Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap Ekonomi Jepang

Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap Ekonomi Jepang

Informasi dokumen

Sekolah

Tidak Disebutkan

Jurusan Tidak Disebutkan
Tahun terbit Tidak Disebutkan
Tempat Tidak Disebutkan
Jenis dokumen Skripsi/Tesis (Diduga)
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 406.40 KB
  • Ekonomi Jepang
  • Krisis Keuangan
  • Perdagangan Internasional

Ringkasan

I.Latar Belakang Masalah Krisis Keuangan Jepang dan Dampaknya pada Perdagangan Jepang Indonesia

Skripsi ini meneliti dampak krisis keuangan Jepang tahun 2008-2009, khususnya akibat efek contagion dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, terhadap nilai perdagangan Jepang-Indonesia. Jepang, meskipun negara maju dengan perusahaan-perusahaan ternama seperti Toyota, Sony, dan Panasonic, sangat terdampak krisis global. Ekspor Jepang, yang meliputi alat transportasi, mesin listrik, dan mesin industri (hampir 65%), menurun drastis. Penurunan ini turut mempengaruhi Indonesia, mitra dagang utama Jepang, dengan penurunan signifikan pada ekspor impor barang-barang seperti kendaraan bermotor, kayu lapis, dan hasil tambang lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor domestik di Jepang yang menyebabkan krisis dan memengaruhi penurunan perdagangan Jepang-Indonesia.

1. Kekuatan Ekonomi Jepang dan Ketergantungan pada Ekspor

Jepang, sebagai salah satu negara maju dengan PDB terbesar kedua di dunia, dikenal dengan merek-merek global seperti Toyota, Sony, dan Panasonic. Namun, keterbatasan sumber daya alam memaksa Jepang untuk fokus pada industri manufaktur, terutama mobil dan barang elektronik, menjadikan ekspor sebagai penggerak utama perekonomiannya. Sekitar 65% ekspor Jepang terdiri dari alat transportasi, mesin listrik, dan mesin industri. Keberhasilan ini menjadikan Jepang sebagai negara dengan cadangan devisa terbesar kedua setelah China, serta pusat keuangan global dengan Bursa Saham Tokyo yang berpengaruh. Meskipun pertumbuhan ekonomi Jepang stabil hingga pertengahan 1980-an, krisis keuangan domestik mulai muncul di tahun 1990-an, terutama di sektor perbankan. Namun, fokus penelitian ini adalah krisis ekonomi yang melanda Jepang pada tahun 2008-2009 sebagai dampak dari krisis ekonomi global.

2. Krisis Finansial Global 2008 2009 dan Dampaknya terhadap Jepang

Krisis finansial global tahun 2008-2009, yang berawal dari kasus subprime mortgage di Amerika Serikat, berdampak signifikan terhadap Jepang. Gelembung kredit perumahan di AS menyebabkan kredit macet di sektor properti, mengakibatkan kebangkrutan lembaga keuangan besar seperti Lehman Brothers. Kondisi ini memicu penurunan harga saham dan ketegangan di perbankan Jepang, termasuk Bank of Japan (BOJ). Krisis ini bukan hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga disebabkan oleh dampak parah dari krisis global, termasuk penurunan harga saham akibat penjualan saham besar-besaran oleh hedge fund global setelah runtuhnya Lehman Brothers untuk mengumpulkan dana tunai. Investasi asing yang menyumbang hampir 60% volume perdagangan di pasar saham Jepang turut memperparah situasi.

3. Dampak Krisis terhadap Perdagangan Jepang Indonesia

Krisis finansial di Jepang berdampak langsung pada hubungan perdagangannya dengan Indonesia, salah satu tujuan ekspor utama Jepang dan juga sumber ekspor penting bagi Indonesia. Ekspor utama Jepang ke Indonesia, seperti kendaraan bermotor, kelengkapan telekomunikasi, mesin industri, dan baja, mengalami penurunan tajam pada tahun 2009. Demikian pula, impor Jepang dari Indonesia, termasuk kayu lapis, kertas, biji tembaga, dan batu bara, juga menurun drastis di tahun yang sama. Hal ini menunjukkan keterkaitan erat antara ekonomi Jepang dan Indonesia, serta dampak signifikan krisis keuangan global terhadap hubungan perdagangan bilateral mereka. Penelitian ini akan menelusuri lebih dalam mengapa Jepang, yang awalnya kuat secara ekonomi, mengalami krisis keuangan yang berdampak pada hubungan perdagangannya dengan Indonesia.

4. Faktor faktor Penyebab Krisis dan Tujuan Penelitian

Lebih dari 90% ekspor Jepang terdiri dari barang-barang dengan permintaan elastis, seperti barang modal dan barang konsumsi. Meskipun Asia menjadi pasar ekspor terbesar Jepang, impor lokal Jepang sebagian besar terdiri dari perlengkapan industri dan barang modal yang dibutuhkan untuk produksi barang konsumsi akhir untuk pasar AS dan Eropa Barat. Kontraksi permintaan di pasar tersebut turut memengaruhi Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal di Jepang yang menyebabkan krisis finansial dan mempengaruhi penurunan perdagangan Jepang-Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini akan mengkaji bagaimana krisis finansial di Jepang, yang dipengaruhi oleh efek contagion dari krisis global, berdampak pada hubungan perdagangan bilateralnya dengan Indonesia.

II.Tinjauan Pustaka Analisis Krisis Finansial Global dan Teori Perdagangan Internasional

Penelitian ini merujuk beberapa karya ilmiah yang relevan. Penelitian Masahiro Kawai dan Shinji Takagi (“Why was Japan Hit so Hard by Financial Crisis?”) dan Hsueh-Ling Tang (“Does Japanese Government Increase Its Role in Financial Crisis?”) dianalisis untuk memahami dampak krisis dan kebijakan pemerintah Jepang. Penelitian lain mengeksplorasi dampak krisis global terhadap industri tekstil Indonesia dan ekspor migas Indonesia ke AS, menunjukkan efek contagion yang meluas. Teori-teori perdagangan internasional, seperti keunggulan absolut (Adam Smith) dan keunggulan komparatif (David Ricardo), digunakan untuk menganalisis pola perdagangan Jepang-Indonesia, yang didominasi oleh ekspor manufaktur Jepang dan ekspor sumber daya alam Indonesia.

1. Studi Terdahulu tentang Krisis Finansial Jepang

Tinjauan pustaka dimulai dengan mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan. Salah satunya adalah karya Masahiro Kawai dan Shinji Takagi, yang berjudul "Why was Japan Hit so Hard by Financial Crisis?" Penelitian ini memberikan wawasan penting mengenai dampak berat krisis finansial global terhadap Jepang. Selain itu, Hsueh-Ling Tang dalam tulisannya "Does Japanese Government Increase Its Role in Financial Crisis?" menganalisis kebijakan pemerintah Jepang dalam mengatasi krisis, mencakup aspek ekonomi, pengurangan pengangguran, kesejahteraan masyarakat, dan infrastruktur. Studi ini menunjukkan upaya pemerintah Jepang melalui suntikan dana untuk menstimulus perekonomian, termasuk sektor energi, medis, dan pariwisata. Penelitian lain yang dikutip adalah skripsi Nindya Pratiwi tentang dampak krisis global terhadap industri tekstil Indonesia dan skripsi Siti Anisatul Khoiriyah mengenai dampak krisis ekonomi Amerika terhadap ekspor migas Indonesia. Karya-karya ini memberikan perspektif tentang efek domino krisis global dan konsep contagion effect, yang relevan untuk memahami dampak krisis finansial terhadap perdagangan internasional.

2. Teori Perdagangan Internasional Keunggulan Absolut dan Komparatif

Bagian ini membahas teori perdagangan internasional sebagai kerangka analisis. Teori keunggulan absolut, sebagaimana dikemukakan Adam Smith dalam "An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations," menjelaskan bahwa suatu negara akan lebih baik mengimpor barang yang lebih murah di pasar luar negeri daripada memproduksinya sendiri. Sementara itu, teori keunggulan komparatif menurut David Ricardo menunjukkan bahwa setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan bebas dan pembagian kerja internasional berdasarkan spesialisasi teritorial. Meskipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam beberapa barang, ia masih dapat memproduksi barang tertentu lebih murah daripada negara lain. Dengan demikian, negara akan fokus memproduksi barang dengan biaya produksi rendah dan mengimpor barang dengan biaya produksi tinggi. Konsep-konsep ini diaplikasikan untuk menganalisis pola perdagangan Jepang-Indonesia, di mana Jepang unggul dalam manufaktur dan Indonesia unggul dalam sumber daya alam. Perdagangan internasional, baik impor maupun ekspor, menjadi penting bagi negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhan domestiknya sendiri.

III.Metodologi Penelitian Menentukan Variabel dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksplanatif untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara dampak krisis finansial Jepang (variabel independen) dan penurunan nilai perdagangan Jepang-Indonesia (variabel dependen). Teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder dari buku, jurnal, dan internet, yang berfokus pada krisis finansial Jepang, kebijakan pemerintah Jepang, dan data perdagangan Jepang-Indonesia tahun 2008-2009. Analisis akan mencakup efek contagion dan teori perdagangan internasional.

1. Variabel Penelitian Dampak Krisis Finansial Jepang dan Penurunan Perdagangan Jepang Indonesia

Penelitian ini menggunakan pendekatan eksplanatif untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel utama. Variabel independen adalah "Dampak krisis finansial Jepang", yang mencakup indikator-indikator seperti dampak krisis itu sendiri, kebijakan pemerintah Jepang dalam mengatasinya, dan bagaimana dampak tersebut berpengaruh pada penurunan perdagangan bilateral dengan Indonesia. Konsep efek contagion dan teori perdagangan internasional digunakan sebagai kerangka analisis. Variabel dependennya adalah "Penurunan nilai perdagangan Jepang-Indonesia", yang akan dijelaskan melalui data perdagangan sebelum, selama, dan setelah krisis tahun 2008-2009. Analisis akan meneliti perubahan dalam ekspor dan impor utama antara kedua negara, memberikan gambaran komprehensif tentang dampak krisis terhadap hubungan ekonomi bilateral.

2. Teknik Pengumpulan Data Data Sekunder dari Berbagai Sumber

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode data sekunder. Artinya, peneliti tidak mengumpulkan data secara langsung dari sumbernya, tetapi memperoleh data dari berbagai sumber pustaka, seperti buku ilmiah, jurnal, dan internet. Data yang dibutuhkan meliputi informasi mengenai krisis finansial di Jepang, kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang sebagai respons terhadap krisis, serta data hubungan perdagangan antara Jepang dan Indonesia. Data ini akan digunakan untuk menganalisis dampak krisis baik di dalam negeri Jepang maupun terhadap perdagangan Jepang-Indonesia. Setelah dikumpulkan, data tersebut akan diolah dan dikelompokkan ke dalam beberapa bab sesuai dengan sistematika penulisan, untuk kemudian diuji hipotesis menggunakan teori-teori yang relevan sebagai pisau analisis.

IV.Ruang Lingkup Penelitian Fokus pada Dampak Krisis terhadap Ekspor Impor

Penelitian ini membatasi ruang lingkup pada dampak krisis finansial Jepang tahun 2008-2009 terhadap ekspor dan impor antara Jepang dan Indonesia. Fokus utama adalah mengkaji seberapa jauh krisis memengaruhi hubungan perdagangan bilateral tersebut.

1. Batasan Pembahasan Krisis Finansial Jepang 2008 2009 dan Pengaruhnya pada Perdagangan Jepang Indonesia

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada krisis finansial yang melanda Jepang pada tahun 2008-2009. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dan terarah tentang krisis tersebut dan dampaknya terhadap ekspor dan impor antara Jepang dan Indonesia. Dengan membatasi periode waktu pada tahun 2008-2009, penelitian ini dapat menganalisis secara spesifik pengaruh krisis terhadap perdagangan bilateral di periode tersebut. Penelitian ini tidak membahas secara mendalam aspek-aspek lain dari krisis keuangan global secara keseluruhan, melainkan berfokus pada dampak langsungnya terhadap hubungan ekonomi Jepang-Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan analisis yang komprehensif namun tetap terfokus pada hubungan antara krisis finansial Jepang dan perubahan nilai ekspor impor antara kedua negara.