
Peran SEA Games dalam Diplomasi dan Pengenalan Budaya Indonesia
Informasi dokumen
Sekolah | Universitas Airlangga Surabaya (disebutkan dalam referensi penelitian terdahulu) |
Jurusan | Studi Hubungan Internasional |
Tempat | Palembang, Indonesia (lokasi penyelenggaraan SEA Games 2011) |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 301.77 KB |
- Diplomasi
- SEA Games
- Budaya Indonesia
Ringkasan
I.Diplomasi Budaya Indonesia Melalui SEA Games 2011
Skripsi ini membahas diplomasi budaya Indonesia yang diwujudkan melalui penyelenggaraan SEA Games 2011 di Palembang. Penyelenggaraan SEA Games 26 di Palembang, Indonesia, bukan hanya ajang olahraga, tetapi juga menjadi panggung utama untuk memperkenalkan seni dan budaya Indonesia kepada dunia internasional. Hal ini penting mengingat adanya klaim budaya dari negara lain, khususnya Malaysia, terhadap beberapa kesenian Indonesia seperti Tari Reog Ponorogo. Indonesia memanfaatkan momentum ini sebagai diplomasi olahraga sekaligus diplomasi publik untuk meningkatkan citra positif dan mencegah klaim budaya lebih lanjut. Pembukaan SEA Games 2011 menampilkan pertunjukan kolosal yang mengangkat tema kejayaan Kerajaan Sriwijaya, sebagai upaya untuk memperkuat diplomasi budaya dan identitas nasional.
1. SEA Games sebagai Ajang Diplomasi Internasional
Dokumen mengawali dengan menjelaskan SEA Games (Southeast Asian Games) sebagai pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Sebelas negara Asia Tenggara berpartisipasi, termasuk Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Vietnam, Timor Leste, Myanmar, dan Filipina. SEA Games bukan sekadar kompetisi olahraga; tujuannya juga untuk mempererat kerja sama, pemahaman, dan hubungan antarnegara di kawasan ASEAN. Setiap negara penyelenggara memiliki kesempatan untuk memanfaatkan ajang bergengsi ini untuk mencapai kepentingan nasionalnya, termasuk dalam hal diplomasi internasional dan diplomasi bilateral. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, obyek wisata, dan seni budaya, seringkali menjadi tuan rumah SEA Games. Keikutsertaan Indonesia dalam SEA Games sejak penyelenggaraan kesepuluh di Jakarta dan penyelenggaraan ke-22 di Hanoi, Vietnam, menunjukkan komitmen Indonesia pada kerja sama regional dan pemanfaatan event ini untuk kepentingan nasional.
2. SEA Games 2011 di Palembang dan Diplomasi Budaya
Pada SEA Games ke-26 tahun 2011, Indonesia kembali menjadi tuan rumah, kali ini di Palembang, Sumatera Selatan. Pilihan Palembang sebagai tuan rumah bukan tanpa alasan. Kota ini memiliki banyak peninggalan sejarah dari Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-15. Momentum SEA Games 2011 di Palembang digunakan sebagai sarana diplomasi budaya yang strategis. Ini menjadi respon atas insiden klaim budaya dari Malaysia, khususnya terhadap kesenian tradisional Indonesia, seperti Tari Reog Ponorogo. Pertunjukan kesenian tradisional di venue SEA Games 2011 menjadi bagian penting dari strategi diplomasi budaya Indonesia untuk memperkenalkan kekayaan seni dan budaya Indonesia kepada dunia internasional, sekaligus mengukuhkan kepemilikan atas warisan budaya bangsa. Keberagaman seni dan budaya Indonesia, yang sempat menimbulkan ketegangan dengan Malaysia pada tahun 2007 terkait klaim budaya, menjadi landasan bagi upaya diplomasi budaya yang lebih gencar melalui SEA Games 2011.
3. SEA Games 2011 Upaya Memperkenalkan Indonesia dan Mencegah Klaim Budaya
Indonesia sebagai tuan rumah SEA Games 2011 memiliki kesempatan emas untuk mempromosikan seni dan budayanya di mata internasional. Penyelenggaraan SEA Games ke-26 ini merupakan yang keempat kalinya bagi Indonesia (sebelumnya pada 1979, 1987, dan 1997), dan penyelenggaraan kali ini dirancang berbeda. Pembukaan SEA Games 2011 menampilkan tarian kolosal yang menceritakan kejayaan Kerajaan Sriwijaya sebagai bagian dari strategi diplomasi budaya. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pengakuan internasional atas kekayaan budaya Indonesia, sekaligus mengantisipasi dan mencegah klaim budaya yang berpotensi muncul dari negara lain. Dengan menampilkan identitas budaya yang kuat, Indonesia berupaya untuk memperkuat citra positif di mata dunia dan menegaskan kedaulatan atas warisan budayanya. Selain itu, kesuksesan Indonesia dalam penyelenggaraan SEA Games 2011 juga diharapkan dapat meningkatkan rasa kebanggaan nasional dan memperkuat identitas nasional.
II.Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana SEA Games 2011 digunakan sebagai media diplomasi budaya Indonesia guna mendapatkan pengakuan internasional atas kekayaan seni dan budaya Indonesia, serta mencegah klaim budaya dari negara lain. Masalah utama yang dibahas adalah bagaimana efektifitas diplomasi budaya melalui acara olahraga berskala internasional seperti SEA Games dalam mencapai tujuan tersebut.
1. Rumusan Masalah
Bagian rumusan masalah menekankan pentingnya perumusan masalah yang jelas dan sederhana dalam sebuah penelitian. Penulisan karya ilmiah, seperti skripsi ini, berawal dari adanya permasalahan atau problematika. Tanpa adanya permasalahan yang dirumuskan secara tepat, penelitian tidak mungkin dapat dilaksanakan. Perumusan masalah yang tepat akan menjadi inti atau fokus dari sebuah peristiwa yang mengantar peneliti menuju upaya pemecahan masalah dalam pembahasan ilmiah. Dalam konteks skripsi ini, permasalahan yang diangkat berfokus pada diplomasi budaya Indonesia melalui SEA Games 2011, khususnya bagaimana upaya diplomasi budaya tersebut dilakukan dan seberapa efektifnya dalam mencapai tujuan yang diinginkan, seperti pengakuan internasional atas kekayaan seni dan budaya Indonesia dan pencegahan klaim budaya dari negara lain. Latar belakang masalah telah diuraikan sebelumnya, dan penelitian ini akan menggali lebih dalam aspek-aspek krusial tersebut.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah yang telah dijabarkan. Penelitian ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain agar tidak ada lagi klaim budaya Indonesia dari negara lain. Tujuan ini sangat relevan mengingat adanya sejumlah klaim budaya dari negara lain, seperti Malaysia, terhadap berbagai macam kesenian dan budaya Indonesia. Kedua, penelitian ini bertujuan agar negara lain mengetahui bahwa Indonesia memiliki berbagai macam seni dan budaya. Tujuan ini ingin memastikan bahwa kekayaan budaya Indonesia terdokumentasi, dikenal luas di dunia internasional, dan diakui sebagai milik Indonesia. Kedua tujuan ini saling berkaitan dan menunjukkan komitmen penelitian ini untuk memperkuat diplomasi budaya Indonesia serta melindungi warisan budaya nasional.
III.Penelitian Terdahulu dan Landasan Konsep
Penelitian terdahulu, seperti skripsi Nurul Amalia tentang Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI), memberikan landasan untuk memahami diplomasi kebudayaan sebagai soft power. Penelitian ini juga mengkaji berbagai konsep diplomasi, termasuk diplomasi publik dan diplomasi olahraga, serta menganalisis bagaimana SEA Games 2011 dapat diinterpretasikan sebagai praktik diplomasi budaya yang efektif. Konsep soft power dan diplomasi kebudayaan dijabarkan secara rinci, termasuk definisi diplomasi dari berbagai ahli seperti Sir Ernest Satow dan K.M. Panikkar. Studi ini membandingkan penggunaan SEA Games 2011 dengan contoh lain, seperti Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan sebagai contoh diplomasi olahraga.
1. Penelitian Terdahulu
Bagian ini merujuk pada penelitian terdahulu yang relevan, yaitu skripsi Nurul Amalia dari Universitas Airlangga Surabaya tahun 2008 berjudul "Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI): Upaya Diplomasi Kebudayaan Meningkatkan Citra Indonesia di Pasifik Barat Daya". Skripsi tersebut membahas diplomasi kebudayaan, sejalan dengan tema skripsi yang sedang dibahas. BSBI, yang dimulai sejak tahun 2003, dijadikan contoh diplomasi kebudayaan yang menggunakan kesenian dan kebudayaan Indonesia sebagai media utamanya. Penelitian Amalia menganalisis faktor-faktor latar belakang diplomasi kebudayaan Indonesia di Pasifik Barat Daya, termasuk konsep soft power, teori interaksi antar negara, dan konsep multi-track diplomacy. Metode pengumpulan data dalam penelitian Amalia meliputi wawancara, kuesioner, dan studi kepustakaan, memberikan gambaran metode riset yang dapat diadopsi dan dibandingkan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Penelitian Amalia berfokus pada peningkatan citra positif Indonesia melalui diplomasi kebudayaan, memberikan perspektif tambahan pada penelitian yang sedang dijalankan.
2. Landasan Konsep Diplomasi Budaya
Bagian landasan konsep mendefinisikan diplomasi secara umum, mengutip The Hamber’s Twentieth Century Dictionary yang mendefinisikan diplomasi sebagai seni berunding antar negara. Definisi lain dari Sir Ernest Satow menggambarkan diplomasi sebagai penerapan kepandaian dan taktik dalam hubungan resmi antar negara. K.M. Panikkar mendefinisikan diplomasi sebagai seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Svarlien mendefinisikan diplomasi sebagai seni dan ilmu perwakilan negara dan perundingan. Konsep diplomasi publik juga dibahas, dengan mengutip Jay Wang yang melihatnya sebagai konsep multidimensi dengan tujuan mempromosikan tujuan dan kebijakan negara, mengkomunikasikan nilai dan sikap, serta meningkatkan pemahaman bersama dan kepercayaan antar negara. Dokumen ini kemudian berfokus pada diplomasi kebudayaan, menjelaskan bahwa diplomasi kebudayaan merupakan upaya suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara makro maupun mikro (melalui pendidikan, kesenian, ilmu pengetahuan, dan olahraga). Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja juga dikutip mengenai perkembangan diplomasi kebudayaan sebagai tahap baru dalam sejarah hubungan internasional.
3. Landasan Konsep Diplomasi Olahraga
Selain diplomasi budaya, dokumen juga membahas konsep diplomasi olahraga. Barry Sanders, dalam tulisannya "Sport as public diplomacy", melihat olahraga sebagai media kuat untuk penyebaran informasi, reputasi, dan hubungan internasional. Murray menambahkan bahwa diplomasi olahraga melibatkan aktivitas representatif dan diplomatis yang dilakukan oleh pelaku olahraga (pemain, pengurus, penyelenggara, penonton) sebagai perwakilan negara. Enam alasan mengapa olahraga diakui dalam diplomasi dijelaskan: perubahan lingkungan internasional, peningkatan daya tarik olahraga, keinginan masyarakat akan soft power, jangkauan global olahraga melalui media, nilai representasi olahraga, dan afiliasi antara olahraga dan diplomasi. Diplomasi olahraga menjadi cara halus untuk menunjukkan perubahan kebijakan luar negeri. Dokumen ini kemudian mengaitkan konsep-konsep tersebut dengan SEA Games 2011 sebagai contoh konkret bagaimana Indonesia menggunakan olahraga dan budaya dalam diplomasi internasionalnya. Branding yang baik untuk SEA Games 2011 diharapkan dapat meningkatkan citra Indonesia dan mendukung keberhasilan diplomasi budaya.
IV.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan fokus pada diplomasi budaya Indonesia melalui SEA Games 2011. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada tahun 2011, dengan analisis induktif terhadap data yang dikumpulkan. Metode pengumpulan data meliputi studi pustaka, wawancara, dan kuesioner.
1. Ruang Lingkup Penelitian
Bagian ini menjelaskan pentingnya menentukan ruang lingkup penelitian agar pembahasan masalah terarah dan tidak menyimpang dari kerangka penelitian yang telah ditentukan. Pembatasan masalah dengan menentukan ruang lingkup penelitian bertujuan untuk menjaga agar pembahasan tetap fokus dan konsisten. Dalam penelitian ini, penulis akan mengulas upaya-upaya diplomasi budaya yang dilakukan Indonesia melalui SEA Games 2011. Dengan demikian, pembahasan akan terpusat pada analisis diplomasi budaya Indonesia dalam konteks penyelenggaraan SEA Games 2011, tidak membahas aspek lain di luar ruang lingkup tersebut. Hal ini penting untuk menjaga kedalaman dan ketelitian analisis terhadap permasalahan yang diteliti. Dengan batasan ruang lingkup yang jelas, hasil penelitian diharapkan akan lebih akurat dan relevan dengan tujuan penelitian.
2. Batasan Waktu
Penelitian ini membatasi waktu analisisnya pada tahun 2011. Batasan waktu ini ditetapkan karena tahun 2011 merupakan tahun penyelenggaraan SEA Games ke-26 di Palembang, Indonesia, yang menjadi fokus utama penelitian ini. Dengan batasan waktu ini, analisis akan lebih terfokus pada konteks spesifik diplomasi budaya Indonesia selama penyelenggaraan SEA Games 2011. Data dan informasi yang dikumpulkan dan dianalisis akan berkaitan erat dengan periode waktu tersebut. Pembatasan waktu ini juga membantu dalam membatasi jumlah data yang perlu dikumpulkan dan dianalisis, memudahkan peneliti dalam melakukan pengolahan data dan penarikan kesimpulan. Batasan waktu ini memastikan relevansi dan akurasi analisis dalam konteks temporal yang spesifik.
3. Jenis Penelitian dan Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif dipilih karena bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena diplomasi budaya Indonesia melalui SEA Games 2011. Sifat kualitatif penelitian menekankan pada pemahaman mendalam dan interpretasi data yang bersifat non-numerik. Analisis yang digunakan bersifat induktif, artinya kesimpulan ditarik berdasarkan data empiris yang telah dikumpulkan dan dianalisis. Penggunaan pendekatan deskriptif kualitatif ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin memahami secara mendalam bagaimana diplomasi budaya dijalankan dan dampaknya. Setelah data dikumpulkan, akan dilakukan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data melibatkan pemilihan data relevan dan penyederhanaan data tanpa menghilangkan makna. Data yang telah dipilih kemudian diinterpretasi dan dijelaskan secara logis dan sistematis.
Referensi dokumen
- Diplomasi Publik dalam Politik Luar Negeri (Hennida)