Pengaruh Standardisasi Kelayakan Pemberian Kredit terhadap UMKM di PT. Bank Mandiri

Pengaruh Standardisasi Kelayakan Pemberian Kredit terhadap UMKM di PT. Bank Mandiri

Informasi dokumen

Penulis

Jan Ruben Tarigan

instructor Dra. Setri Hiyanti Siregar, M.Si.
Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Manajemen
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 2.25 MB
  • Standardisasi Kelayakan Kredit
  • Pemberian Kredit UMKM
  • Bank Mandiri

Ringkasan

I.Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Skripsi ini meneliti pengaruh standardisasi kelayakan pemberian kredit terhadap pemberian kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di PT. Bank Mandiri - Micro Banking District Center (MBDC) Medan Pulau Pinang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya peran bank dalam perekonomian, khususnya dalam pembiayaan UMKM, dan tantangan yang dihadapi bank dalam mengelola risiko kredit dan memastikan akses kredit yang mudah bagi UMKM. Masalah yang dikaji adalah bagaimana standardisasi kelayakan kredit di Bank Mandiri mempengaruhi pemberian kredit kepada UMKM di lokasi tersebut. Permasalahan ini relevan karena sektor UMKM di Indonesia memiliki potensi besar namun masih menghadapi kendala akses pembiayaan.

1. Pentingnya Peran Bank dan Perkreditan UMKM

Bagian ini menekankan meningkatnya kebutuhan peran bank dalam berbagai sektor ekonomi, termasuk industri, perdagangan, pertanian, peternakan, dan jasa. Kolaborasi yang baik antara bank dan pihak ketiga sangat penting untuk kelancaran perekonomian. Seiring pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan sumber dana untuk membiayai kegiatan ekonomi juga meningkat, dan kredit memainkan peran penting, khususnya di negara berkembang. Sistem pemberian kredit UMKM yang buruk dapat berakibat fatal, seperti keterlambatan bank dalam mengetahui kemampuan debitur atau kebangkrutan debitur, yang berujung pada kredit bermasalah. Proses pengambilan keputusan pemberian kredit umumnya didasarkan pada analisis kredit, baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kuantitatif fokus pada kemampuan nasabah mengembalikan pinjaman dan bunga, menggunakan analisis rasio keuangan dari laporan keuangan dan metode analisis horizontal. Bank berperan sebagai perantara keuangan, menghimpun dana dari masyarakat surplus dan menyalurkannya kepada masyarakat yang defisit dana.

2. Tantangan dan Peluang Kredit UMKM

Dipaparkan bahwa fungsi bank sebagai lembaga mediasi seringkali dianggap kurang berpihak pada sektor mikro dan belum sepenuhnya mengikuti dinamika pasar (not follow the trade market). Hal ini dipahami karena prinsip kehati-hatian (prudent banking) yang dianut bank. Namun, diharapkan bank dapat menjadi pemimpin pasar (lead the trade market) dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian, fokus pada risiko yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan, serta menyempurnakan proses persetujuan kredit. Prospek pasar kredit UMKM sangat besar karena masih banyak UMKM yang belum mengakses layanan perbankan. Ketahanan UMKM terhadap resesi ekonomi lebih tinggi dibandingkan usaha besar, menjadi daya tarik bagi perbankan. Krisis ekonomi moneter di masa lalu memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya prinsip kehati-hatian (prudent banking) dan manajemen risiko (risk assessment & mitigation) dalam penyaluran kredit untuk menghindari kredit bermasalah dan mencegah masalah perbankan. Data penyebaran geografis kredit mikro dan kecil menunjukkan bahwa pasar terkonsentrasi di Jawa dan Bali (70%), sementara Sumatera memiliki potensi besar (7-8 juta unit usaha) dengan penetrasi perbankan yang relatif rendah (sekitar 14%). Bank Mandiri, dengan fokus pada kecepatan, kesederhanaan, dan kedekatan hubungan, berupaya mengelola risiko kredit baik pada tingkat transaksi maupun portofolio untuk menjaga kualitas kredit dan menghindari kredit macet (NPL).

3. Permasalahan dan Rumusan Masalah Penelitian

Keterbatasan informasi debitur, biaya aplikasi kredit yang relatif tinggi, dan rendahnya tingkat pendidikan debitur menyebabkan proses pengajuan dan persetujuan kredit menjadi lamban dan rumit. Bank Mandiri, dalam hal ini, berada pada posisi follow the leader, sementara bank lain seperti BRI dan Danamon bertindak sebagai lead of the market dengan proses kredit yang lebih cepat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui pengaruh standardisasi kelayakan pemberian kredit terhadap pemberian kredit UMKM di PT Bank Mandiri MBDC Medan Pulau Pinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh standardisasi kelayakan kredit terhadap pemberian kredit kepada UMKM, khususnya di wilayah Medan Pulau Pinang. Studi ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi akses UMKM terhadap kredit, serta implikasi dari standardisasi tersebut terhadap kelancaran bisnis UMKM. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan strategi perbankan dalam mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia. Penelitian ini juga memberikan gambaran nyata tentang kondisi dan tantangan yang dihadapi UMKM dalam mengakses kredit di suatu wilayah spesifik.

II.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah seluruh debitur UMKM di Bank Mandiri MBDC Medan Pulau Pinang, berjumlah 8900 orang. Sampel sebanyak 99 debitur dipilih menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang mengukur variabel-variabel yang mempengaruhi pemberian kredit, termasuk dokumen usaha, agunan, kondisi usaha, dan aspek keuangan. Analisis data menggunakan uji regresi untuk menguji hipotesis pengaruh standardisasi kelayakan kredit terhadap pemberian kredit UMKM.

1. Desain Penelitian dan Populasi Sampel

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk mengkaji pengaruh standardisasi kelayakan pemberian kredit terhadap pemberian kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Populasi penelitian meliputi seluruh debitur UMKM di PT. Bank Mandiri - Micro Banking District Center (MBDC) Medan Pulau Pinang, berjumlah 8900 orang. Karena jumlah populasi yang besar, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling untuk mendapatkan sampel yang representatif. Jumlah sampel yang diambil adalah 99 debitur UMKM. Pemilihan metode purposive sampling didasarkan pada pertimbangan tertentu untuk memastikan sampel yang terpilih sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang akurat dan relevan dengan tujuan penelitian. Teknik ini dipilih untuk efisiensi dan efektifitas dalam pengumpulan dan analisis data, mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya yang tersedia dalam penelitian skripsi.

2. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data utama dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner. Kuesioner yang digunakan dirancang untuk mengukur variabel-variabel yang mempengaruhi pemberian kredit UMKM, termasuk aspek-aspek penting seperti dokumen usaha, agunan yang dimiliki debitur, kondisi usaha debitur, dan aspek keuangan debitur. Kuesioner tersebut disebarkan kepada sampel debitur UMKM yang telah dipilih melalui metode purposive sampling. Penggunaan kuesioner memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data secara sistematis dan terstruktur dari sejumlah besar responden. Selain itu, penggunaan kuesioner juga memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban secara jujur dan tanpa tekanan. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.

3. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui kuesioner, dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk memastikan kualitas data yang diperoleh. Uji validitas menggunakan koefisien korelasi (r), di mana butir instrumen dinyatakan valid jika r ≥ 0,361. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi alat ukur (kuesioner) menggunakan koefisien (r). Instrumen dinyatakan reliabel jika koefisien (r) positif dan signifikan. Proses pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan menggunakan software SPSS 17.0 for windows. Selanjutnya, analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis pengaruh standardisasi kelayakan kredit terhadap pemberian kredit UMKM. Analisis ini kemungkinan melibatkan uji regresi, yang akan menguji hubungan antara variabel dependen (pemberian kredit UMKM) dan variabel independen (standardisasi kelayakan kredit dan variabel lainnya seperti dokumen usaha, agunan, kondisi usaha, dan aspek keuangan). Hasil analisis regresi akan menunjukkan signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

III.Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, standardisasi kelayakan kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit UMKM di PT. Bank Mandiri MBDC Medan Pulau Pinang. Uji-t menunjukkan variabel dokumen usaha memiliki pengaruh paling dominan, diikuti oleh agunan, kondisi usaha, dan aspek keuangan. Temuan ini mengindikasikan bahwa penyederhanaan persyaratan, terutama terkait dokumen usaha dan agunan, dapat meningkatkan akses kredit UMKM. Penelitian juga menemukan bahwa 35,6% dari variasi pemberian kredit dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang diteliti, sementara sisanya dipengaruhi faktor lain.

1. Pengaruh Standardisasi Kelayakan Kredit secara Keseluruhan

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan dari standardisasi kelayakan kredit terhadap pemberian kredit UMKM di PT Bank Mandiri MBDC Medan Pulau Pinang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung (14.546) yang lebih besar dari F tabel (2.495) pada α = 5%, dengan tingkat signifikansi 0.000. Temuan ini mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa standardisasi kelayakan kredit berpengaruh positif terhadap pemberian kredit UMKM. Artinya, semakin baik standardisasi kelayakan kredit yang diterapkan, maka semakin besar kemungkinan UMKM mendapatkan akses kredit. Namun, perlu diingat bahwa hanya 35,6% variasi dalam pemberian kredit yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang diteliti, menunjukkan adanya faktor lain yang juga berpengaruh yang tidak termasuk dalam lingkup penelitian ini.

2. Pengaruh Variabel Variabel Independen

Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh masing-masing variabel independen (dokumen usaha, agunan, kondisi usaha, dan aspek keuangan) terhadap variabel dependen (pemberian kredit UMKM). Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel dokumen usaha memiliki pengaruh paling dominan (t hitung 4.266 > t tabel 1.46, signifikansi 0.000). Artinya, kelengkapan dokumen usaha sangat berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit. Variabel agunan juga berpengaruh signifikan (t hitung 3.249 > t tabel 1.46), menunjukkan bahwa jaminan yang diberikan debitur turut mempengaruhi keputusan pemberian kredit. Kondisi usaha (t hitung 2.564 > t tabel 1.46, signifikansi 0.012) dan aspek keuangan (t hitung 2.676 > t tabel 1.46) juga berpengaruh positif dan signifikan, meskipun pengaruhnya lebih kecil dibandingkan dokumen usaha dan agunan. Temuan ini mengindikasikan bahwa persyaratan terkait dokumen usaha dan agunan dianggap memberatkan debitur, sehingga perlu dipertimbangkan penyederhanaan prosedur.

3. Pembahasan Implikasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa standardisasi kelayakan kredit secara keseluruhan berpengaruh positif terhadap pemberian kredit UMKM. Akan tetapi, beberapa aspek dalam proses standardisasi, khususnya persyaratan dokumen usaha dan agunan, dianggap memberatkan oleh debitur UMKM. Hal ini menunjukkan perlunya penyesuaian dan penyederhanaan prosedur pemberian kredit agar lebih mudah diakses oleh UMKM. Meskipun Bank Mandiri telah berupaya mempermudah persyaratan kredit, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan aksesibilitas pembiayaan bagi UMKM. Hasil penelitian ini juga menyoroti pentingnya peran bank dalam mensosialisasikan perlunya kelengkapan dokumen usaha agar UMKM lebih memahami dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kesimpulannya, penelitian ini memberikan bukti empiris tentang pentingnya standardisasi kelayakan kredit, namun juga menggarisbawahi pentingnya pertimbangan terhadap faktor-faktor yang dapat menyulitkan akses kredit bagi UMKM, seperti persyaratan administrasi yang rumit.

IV.Kesimpulan dan Saran

Kesimpulannya, standardisasi kelayakan pemberian kredit di Bank Mandiri MBDC Medan Pulau Pinang terbukti berpengaruh positif terhadap pemberian kredit UMKM. Saran yang diberikan adalah agar Bank Mandiri menyesuaikan proses pemberian kredit dengan karakteristik UMKM, menyederhanakan persyaratan terutama terkait dokumen usaha dan agunan, dan meningkatkan sosialisasi mengenai pentingnya kelengkapan dokumen usaha bagi UMKM. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi akses kredit UMKM dan untuk memperluas cakupan geografis penelitian.

1. Kesimpulan Penelitian

Penelitian ini menyimpulkan bahwa standardisasi kelayakan pemberian kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit UMKM di PT Bank Mandiri MBDC Medan Pulau Pinang. Pengaruh ini dibuktikan melalui uji F dan uji t. Uji F menunjukkan pengaruh signifikan secara simultan dari variabel-variabel independen (dokumen usaha, agunan, kondisi usaha, dan aspek keuangan) terhadap variabel dependen (pemberian kredit UMKM). Uji t lebih lanjut mengungkap bahwa variabel dokumen usaha memiliki pengaruh paling dominan, diikuti oleh agunan, aspek keuangan, dan kondisi usaha. Temuan ini menunjukkan bahwa standardisasi yang baik meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM, namun beberapa aspek standardisasi, khususnya persyaratan dokumen dan agunan, masih perlu penyederhanaan untuk mengurangi hambatan akses kredit bagi UMKM. Hanya 35,6% dari variasi pemberian kredit yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang diteliti, mengindikasikan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemberian kredit UMKM.

2. Saran untuk Bank Mandiri dan Penelitian Selanjutnya

Berdasarkan temuan penelitian, disarankan agar PT Bank Mandiri menyesuaikan proses pemberian kredit UMKM dengan karakteristik usaha masing-masing dan meningkatkan akses kredit dengan menyederhanakan proses, terutama terkait persyaratan dokumen usaha dan agunan. Sosialisasi yang lebih intensif dari pihak bank tentang pentingnya kelengkapan dokumen usaha juga diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan debitur UMKM. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperluas cakupan penelitian dengan memasukkan variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi pemberian kredit UMKM, seperti faktor-faktor eksternal dan internal yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Penelitian juga dapat memperluas cakupan geografis untuk membandingkan hasil penelitian dengan kondisi di daerah lain. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi bank dan pemangku kepentingan lain dalam merumuskan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM dan mendorong pertumbuhan ekonomi.