Perkembangan Ilmu Hubungan Internasional dan Isu Lingkungan Hidup

Perkembangan Ilmu Hubungan Internasional dan Isu Lingkungan Hidup

Informasi dokumen

Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 243.04 KB
Jurusan Hubungan Internasional
Jenis dokumen Skripsi/Tesis/Tugas Akhir
  • Ilmu Hubungan Internasional
  • Isu Lingkungan Hidup
  • Peran Aktor Non-Negara

Ringkasan

I.Perkembangan Isu Lingkungan Hidup dalam Hubungan Internasional

Kajian Hubungan Internasional telah berkembang dari fokus pada isu high politics (politik, pertahanan, keamanan) menuju isu low politics, termasuk masalah lingkungan hidup. Perubahan iklim, degradasi lingkungan (banjir, kekeringan, kenaikan permukaan laut), dan eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) kini menjadi perhatian utama. Konferensi PBB di Stockholm (1972), Montreal (1990), dan Rio de Janeiro (1992) menandai peningkatan kesadaran global terhadap isu lingkungan ini. Isu lingkungan hidup, yang dulunya dianggap low politics, kini menjadi high politics, mencerminkan dampak globalnya terhadap keamanan dan kesejahteraan manusia.

1. Pergeseran Fokus Studi Hubungan Internasional

Dahulu, studi Hubungan Internasional terutama berfokus pada isu high politics, seperti politik, pertahanan, dan keamanan. Namun, perkembangannya kini mencakup isu low politics, yang sebelumnya dianggap kurang penting dalam konteks internasional. Isu-isu ini meliputi terorisme, hak asasi manusia, kemiskinan, masalah ekonomi, dan yang sangat relevan dengan pembahasan ini adalah masalah lingkungan hidup. Setelah Perang Dunia II, perkembangan Ilmu Hubungan Internasional semakin pesat dengan munculnya aktor non-negara, yang turut berperan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya, dan interaksi internasional lainnya. Peran aktor negara dan aktor non-negara sama-sama penting dalam dinamika ini.

2. Isu Lingkungan Hidup sebagai High Politics

Salah satu isu low politics yang telah meningkat menjadi high politics adalah isu lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup menimbulkan dampak global, seperti pemanasan global dan penipisan lapisan ozon yang dirasakan di seluruh dunia. Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) dan degradasi lingkungan, termasuk banjir, kekeringan berkepanjangan, hilangnya wilayah akibat naiknya permukaan laut, dan munculnya berbagai penyakit, juga menjadi bagian penting dari masalah ini. Pengabaian hak asasi manusia dan kemiskinan seringkali terkait erat dengan kerusakan lingkungan. Banyaknya konferensi internasional yang membahas kerusakan lingkungan dan krisis SDA global menunjukkan semakin pentingnya isu ini. Keamanan hidup manusia menjadi prioritas baru dalam kajian Ilmu Hubungan Internasional.

3. Konferensi PBB dan Peningkatan Kesadaran Lingkungan

Peningkatan kesadaran global terhadap isu lingkungan hidup ditandai dengan serangkaian konferensi PBB. Konferensi PBB pertama tentang lingkungan hidup diadakan di Stockholm, Swedia pada tahun 1972. Konferensi kedua di Montreal, Kanada pada tahun 1990 membahas perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan isu terkait. Konferensi ketiga di Rio de Janeiro pada tahun 1992 juga fokus pada masalah lingkungan hidup. Perkembangan ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam studi Hubungan Internasional, di mana isu lingkungan hidup telah mendapatkan perhatian dan prioritas yang jauh lebih besar daripada sebelumnya. Isu-isu low politics ini menjadi high politics seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya masalah lingkungan hidup.

II.Kerjasama Indonesia Bank Dunia dalam Program ISSDP

Indonesia, sebagai negara berkembang dengan masalah sanitasi yang serius, telah menjalin Kerjasama Indonesia-Bank Dunia melalui Program ISSDP (Indonesia Sanitation Sector Development Program). Program ini bertujuan meningkatkan sanitasi di Indonesia dengan bantuan dana dari Bank Dunia. ISSDP merupakan proyek penting dalam mengatasi masalah sanitasi yang buruk di Indonesia, yang juga mencakup masalah kesehatan dan lingkungan. Keberhasilan program ini juga menjadi contoh bagi negara lain seperti Ethiopia, India, Bangladesh, dan Pakistan yang juga menghadapi tantangan serupa dalam sanitasi dan mengambil pinjaman dari Bank Dunia, walaupun dengan bunga yang tinggi.

1. Latar Belakang Kerjasama Indonesia Bank Dunia dalam Sanitasi

Indonesia, sebagai negara berkembang, menghadapi masalah sanitasi yang serius. Untuk mengatasi hal ini, Indonesia menjalin kerjasama dengan Bank Dunia. Bank Dunia, yang didirikan pada 27 Desember 1945, memiliki tujuan untuk menyelesaikan berbagai masalah internasional, termasuk kemiskinan, pendidikan, ekonomi, dan sanitasi. Indonesia menjadi anggota Bank Dunia sejak tahun 1954. Kerjasama ini difokuskan pada perbaikan sarana dan prasarana sanitasi di Indonesia. Salah satu program kerjasama yang penting adalah ISSDP (Indonesia Sanitation Sector Development Program), yang dimulai pada tahun 2006 dan mendapat dukungan pendanaan dari Bank Dunia. Program ini bertujuan untuk mengatasi masalah sanitasi yang buruk di Indonesia dan meningkatkan kesehatan masyarakat serta lingkungan.

2. Program ISSDP Indonesia Sanitation Sector Development Program dan Pelaksanaannya

Program ISSDP (Indonesia Sanitation Sector Development Program) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia untuk meningkatkan sanitasi di Indonesia. Bantuan dana dari Bank Dunia digunakan sebagai sumber utama pendanaan program ini. Meskipun bantuan tersebut bersifat dana, setiap bantuan menurut Todaro selalu memiliki kepentingan pribadi, walaupun umumnya alasannya adalah bantuan moral atau kemanusiaan untuk perbaikan perekonomian, pembangunan, atau lingkungan. Pemerintah Indonesia memanfaatkan bantuan luar negeri ini dengan baik untuk menjalankan program ISSDP. Keberhasilan program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sanitasi dan kesehatan masyarakat Indonesia. Program ISSDP menjadi bukti nyata bagaimana isu sanitasi, yang awalnya termasuk low politics, telah menjadi high politics karena dampaknya yang besar.

3. Dampak dan Keberhasilan Kerjasama serta Perbandingan dengan Negara Lain

Keberhasilan program ISSDP di Indonesia menjadi contoh bagi negara berkembang lain yang menghadapi masalah sanitasi serupa. Negara-negara seperti Ethiopia, India, Bangladesh, dan Pakistan juga melakukan pinjaman kepada Bank Dunia, meskipun dengan bunga yang tinggi, untuk mengatasi masalah sanitasi mereka. Hal ini menunjukkan dampak signifikan dari kerjasama Indonesia-Bank Dunia dalam program ISSDP. Keberhasilan program ini juga secara tidak langsung menguntungkan Bank Dunia. Selain ISSDP, kerjasama Indonesia-Bank Dunia juga meliputi program lain seperti Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan PNPM Mandiri, semuanya menunjukan komitmen untuk pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

III.Analisis Kerjasama dan Peran Bank Dunia

Penelitian ini menganalisis Kerjasama Indonesia-Bank Dunia dalam mengatasi masalah sanitasi melalui Program ISSDP. Analisis ini berlandaskan teori Post-Washington Consensus, yang menekankan peran pemerintah dalam mengelola sumber daya dan intervensi pasar. Bantuan Bank Dunia dalam program ISSDP, walaupun seringkali diartikan sebagai bantuan kemanusiaan, memiliki konsekuensi ekonomi dan politik. Motif pemberian bantuan, seperti yang dijelaskan dalam teori bantuan luar negeri, meliputi motif ekonomi, keamanan nasional, dan kepentingan nasional. Studi ini menganalisis bagaimana bantuan ini berdampak pada sanitasi di Indonesia dan peran Bank Dunia dalam kerjasamanya dengan pemerintah Indonesia.

1. Landasan Teori Post Washington Consensus dan Konsep Bantuan Luar Negeri

Analisis kerjasama Indonesia-Bank Dunia dalam program ISSDP menggunakan landasan teori Post-Washington Consensus. Teori ini mengkritik asumsi Washington Consensus yang menekankan perdagangan bebas dan stabilitas makro sebagai kunci pertumbuhan ekonomi. Post-Washington Consensus justru menekankan peran pemerintah dalam mengontrol alokasi sumber daya dan intervensi pasar, khususnya di negara berkembang. Konsep bantuan luar negeri juga menjadi landasan analisis, memperhatikan berbagai motif di balik bantuan tersebut, termasuk motif ekonomi, keamanan nasional, dan kepentingan nasional. Bantuan luar negeri bisa berupa pinjaman, hibah, atau investasi, dan seringkali memiliki konsekuensi bagi negara penerima bantuan. Penulis menyinggung pemikiran Joseph E. Stiglitz dan Jeffrey Sachs tentang keterlibatan pemerintah dalam alokasi sumber daya dan intervensi pasar, yang sejalan dengan teori John Maynard Keynes tentang kebijakan ekonomi yang menekankan full employment dan pemerataan.

2. Motif Bantuan Luar Negeri dan Kepentingan Bank Dunia

Dokumen ini membahas berbagai motif di balik bantuan luar negeri, termasuk motif ekonomi, di mana bantuan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi dan keuntungan bagi negara atau organisasi internasional yang memberikan bantuan. Motif keamanan nasional juga dibahas, menunjukkan bagaimana stabilitas ekonomi yang dihasilkan oleh bantuan dapat memberikan keuntungan bagi pemberi bantuan. Motif kepentingan nasional juga dibahas, di mana bantuan dapat digunakan untuk mencapai kekuasaan atau kendali atas negara lain. Dalam konteks kerjasama Indonesia-Bank Dunia, motif bantuan luar negeri yang berupa pinjaman sangat relevan. Bantuan Bank Dunia dalam program ISSDP untuk mengatasi sanitasi di Indonesia didorong oleh motif ekonomi, di mana keberhasilan program ini dapat menguntungkan Bank Dunia, karena negara berkembang dengan sanitasi buruk tetap bergantung pada bantuan luar negeri.

3. Analisis Kerjasama dan Variabel Penelitian

Penelitian ini menganalisis kerjasama Indonesia-Bank Dunia dalam program ISSDP untuk mengatasi masalah sanitasi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah bantuan dana untuk program pengembangan sanitasi, sedangkan variabel dependennya adalah kerjasama Indonesia-Bank Dunia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yang menjelaskan dan menggambarkan data secara objektif tanpa pengaruh subjektivitas penulis. Analisis data dilakukan dengan menelaah berbagai sumber tertulis seperti catatan, dokumen, buku, surat kabar, majalah, dan website dari berbagai lembaga terkait. Tujuannya adalah untuk memahami hubungan antara bantuan dana dan kerjasama Indonesia-Bank Dunia dalam program ISSDP, serta dampaknya terhadap sanitasi di Indonesia. Kesimpulannya adalah kerjasama ini sangat menguntungkan Indonesia mengingat kondisi sanitasi yang buruk di negara tersebut.

IV.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan data kualitatif, berupa studi pustaka yang menganalisis dokumen, laporan, dan publikasi terkait Program ISSDP dan Kerjasama Indonesia-Bank Dunia. Penelitian ini juga menelaah berbagai penelitian terdahulu mengenai isu lingkungan hidup di Indonesia, termasuk penelitian Mohtar Mas’oed dan Riza Noer Arfani (1992) tentang isu global, serta studi tentang pengelolaan DAS dan pencemaran industri.

1. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif. Data kualitatif berupa kata-kata, kalimat, skema, dan gambar dikumpulkan melalui studi pustaka. Studi pustaka ini melibatkan pengumpulan data dari berbagai sumber tertulis, baik tercetak maupun elektronik, seperti buku ilmiah, laporan penelitian, karangan ilmiah, tesis, disertasi, peraturan, ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis lainnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang aspek-aspek permasalahan yang diteliti, serta menghindari duplikasi penelitian yang sudah ada. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, yang menjelaskan dan menggambarkan data secara objektif, tanpa pengaruh subjektivitas penulis. Variabel independen dalam penelitian ini adalah bantuan dana program pengembangan sanitasi, sedangkan variabel dependennya adalah kerjasama Indonesia-Bank Dunia.

2. Sumber Data dan Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan studi pustaka sebagai metode utama pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berupa catatan, dokumen, buku, surat kabar, majalah, dan website dari berbagai lembaga atau instansi yang relevan dengan topik penelitian. Data-data ini digunakan untuk melengkapi data primer yang mungkin tidak ditemukan dalam penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitis. Metode ini menjelaskan dan menggambarkan data secara objektif berdasarkan data yang ada tanpa subjektivitas penulis. Analisis ini juga menjelaskan variabel-variabel yang dibangun dari data tersebut, untuk menemukan hubungan antar variabel dan sampai pada kesimpulan yang logis. Penelitian ini juga merujuk pada beberapa penelitian terdahulu yang relevan, seperti penelitian Mohtar Mas’oed dan Riza Noer Arfani tahun 1992 tentang isu-isu global (lingkungan hidup), penelitian tentang pendanaan Bank Dunia untuk pengelolaan DAS berbasis masyarakat tahun 2006, dan bantuan Bank Dunia dan investasi untuk pencemaran industri di kawasan Laut Tengah tahun 1999-2000.