
Pengaruh Budaya Hallyu dan Kekuatan Nasional Korea Selatan dalam Hubungan Internasional
Informasi dokumen
Sekolah | Universitas Tidak Disebutkan |
Jurusan | Hubungan Internasional |
Tempat | Kota Tidak Disebutkan |
Jenis dokumen | Skripsi/Tesis/Makalah |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 224.54 KB |
- Hubungan Internasional
- Kekuatan Nasional
- Budaya Hallyu
Ringkasan
I.Latar Belakang Pengaruh Budaya Korea Selatan di Etnis Cia cia Kota Bau bau
Penelitian ini meneliti fenomena adopsi Aksara Hangeul oleh Etnis Cia-cia di Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Adopsi ini dikaji sebagai bentuk diplomasi budaya Korea Selatan dan dampaknya terhadap perubahan sosial dan budaya di komunitas tersebut. Korea Selatan, sebagai negara middle power, memiliki pengaruh global yang signifikan, termasuk dalam penyebaran Hallyu atau Korean Wave. Studi ini menelusuri bagaimana Hallyu, khususnya penerapan Aksara Hangeul, telah mempengaruhi identitas dan kehidupan masyarakat Cia-cia sejak tahun 2009 hingga 2014. Penelitian ini juga akan meninjau peran lembaga riset bahasa Korea, Hunminjeongeum Research Institute, dalam kerjasama dengan Pemerintah Kota Bau-bau.
1. Konsep Kekuasaan Power dalam Hubungan Internasional
Bagian ini membahas konsep 'power' atau kekuasaan dalam hubungan internasional, merujuk pada definisi Hans Morgenthau yang menggambarkannya sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain. Lebih lanjut dijelaskan klasifikasi National Power menjadi empat kategori: super power, great power, regional power, dan middle power. Korea Selatan dikategorikan sebagai middle power, yang mampu memberikan pengaruh pada negara lain, meskipun bukan kekuatan besar. Penjelasan ini memberikan konteks penting untuk memahami bagaimana Korea Selatan, meskipun bukan kekuatan besar, mampu menjalankan pengaruhnya di kancah internasional, termasuk dalam penyebaran budaya dan diplomasi.
2. Pengaruh Budaya Korea Selatan Aksara Hangeul dan Hallyu
Bagian ini menggarisbawahi pengaruh signifikan budaya Korea Selatan, khususnya melalui adopsi Aksara Hangeul dan fenomena Hallyu (Korean Wave). Aksara Hangeul secara resmi diterapkan di Etnis Cia-cia, Kelurahan Karya Baru, Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara, sejak tahun 2009. Proses ini bermula dari penelitian Profesor Chun Thay Hyun pada tahun 2005 yang melihat potensi aksara Hangeul untuk mengatasi ketidakadaan sistem penulisan tetap dalam Bahasa Cia-cia. Hallyu, sebagai gelombang popularitas budaya Korea di luar negeri, telah berperan besar dalam penerimaan budaya Korea di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kepopuleran Hallyu, yang dimulai sekitar tahun 2002, menunjukkan daya tarik budaya Korea yang kuat, yang juga berkontribusi pada penerimaan Aksara Hangeul di Cia-cia.
3. Implementasi Aksara Hangeul di Etnis Cia cia dan Dampaknya
Sub-bab ini menjelaskan implementasi Aksara Hangeul di Etnis Cia-cia, Kota Bau-bau. Penggunaan Aksara Hangeul meluas hingga penamaan jalan, sekolah, dan buku panduan belajar Bahasa Korea. Bahkan guru Bahasa Korea didatangkan langsung dari Korea Selatan. Hal ini menunjukkan dampak signifikan dari penerapan Aksara Hangeul, yang bukan hanya sekedar adopsi sistem penulisan, tetapi juga memicu minat belajar Bahasa Korea dan pertukaran budaya secara luas. Kerjasama Pemerintah Kota Bau-bau dengan Hunminjeongeum Research Institute, sebuah lembaga riset bahasa Korea, semakin memperkuat program ini, dengan penyusunan kurikulum muatan lokal Bahasa Cia-cia menggunakan huruf Korea untuk tingkat SD hingga SMA. Ini menunjukkan sebuah strategi yang terencana dalam penyebaran dan penerapan Aksara Hangeul.
4. Eksistensi Budaya Korea Selatan di Etnis Cia cia dan Perkembangannya
Bagian ini membahas eksistensi dan peran budaya Korea Selatan di Etnis Cia-cia, khususnya di Kelurahan Karya Baru, Kota Bau-bau. Adanya penggunaan Aksara Hangeul dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pengaruh yang kuat dan berkelanjutan dari budaya Korea. Budaya Korea Selatan tidak hanya sekedar diadopsi, tetapi telah berhasil berintegrasi dan bahkan menambah kekayaan tradisi masyarakat Cia-cia. Fenomena ini menunjukkan keberhasilan diplomasi budaya Korea Selatan dalam menyebarkan budaya dan menjalin hubungan yang positif dengan masyarakat lokal. Penelitian ini selanjutnya akan menganalisis bagaimana perkembangan ini terjadi dari tahun 2009 hingga 2014.
II.Tujuan Penelitian Mendeskripsikan Perkembangan Budaya Korea Selatan di Etnis Cia cia
Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan secara detail perkembangan Budaya Korea Selatan, khususnya penggunaan Aksara Hangeul, di Etnis Cia-cia, Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara pada tahun 2009-2014. Fokusnya pada bagaimana adopsi aksara ini berdampak pada perubahan sosial dan budaya masyarakat Cia-cia, serta peran diplomasi budaya dalam proses tersebut.
1. Deskripsi Perkembangan Budaya Korea Selatan di Etnis Cia cia
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran detail mengenai perkembangan budaya Korea Selatan di Etnis Cia-cia, Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara pada tahun 2014. Fokusnya adalah pada bagaimana budaya Korea Selatan, khususnya penggunaan Aksara Hangeul, telah berkembang dan berdampak pada masyarakat Cia-cia. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara komprehensif proses adopsi dan implementasi Aksara Hangeul, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat Cia-cia. Aspek yang akan dikaji mencakup penggunaan Aksara Hangeul dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari, perubahan perilaku dan kebiasaan masyarakat, dan interaksi antara budaya Korea Selatan dengan budaya lokal. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang dinamika perubahan budaya yang terjadi akibat interaksi ini.
2. Analisis Dampak Budaya Korea Selatan pada Perubahan Sosial dan Budaya Masyarakat Cia cia
Tujuan penelitian ini juga mencakup analisis mendalam mengenai dampak perkembangan budaya Korea Selatan terhadap perubahan sosial dan budaya di Etnis Cia-cia. Penelitian akan mengkaji bagaimana adopsi Aksara Hangeul telah memicu perubahan dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat, termasuk pendidikan, komunikasi, dan identitas budaya. Selain itu, penelitian akan memperhatikan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam struktur sosial, nilai-nilai budaya, dan sistem kepercayaan masyarakat Cia-cia. Analisis ini akan menggunakan kerangka teoritis yang relevan untuk memahami proses perubahan sosial dan budaya yang kompleks, dan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai dampak globalisasi budaya dan proses akulturasi budaya.
III.Penelitian Terdahulu dan Kerangka Konsep
Penelitian sebelumnya oleh Muhammad Nurckhalik Djirimu membahas kerjasama sister city Bau-bau-Seoul, dan Reza Lukmanda Yudhantara meneliti Hallyu sebagai soft power Korea Selatan di Indonesia. Penelitian ini akan memperluas pemahaman dengan menganalisis fenomena di Cia-cia melalui kerangka konsep perubahan sosial dan budaya serta diplomasi budaya, mengurai bagaimana adopsi Aksara Hangeul mempengaruhi identitas dan kehidupan masyarakat Cia-cia, dan menganalisis kerjasama antara Pemerintah Kota Bau-bau dan Hunminjeongeum Research Institute.
1. Penelitian Terdahulu tentang Kerjasama Budaya dan Hallyu
Tinjauan pustaka mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan. Pertama, penelitian Muhammad Nurckhalik Djirimu berjudul “Peluang dan tantangan Kerjasama Sister City Kota Bau-bau-Seoul” menganalisis diplomasi budaya dalam kerjasama sister city antara Kota Bau-bau dan Seoul, strategi memaksimalkan MoU, serta peluang dan tantangannya. Penelitian ini relevan karena menyoroti kerjasama budaya antara Indonesia dan Korea Selatan, khususnya di Kota Bau-bau, yang menjadi fokus penelitian utama. Kedua, penelitian Reza Lukmanda Yudhantara, “Hallyu sebagai Soft Power Korea Selatan di Indonesia,” menganalisis Hallyu sebagai soft power dan respons Indonesia terhadapnya. Penelitian ini memberikan wawasan mengenai dampak budaya populer Korea di Indonesia yang relevan untuk memahami konteks pengaruh budaya Korea di Kota Bau-bau. Keduanya memberikan landasan untuk memahami fenomena yang dikaji, namun penelitian ini akan menganalisis fenomena tersebut dengan pendekatan yang berbeda.
2. Kerangka Konsep Diplomasi Budaya dan Perubahan Sosial Budaya
Penelitian ini menggunakan kerangka konseptual yang relevan dengan fenomena yang diteliti. Konsep utama yang digunakan adalah diplomasi budaya dan perubahan sosial budaya. Diplomasi budaya didefinisikan sebagai inisiasi dan fasilitasi pertukaran budaya untuk mempromosikan kepentingan nasional dan membangun saling pengertian. Penelitian mengacu pada definisi Milton C. Cummings dari Institute for Cultural Diplomacy, yang menekankan pertukaran ide, informasi, nilai, dan aspek budaya lainnya untuk meningkatkan saling pengertian. Dalam konteks penelitian ini, penerapan Aksara Hangeul di Etnis Cia-cia dilihat sebagai bagian dari diplomasi budaya Korea Selatan. Selain itu, konsep perubahan sosial dan budaya digunakan untuk menganalisis dampak adopsi Aksara Hangeul terhadap masyarakat Cia-cia. Perubahan sosial dan budaya dikaitkan dengan penerimaan cara-cara baru dan inovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, serta faktor-faktor yang mendukung, seperti penemuan dan inovasi baru. Penelitian ini berhipotesis bahwa kehidupan sosial dan budaya masyarakat Cia-cia akan mengalami perubahan seiring dengan adopsi Aksara Hangeul.
IV.Metodologi Penelitian Pendekatan Deskriptif dan Induktif
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan fenomena adopsi Aksara Hangeul di Etnis Cia-cia. Analisis data bersifat induktif, menggabungkan data lapangan dan pengelompokan data untuk memahami dampak Budaya Korea Selatan pada perubahan sosial dan budaya masyarakat Cia-cia. Penelitian ini mengkaji bagaimana penerapan Aksara Hangeul telah berdampak signifikan terhadap Bahasa Cia-cia dan identitas budaya lokal.
1. Metode Penelitian Pendekatan Deskriptif
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk memberikan gambaran faktual mengenai fenomena yang diteliti. Metode deskriptif tidak hanya sebatas pengumpulan dan penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data tersebut. Tujuan penggunaan metode deskriptif adalah untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena adopsi Aksara Hangeul di Etnis Cia-cia berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Penelitian ini akan menguraikan secara rinci bagaimana Aksara Hangeul diterapkan dan digunakan di komunitas tersebut, serta menggambarkan kondisi sosial dan budaya masyarakat Cia-cia sebelum dan sesudah penerapan aksara tersebut. Data yang dikumpulkan akan dianalisis untuk memahami pola dan dampak adopsi aksara Hangeul terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat Cia-cia.
2. Teknik Analisis Data Pendekatan Induktif
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat induktif. Pendekatan induktif dipilih karena selain pengumpulan data, peneliti juga melakukan penelitian lapangan. Data yang diperoleh dari penelitian lapangan kemudian dikelompokkan, dipilah, dan dianalisis secara lengkap, rigit, dan kronologis. Proses analisis yang sistematis ini bertujuan untuk membentuk generalisasi yang valid dan akurat mengenai fenomena adopsi Aksara Hangeul di Etnis Cia-cia. Analisis induktif memungkinkan peneliti untuk membangun kesimpulan berdasarkan bukti empiris yang terkumpul dari penelitian lapangan, sehingga hasil penelitian lebih bersifat objektif dan terpercaya. Proses pengelompokan data yang sistematis akan memudahkan dalam memahami hubungan antara adopsi Aksara Hangeul dan perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat Cia-cia.
Referensi dokumen
- Seoul Teken Kesepakatan dengan Suku Cia-cia Soal Abjad Korea (Rita Uli Hutapea)