebagai hubungan timbal balik yang bersifat institusional. Schafft dan Brown (2002) dalam Malaudi menyebutkan modal sosial sebagai norma dan jaringan yang memperlancar interaksi sosial. Fukuyama (1999) dalam Malaudi mendefinisikan modal sosial sebagai nilai dan norma informal yang memungkinkan kerja sama antar anggota kelompok. Winter (2000) dalam Malaudi menjelaskan modal sosial sebagai jaringan koneksi dinamis dalam suatu kelompok. Dari berbagai definisi tersebut, disimpulkan bahwa modal sosial adalah modal yang dimiliki individu, yang mengacu pada perilaku kooperatif, organisasi sosial, jaringan sosial, norma, dan kepercayaan yang menciptakan kerjasama menguntungkan, keteraturan, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Konsep ini dikaitkan dengan kemampuan warga untuk mengalihkan kepentingan individu menjadi kepentingan bersama (Putnam, 1995), serta lima unsur jaringan sosial yaitu partisipasi, pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama, dan keadilan (Lubis, 2001). Solidaritas mekanis, di mana pekerjaan masyarakat cenderung sama dan modal sosial muncul karena tujuan pekerjaan, juga dijelaskan, misalnya pada masyarakat petani atau nelayan. Kerjasama, sebagai usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama, juga dibahas, termasuk pentingnya kesadaran akan kepentingan bersama dan adanya organisasi yang terstruktur.

2. Peran Modal Sosial dan Jaringan Sosial dalam Ketahanan Usaha Tani

Bagian ini membahas peran modal sosial dan jaringan sosial dalam konteks ketahanan usaha tani petani miskin di Desa Silima Kuta. Jaringan sosial yang kuat, ditandai dengan rasa saling percaya dan hubungan harmonis antar anggota masyarakat, memudahkan akses terhadap bantuan dan dukungan ketika menghadapi masalah dalam usaha tani. Kepercayaan sosial merupakan elemen penting modal sosial yang dibahas Fukuyama (1995), yang menekankan kaitan erat antara modal sosial dan kepercayaan dalam membangun kemajuan masyarakat. Dalam konteks petani miskin, jaringan sosial yang kuat membantu dalam mengatasi kendala ekonomi dan sosial. Partisipasi dalam kelompok tani, misalnya, memberi akses pada bantuan pupuk, bibit, dan pelatihan, memperkuat modal sosial dan meningkatkan ketahanan usaha tani. Kerja sama gotong royong dan sistem 'abin-abin' (kerja sama bergantian di ladang) juga mengurangi beban kerja dan biaya, memperlihatkan peran penting kerjasama dalam ketahanan usaha tani. Kesimpulannya, modal sosial dan jaringan sosial yang kuat menjadi kunci keberhasilan strategi petani miskin dalam mempertahankan usaha taninya di tengah berbagai keterbatasan.

V.Kesimpulan dan Saran

Skripsi ini menyimpulkan bahwa petani miskin di Desa Silima Kuta menerapkan berbagai strategi inovatif untuk bertahan hidup dan mempertahankan usaha tani mereka. Modal sosial dan jaringan sosial berperan krusial dalam ketahanan ekonomi mereka. Saran penelitian adalah meningkatkan jaringan sosial, memperkuat kelompok tani, dan meningkatkan akses terhadap teknologi pertanian serta pendampingan dari pemerintah untuk membantu meningkatkan pendapatan dan ketahanan ekonomi petani miskin di Desa Silima Kuta dan daerah sekitarnya di Kabupaten Pakpak Bharat.

1. Kesimpulan Penelitian

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa petani miskin di Desa Silima Kuta, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara, menerapkan berbagai strategi untuk bertahan hidup dan mempertahankan usaha taninya. Strategi-strategi tersebut, baik yang bersifat aktif maupun pasif, dilakukan dalam menghadapi kendala ekonomi dan sosial yang signifikan. Mereka memaksimalkan kemampuan keluarga, menekan pengeluaran, dan memanfaatkan jaringan pengaman sosial, termasuk pinjaman, bantuan pemerintah, dan kelompok tani. Modal sosial dan jaringan sosial memainkan peran yang sangat penting dalam membantu mereka mengatasi kesulitan dan mempertahankan usaha tani. Meskipun pendapatan seringkali tidak mencukupi biaya hidup dan operasional usaha tani, petani tetap gigih karena usaha tani merupakan mata pencaharian utama dan bernilai budaya bagi mereka. Keberhasilan mereka dalam bertahan hidup dan mempertahankan usaha tani di tengah keterbatasan menunjukkan adaptasi dan resiliensi yang tinggi dalam menghadapi goncangan dan tekanan ekonomi maupun sosial.

2. Saran untuk Peningkatan Ketahanan Ekonomi Petani

Berdasarkan temuan penelitian, diberikan saran untuk meningkatkan ketahanan ekonomi petani miskin di Desa Silima Kuta. Penting untuk meningkatkan jaringan sosial dan relasi sosial baik antar tetangga maupun di luar lingkungan sosial mereka. Hubungan yang harmonis akan mempermudah akses bantuan dan dukungan ketika menghadapi masalah. Penguatan kelompok tani juga sangat direkomendasikan, karena kelompok tani terbukti berperan penting dalam memberikan bantuan dan akses terhadap sumber daya. Meningkatkan akses terhadap teknologi pertanian yang tepat guna dan pendampingan dari pemerintah juga penting untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha tani. Program bantuan pemerintah yang tepat sasaran dan berkelanjutan perlu ditingkatkan untuk membantu petani miskin mengatasi keterbatasan modal dan akses terhadap teknologi. Menanamkan rasa saling percaya antar sesama juga penting untuk memperkuat modal sosial dan kerjasama di dalam masyarakat. Dengan demikian, diharapkan ketahanan ekonomi petani miskin di Desa Silima Kuta dan daerah sekitarnya dapat ditingkatkan.