Peran Pariwisata dalam Diplomasi Kebudayaan dan Hubungan Internasional

Peran Pariwisata dalam Diplomasi Kebudayaan dan Hubungan Internasional

Informasi dokumen

Jurusan Hubungan Internasional
Jenis dokumen Esai/Tugas Akhir (kemungkinan)
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 1.02 MB
  • pariwisata
  • diplomasi kebudayaan
  • hubungan internasional

Ringkasan

I.Latar Belakang Potensi Pariwisata dan Diplomasi Kebudayaan Indonesia

Penelitian ini meneliti peran Festival Derawan 2013 sebagai instrumen diplomasi kebudayaan Indonesia. Meningkatnya arus perjalanan internasional, khususnya pariwisata, menciptakan peluang besar bagi Indonesia. Indonesia kaya akan potensi alam dan budaya, khususnya di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur, yang meliputi Pulau Maratua, Derawan, Sangalaki, dan Kakaban. Kepulauan Derawan terkenal sebagai habitat penyu hijau dan sisik, serta memiliki ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau yang menarik wisatawan mancanegara, terutama penyelam. Pariwisata dipandang sebagai alat untuk meningkatkan devisa negara, melestarikan budaya, dan membangun citra positif Indonesia di mata dunia melalui nation branding.

1. Peningkatan Perjalanan Internasional dan Potensi Pariwisata

Bagian ini menjelaskan fenomena peningkatan perjalanan internasional yang signifikan, didorong oleh berbagai keperluan seperti bisnis, pariwisata, studi, dan perpindahan pengungsi. Data dari World Tourism Organization (WTO) tahun 2000 menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara internasional mencapai 698 juta orang dengan pendapatan USD 476 miliar. Pertumbuhan jumlah wisatawan pada dekade 90-an mencapai 4,2%, sementara pertumbuhan penerimaan dari wisatawan mancanegara sebesar 7,3%, bahkan di 28 negara pendapatan tumbuh hingga 15% per tahun. Pariwisata telah menjadi industri terbesar di dunia dan terbukti menjadi sumber devisa utama bagi banyak negara, termasuk Thailand, Singapura, Filipina, Fiji, dan Maladewa. Indonesia, dengan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor pariwisatanya dan memanfaatkannya sebagai sumber pendapatan negara.

2. Pariwisata Indonesia sebagai Sarana Diplomasi dan Instrumen Politik

Indonesia memiliki potensi alam dan budaya yang luar biasa yang dapat dikonversi menjadi nilai ekonomi dan sarana diplomasi. Kekayaan alam dan budaya, serta objek-objek pariwisatanya dapat digunakan untuk melestarikan dan memperkenalkan Indonesia kepada dunia. Pariwisata dapat menjadi salah satu sarana diplomasi dan instrumen politik untuk mencitrakan Indonesia. Diplomasi kebudayaan, sebuah bentuk soft diplomacy, dianggap efektif karena dilakukan secara damai tanpa unsur pemaksaan. Sarana yang dapat digunakan dalam diplomasi kebudayaan meliputi kesenian, pertukaran pelajar, olahraga, dan pariwisata. Pelaksanaan diplomasi kebudayaan melibatkan berbagai aktor, termasuk pemerintah, non-pemerintah, individu, dan kolektif, dengan pola hubungan yang beragam. Tujuan utama diplomasi kebudayaan adalah mempengaruhi opini publik internasional untuk mendukung kebijakan politik luar negeri tertentu.

3. Kepulauan Derawan Potensi Wisata Bahari dan Konservasi

Kepulauan Derawan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, merupakan destinasi wisata bahari yang menawan. Terdiri dari pulau-pulau seperti Maratua, Derawan, Sangalaki, dan Kakaban, kepulauan ini memiliki taman bawah laut yang menarik wisatawan mancanegara, terutama para penyelam. Kepulauan Derawan juga merupakan habitat berbagai spesies yang dilindungi, termasuk penyu hijau dan penyu sisik, paus, lumba-lumba, kima, ketam kelapa, duyung, dan ikan barakuda. Keberadaan terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau (mangrove) menambah kekayaan ekosistem pesisirnya. Kepulauan Derawan memiliki tiga kecamatan: Pulau Derawan, Maratua, dan Biduk-Biduk. Pulau Derawan sendiri merupakan habitat penyu hijau terbesar di Asia. Pemerintah Indonesia telah berupaya melindungi penyu melalui peraturan pemerintah dan penetapan kawasan perlindungan penyu, termasuk di Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Alas Purwo, Suaka Margasatwa Jamursba Medi Irian Jaya, dan Pulau Derawan.

4. Festival Derawan dan Upaya Peningkatan Citra Indonesia

Festival Derawan 2013, dengan tema "Derawan for Future", merupakan program promosi pariwisata internasional yang bertujuan untuk mempopulerkan keindahan alam Kepulauan Derawan. Event ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan domestik dan asing, selaras dengan semangat Wonderful Indonesia, Visit East Kalimantan, dan Kenali Negerimu Cintai Negerimu. Festival Derawan menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan diplomasi, baik di bidang pariwisata maupun ekonomi, guna memulihkan krisis ekonomi dan citra Indonesia. Event-event internasional seperti yacht rally dalam Sail Indonesia juga rutin diadakan di perairan Pulau Derawan. Tujuan utama promosi pariwisata adalah untuk menghilangkan anggapan negatif tentang Indonesia dan membangun citra positif sebagai negara yang ramah, kaya budaya, dan memiliki keindahan bahari yang mempesona. Pemerintah berharap wisatawan mancanegara akan menyebarkan citra positif ini setelah mengunjungi Indonesia.

II.Diplomasi Kebudayaan dan Citra Indonesia

Penelitian ini menganalisis bagaimana Festival Derawan digunakan sebagai strategi diplomasi kebudayaan untuk memperbaiki citra Indonesia. Diplomasi kebudayaan, bagian dari soft diplomacy, dilakukan melalui berbagai aktor, termasuk pemerintah dan swasta, untuk mempengaruhi opini publik internasional dan mencapai kepentingan nasional. Tujuannya adalah mengubah persepsi negatif tentang Indonesia menjadi citra yang positif, misalnya sebagai negara yang ramah, kaya akan keanekaragaman budaya, dan memiliki keindahan bahari yang mempesona. Festival Derawan, dengan tema "Derawan for Future", bertujuan mempromosikan Kepulauan Derawan sebagai destinasi wisata unggulan dan berkontribusi pada nation branding Indonesia.

1. Diplomasi Kebudayaan sebagai Soft Diplomacy

Bagian ini menjelaskan diplomasi kebudayaan sebagai bagian dari soft diplomacy, yang dianggap efektif untuk mencapai kepentingan nasional karena pelaksanaannya yang damai tanpa paksaan. Diplomasi kebudayaan memanfaatkan berbagai sarana, termasuk kesenian, pertukaran pelajar, olahraga, dan pariwisata, untuk mempengaruhi opini publik dan mendukung kebijakan politik luar negeri. Berbagai aktor terlibat dalam pelaksanaan diplomasi kebudayaan, mulai dari pemerintah dan non-pemerintah hingga individu dan kelompok, dengan berbagai pola interaksi. Tujuan utama diplomasi kebudayaan adalah mempengaruhi opini publik untuk mendukung kebijakan politik luar negeri tertentu, menunjukkan bahwa ini bukanlah pendekatan yang kaku, tetapi fleksibel dan informal yang dapat melengkapi diplomasi jalur formal.

2. Peran Diplomasi Publik dalam Diplomasi Kebudayaan

Diplomasi kebudayaan memerlukan keterlibatan publik untuk memperjuangkan kepentingan nasional melalui penyebaran informasi dan mempengaruhi opini publik. Diplomasi publik menjadi upaya alternatif untuk meningkatkan efektivitas diplomasi dan memberikan dampak yang luas pada masyarakat internasional. Keterlibatan publik membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan oleh wakil-wakil pemerintah, serta memberikan masukan dan sudut pandang yang berbeda dalam memandang suatu masalah. Diplomasi kebudayaan bertujuan untuk membangun pemahaman, memberikan informasi, dan mempengaruhi (membangun citra) negara lain melalui budaya. Hal ini meningkatkan apresiasi dan pemahaman, membangun saling pengertian, dan memperbaiki citra negara. Dengan kata lain, diplomasi publik melibatkan publik secara aktif dalam agenda diplomasi, yang didorong oleh akses informasi yang mudah dan peran media yang signifikan.

3. Membangun Citra Positif Indonesia melalui Diplomasi Kebudayaan

Diplomasi kebudayaan bertujuan untuk mencapai kepentingan negara dengan memahami, menginformasikan, dan mempengaruhi negara lain melalui budaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan apresiasi, pemahaman, dan citra positif negara. Pemerintah Indonesia berupaya memperbaiki citra negatif yang mungkin ada dengan mempromosikan aspek-aspek positif Indonesia melalui pariwisata dan budaya. Citra positif sangat penting bagi suatu negara karena meningkatkan rasa hormat, penghargaan, dan kepercayaan dari negara lain, memudahkan kerjasama internasional, dan pencapaian kepentingan nasional. Membangun citra positif berarti tidak hanya mengubah citra negatif menjadi positif, tetapi juga mempertahankan dan meningkatkan citra positif yang sudah ada.

III.Festival Derawan 2013 sebagai Sarana Diplomasi

Festival Derawan 2013, meskipun hanya mendampingi Sail Komodo 2013, merupakan upaya untuk memperkenalkan Kepulauan Derawan dan secara lebih luas, meningkatkan citra Indonesia di kancah internasional. Event ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan domestik dan mancanegara, menciptakan lapangan kerja, dan memperbaiki ekonomi lokal. Kegiatan-kegiatan seperti pameran budaya, pertunjukan seni tari (misalnya, tarian kolosal “Keindahan Pulau Derawan” dengan 300 penari lokal), dan negosiasi kerjasama internasional, menjadi bagian dari strategi diplomasi publik dan diplomasi kebudayaan untuk mencapai kepentingan nasional.

1. Festival Derawan 2013 Upaya Diplomasi Pariwisata dan Ekonomi

Festival Derawan 2013, meskipun awalnya dirancang sebagai pendamping Sail Komodo 2013, diposisikan sebagai upaya diplomasi yang signifikan bagi Indonesia. Festival ini tidak hanya difokuskan pada aspek pariwisata, tetapi juga sebagai strategi untuk memulihkan krisis ekonomi dan citra Indonesia di kancah internasional. Dengan mengusung tema "Derawan for Future", festival ini bertujuan untuk mempromosikan keindahan alam Kepulauan Derawan sebagai destinasi wisata unggulan Indonesia, sekaligus menarik wisatawan domestik dan mancanegara. Keberhasilan festival diharapkan dapat memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia, bukan hanya pada tingkat nasional, tetapi juga pada tingkat lokal, khususnya bagi masyarakat Kepulauan Derawan yang dapat mengembangkan bisnis di sektor suvenir, penginapan, rumah makan, kesenian, dan transportasi.

2. Strategi Diplomasi Publik dalam Festival Derawan

Festival Derawan 2013 dirancang sebagai bagian dari strategi diplomasi publik Indonesia. Melalui event ini, Indonesia berupaya mempromosikan objek wisata yang belum populer di dunia internasional selain Bali, sekaligus memperbaiki citra negara. Dengan menampilkan keindahan alam Kepulauan Derawan dan keunikan budayanya, Indonesia berharap dapat menarik perhatian media lokal dan internasional, menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia merupakan negara yang aman dan menarik untuk dikunjungi. Kegiatan-kegiatan dalam festival, seperti pameran budaya dan kesenian, pertunjukan tari kolosal "Keindahan Pulau Derawan" dengan 300 penari lokal, dan negosiasi kerjasama internasional, merupakan bagian integral dari strategi diplomasi publik ini. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan opini positif masyarakat internasional terhadap Indonesia.

3. Festival Derawan dan Pencapaian Kepentingan Nasional

Festival Derawan 2013 diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia. Selain dampak ekonomi langsung dan terciptanya lapangan kerja, festival ini diharapkan dapat meningkatkan citra positif Indonesia di dunia internasional. Dengan memperkenalkan objek-objek wisata baru dan keindahan alam Indonesia, festival ini juga berperan dalam membangun kepercayaan publik negara lain untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia. Peningkatan reputasi negara melalui festival ini merupakan bentuk pelayanan yang baik bagi warga negara Indonesia dan warga negara asing. Di pasar global, citra negara sangat penting untuk sektor perdagangan, investasi, dan pariwisata, mempengaruhi bagaimana warga negara diperlakukan di luar negeri.

IV.Konservasi Penyu dan Pariwisata Berkelanjutan

Kepulauan Derawan merupakan habitat penyu hijau terbesar di Asia Tenggara. Upaya konservasi penyu, yang melibatkan pemerintah dan LSM, diharapkan dapat meningkatkan citra positif Indonesia di dunia internasional sebagai negara yang peduli terhadap spesies yang dilindungi. Hal ini diintegrasikan ke dalam strategi pariwisata berkelanjutanKepulauan Derawan, yang diharapkan dapat menjadi tujuan wisata internasional yang terkemuka, menandingi popularitas Bali.

1. Kepulauan Derawan Konservasi Penyu dan Keanekaragaman Hayati

Kepulauan Derawan di Kalimantan Timur, khususnya Kabupaten Berau, merupakan kawasan penting bagi konservasi penyu. Pulau-pulau seperti Maratua, Derawan, Sangalaki, dan Kakaban menjadi habitat bagi penyu hijau dan penyu sisik, yang merupakan spesies dilindungi. Selain penyu, Kepulauan Derawan juga memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi, termasuk ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Spesies lain yang dilindungi di kawasan ini antara lain paus, lumba-lumba, kima, ketam kelapa, duyung, dan ikan barakuda. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang menetapkan semua jenis penyu sebagai spesies yang dilindungi. Upaya konservasi penyu telah dilakukan di berbagai tempat, termasuk di Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Alas Purwo, Suaka Margasatwa Jamursba Medi Irian Jaya, dan Pulau Derawan. Salah satu upaya konservasi yang dilakukan adalah menyelamatkan telur penyu di pantai, membesarkannya, dan melepaskannya ke laut. The Nature Conservancy menyebutkan Kepulauan Derawan sebagai surga maritim yang unik karena memiliki berbagai ekosistem, termasuk muara dan bakau, serta menjadi lintasan mamalia laut dan rumah bagi populasi penyu hijau terbesar di Asia Tenggara.

2. Pariwisata Berkelanjutan dan Citra Positif Indonesia

Kepulauan Derawan, dengan keunikan keindahan wisata baharinya dan kawasan konservasi penyu, berpotensi besar menjadi daerah tujuan wisata internasional. Kerjasama antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam konservasi penyu diharapkan dapat meningkatkan citra positif Indonesia di dunia internasional. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap pelestarian spesies yang dilindungi. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Kabupaten Berau juga menyatakan bahwa penyu merupakan hewan yang dilindungi, meskipun peraturan daerah khusus belum ada, hanya beberapa dalam bentuk Surat Keputusan Bupati. Kawasan Konservasi Laut (KKLD), Taman Wisata Alam Laut Pulau Sangalaki, dan Suaka Margasatwa Pulau Semama telah ditetapkan sejak Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 604/Kpts/UM/1982. Pariwisata berkelanjutan di Kepulauan Derawan tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga pada pelestarian lingkungan dan peningkatan citra positif Indonesia.

V.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis tingkat negara-bangsa, memperhatikan perilaku pembuat kebijakan dalam konteks hubungan internasional. Analisis data dilakukan dalam tiga tahap: pemeriksaan data, pengolahan data, dan interpretasi data. Penelitian ini juga mengacu pada studi sebelumnya oleh Abdul Rasyid Sahar tentang pencitraan Afrika Selatan melalui penyelenggaraan Piala Dunia.

1. Level Analisis Negara Bangsa

Penelitian ini menggunakan level analisis negara-bangsa, berdasarkan pandangan Mohtar Mas’oed. Analisis ini mengasumsikan bahwa semua pembuat kebijakan, di mana pun berada, memiliki perilaku yang serupa dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sama. Oleh karena itu, variasi perilaku antar kelompok pembuat kebijakan dalam satu negara atau antar negara dianggap kurang relevan. Fokus analisis diarahkan pada perilaku unit negara-bangsa sebagai entitas utuh. Perilaku personal, kelompok, organisasi, lembaga, dan proses perpolitikan hanya diperhatikan sejauh berkaitan dengan tindakan internasional negara tersebut. Intinya, penelitian ini mempelajari proses pembuatan kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh suatu negara-bangsa sebagai unit yang utuh dalam konteks hubungan internasional.

2. Metode Analisis Data Tiga Tahapan

Metode analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan. Pertama, pemeriksaan data untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran data yang dibutuhkan. Kedua, pengolahan data dengan memilah-milah data sesuai dengan kategorinya masing-masing. Ketiga, analisis dan interpretasi data, di mana data yang telah dipilah-pilah kemudian dianalisis dan diinterpretasikan oleh peneliti untuk menarik kesimpulan dan menghasilkan model yang ditemukan dari penelitian. Dengan demikian, metode ini menekankan pada proses yang sistematis dan terstruktur dalam menganalisis data yang dikumpulkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

VI.Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana Festival Derawan 2013 digunakan sebagai strategi diplomasi kebudayaan untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia, termasuk peningkatan citra negara dan promosi pariwisataKepulauan Derawan. Suksesnya event ini akan berkontribusi pada nation branding Indonesia dan menunjukkan komitmen Indonesia terhadap konservasi dan pariwisata berkelanjutan.

1. Peran Festival Derawan dalam Diplomasi Kebudayaan dan Peningkatan Citra Indonesia

Kesimpulan penelitian ini menegaskan peran Festival Derawan 2013 sebagai media diplomasi kebudayaan Indonesia yang efektif. Festival ini berhasil menggabungkan promosi pariwisata dengan upaya peningkatan citra positif Indonesia di mata internasional. Dengan menampilkan keindahan alam Kepulauan Derawan dan keunikan budayanya, festival ini diharapkan mampu mengubah persepsi negatif menjadi citra positif Indonesia sebagai negara yang ramah, kaya akan keanekaragaman budaya, dan memiliki keindahan bahari yang mempesona. Keberhasilan ini berkontribusi pada nation branding Indonesia dan menunjukkan komitmen Indonesia terhadap pariwisata berkelanjutan serta konservasi lingkungan, khususnya konservasi penyu di Kepulauan Derawan.

2. Dampak Ekonomi dan Sosial Festival Derawan

Selain dampak diplomatik, Festival Derawan juga memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia, khususnya di Kepulauan Derawan. Event ini menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha di sektor pariwisata, seperti penjualan suvenir, penginapan, rumah makan, dan jasa transportasi. Dengan demikian, Festival Derawan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal di samping tujuan utamanya dalam diplomasi kebudayaan dan peningkatan citra Indonesia. Ini menunjukkan bagaimana event berskala internasional dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan.