Kelemahan Liga Arab dalam Menangani Konflik di Timur Tengah

Kelemahan Liga Arab dalam Menangani Konflik di Timur Tengah

Informasi dokumen

Penulis

Wisnu Ario Windra Pratama

instructor Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si
Sekolah

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Jurusan Hubungan Internasional
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Malang
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 267.98 KB
  • Liga Arab
  • Konflik Timur Tengah
  • Hubungan Internasional

Ringkasan

I.Latar Belakang Kelemahan Liga Arab dalam Mengatasi Konflik di Timur Tengah

Skripsi ini meneliti kelemahan Liga Arab dalam menangani konflik berkepanjangan di Timur Tengah, khususnya periode 1967-2011. Wilayah Timur Tengah, yang kaya akan sumber daya alam, terus dilanda konflik yang melibatkan aktor internal dan eksternal. Penelitian ini menggunakan konsep regionalisme, organisasi internasional, dan intrusive system untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kelemahan Liga Arab.

1. Konflik Berkepanjangan di Timur Tengah dan Peran Lemah Liga Arab

Bagian latar belakang menekankan konflik berkepanjangan di Timur Tengah sebagai isu utama. Wilayah ini, meskipun kaya akan sumber daya alam seperti minyak bumi, terus dilanda berbagai konflik sejak Perang Dunia I hingga periode Perang Dingin dan seterusnya. Intensitas konflik meningkat tajam antara tahun 1967 hingga 2011, melibatkan aktor internal dan eksternal. Peran Liga Arab sebagai organisasi regional dinilai lemah dalam mengatasi konflik-konflik tersebut, mengindikasikan adanya faktor-faktor penyebab yang perlu dikaji lebih lanjut. Pembahasan mengenai peran Liga Arab yang lemah ini menjadi fokus utama penelitian, mengingat seringnya terjadi konflik yang melibatkan negara-negara anggota Liga Arab dan bahkan mengakibatkan perpecahan diantara negara anggota, contohnya ketika terjadi Perang Iran-Irak dan Perang Teluk I yang memecah belah anggota Liga Arab menjadi dua kubu yang besar. Perang enam hari tahun 1967 menjadi titik penting yang menandai perubahan signifikan dalam dinamika konflik dan peran Liga Arab. Kegagalan Liga Arab dalam mencegah dan menyelesaikan konflik-konflik ini menjadi landasan utama penelitian.

2. Sejarah Singkat Liga Arab dan Tujuan Pembentukannya

Dokumen tersebut menyinggung sejarah singkat Liga Arab, yang dibentuk pada 22 Maret 1945 atas usulan Raja Faruk dari Mesir. Pembentukan Liga Arab didorong oleh paham Pan-Arabisme, yang bertujuan menyatukan bangsa-bangsa Arab dari Samudra Atlantik hingga Laut Arab. Selain penyatuan, tujuan pembentukan Liga Arab juga mencakup pembebasan dunia Arab dari dominasi asing dan peningkatan kesejahteraan sosial, budaya, dan ekonomi negara-negara anggota. Awalnya, kerjasama difokuskan pada pembebasan tanah Arab dari penjajahan asing, namun munculnya negara Israel di Palestina mengubah fokus menjadi upaya untuk melawan dan mengusir Israel. Perpecahan di internal Liga Arab mulai terlihat setelah Perang Enam Hari 1967 dan Perang Yom Kippur 1973, dengan adanya kubu radikal dan konservatif dalam menghadapi isu Israel. Perjanjian damai Mesir-Israel tahun 1979 dan pengakuan kedaulatan Israel oleh Mesir menyebabkan Mesir dikeluarkan dari Liga Arab, menunjukkan adanya keretakan dalam soliditas organisasi tersebut dan kemudian diterima kembali tahun 1989, tetapi tetap menjalin kerjasama dengan Israel dan Amerika Serikat.

3. Konflik Konflik Signifikan yang Melemahkan Liga Arab 1967 2011

Dokumen ini mencatat beberapa konflik besar di Timur Tengah antara tahun 1967 dan 2011 yang memperlihatkan kelemahan Liga Arab. Perang Enam Hari (1967) dan Perang Yom Kippur (1973) menjadi titik balik yang menunjukkan ketidakmampuan Liga Arab dalam menghadapi Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat. Perang Iran-Irak (1980-1988) dan Perang Teluk I (1990-1991) memecah belah anggota Liga Arab menjadi dua kubu yang saling berseberangan. Konflik-konflik lain seperti Perang Lebanon Selatan (1978, 1982, 2006, 2007), konflik Palestina-Israel, agresi Amerika Serikat dan koalisi tahun 2003 terhadap Irak, serta Revolusi Arab tahun 2011, menunjukkan ketidakmampuan Liga Arab dalam mencegah dan menyelesaikan konflik-konflik internal dan eksternal di kawasan tersebut. Ketidakmampuan ini semakin memperkuat argumentasi utama penelitian tentang kelemahan Liga Arab dalam menangani masalah di Timur Tengah.

II.Metodologi Penelitian Pendekatan Deskriptif dan Analisis Faktor Faktor Kelemahan Liga Arab

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kelemahan Liga Arab. Analisis difokuskan pada faktor-faktor internal (aspek kelemahan politik, konstitusional, dan institusionalLiga Arab) dan faktor-faktor eksternal (konflik etnis, budaya, sosial, ideologi, perebutan sumber daya alam, perlombaan senjata, dan campur tangan pihak luar—intrusive system). Periode penelitian dibatasi antara tahun 1967 hingga 2011, yang menandai periode konflik signifikan di Timur Tengah.

1. Pendekatan Penelitian Deskriptif dengan Tiga Konsep Utama

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kelemahan Liga Arab. Penelitian ini menggunakan tiga konsep kunci: regionalisme, organisasi internasional, dan intrusive system. Konsep regionalisme digunakan untuk memahami konteks kerja sama regional di Timur Tengah, sementara konsep organisasi internasional digunakan untuk menganalisis struktur dan fungsi Liga Arab sebagai sebuah entitas internasional. Konsep intrusive system, yang menjelaskan tentang intervensi dari luar kawasan, digunakan untuk menganalisis pengaruh kekuatan eksternal terhadap dinamika politik di wilayah tersebut dan perannya terhadap kelemahan Liga Arab. Dengan menggunakan kerangka analisis ini, penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan secara detail faktor-faktor internal dan eksternal yang berkontribusi terhadap kelemahan Liga Arab dalam mengatasi konflik-konflik di Timur Tengah.

2. Analisis Faktor Internal Kelemahan Liga Arab

Analisis faktor internal berfokus pada kelemahan struktural dan kelembagaan Liga Arab. Aspek kelemahan institusional mencakup evaluasi terhadap efektivitas mekanisme dan lembaga-lembaga di dalam Liga Arab. Aspek kelemahan konstitusional menganalisis potensi kekurangan dalam kerangka hukum dan konstitusi organisasi tersebut yang dapat menghambat kinerja dan efektifitasnya. Aspek kelemahan politik mengeksplorasi dinamika politik internal dan persaingan antar negara anggota yang dapat menyebabkan disharmoni dan melemahkan posisi Liga Arab. Dengan menganalisis faktor-faktor internal ini, penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi titik-titik lemah di dalam Liga Arab yang menghambat kemampuannya dalam menangani konflik di Timur Tengah.

3. Analisis Faktor Eksternal Kelemahan Liga Arab

Analisis faktor eksternal menelaah pengaruh berbagai permasalahan dan perbedaan di kawasan Timur Tengah terhadap kinerja Liga Arab. Konflik etnis, perbedaan budaya dan sosial, serta perbedaan ideologi keagamaan dan politik menjadi faktor eksternal yang dipertimbangkan. Persaingan atas sumber daya alam (SDA), perselisihan perbatasan, perlombaan senjata, dan munculnya organisasi regional lain yang serupa dengan Liga Arab juga dianalisis sebagai faktor eksternal yang dapat melemahkan posisi dan pengaruh Liga Arab. Penelitian juga mempertimbangkan peran 'intrusive system', yaitu campur tangan dari kekuatan eksternal seperti negara-negara adidaya, sebagai faktor penting yang memengaruhi dinamika politik regional dan berkontribusi pada kelemahan Liga Arab. Dengan mengkaji faktor-faktor eksternal ini, penelitian akan menjelaskan bagaimana faktor-faktor di luar kendali Liga Arab turut berkontribusi terhadap penurunan perannya.

4. Batasan Waktu dan Level Analisis

Penelitian membatasi cakupan waktu antara tahun 1967 dan 2011. Batasan ini dipilih karena tahun 1967 menandai Perang Enam Hari yang mengubah arah tujuan negara-negara Arab, sedangkan tahun 2011 menandai terjadinya Revolusi Arab dan agresi militer AS ke Libya, peristiwa-peristiwa yang signifikan dalam konteks konflik Timur Tengah dan peran Liga Arab. Penelitian menggunakan level analisis korelasionis, dengan fokus pada sistem regional dan global. Unit eksplanasi (konflik-konflik Timur Tengah) berada pada tingkat yang sejajar dengan unit analisisnya (Liga Arab), memungkinkan analisis yang komprehensif tentang hubungan timbal balik antara konflik regional dan kinerja Liga Arab.

III.Konsep Konsep Penting Regionalisme Organisasi Internasional dan Intrusive System

Penelitian ini mendefinisikan regionalisme sebagai kerjasama antar negara yang didorong oleh faktor geografis, kesamaan budaya, dan sejarah. Organisasi internasional seperti Liga Arab berperan penting dalam memfasilitasi kerjasama tersebut. Intrusive system mengacu pada intervensi kekuatan eksternal (seperti negara adidaya) yang mempengaruhi dinamika politik di kawasan regional, dalam hal ini, Timur Tengah dan Liga Arab.

1. Regionalisme Kerangka Kerja Sama Kawasan

Konsep regionalisme dalam penelitian ini didefinisikan sebagai interaksi antar negara yang berdekatan secara geografis dan memiliki kesamaan etnis, budaya, bahasa, keterkaitan sosial dan sejarah, serta rasa identitas bersama. Definisi ini mengacu pada beberapa pandangan ahli, termasuk Cantori dan Spiegel yang menjelaskan region sebagai interaksi dua atau lebih negara dengan kedekatan geografis dan kesamaan sosiokultural. Coulumbis dan Wolfe memberikan definisi yang lebih terperinci dengan empat kriteria: geografis, militer/politik, ekonomi, dan transaksional. Bruce Russet menambahkan kriteria seperti kemiripan sosiokultural, perilaku politik, keanggotaan organisasi supranasional, interdependensi ekonomi, dan kedekatan geografis. Stubbs dan Underhill menjabarkan tiga elemen penting regionalisme: pengalaman sejarah bersama, keterkaitan antar negara yang erat, dan keberadaan organisasi internasional sebagai wadah kerjasama. Joseph S. Jr. Nye menekankan sifat konsep regionalisme yang ambigu dan terus berkembang sesuai dengan sudut pandang dan konteksnya. Oleh karena itu, konsep regionalisme ini memberikan kerangka penting untuk memahami dinamika kerjasama dan konflik di Timur Tengah.

2. Organisasi Internasional Peran dan Fungsi Liga Arab

Konsep organisasi internasional dalam penelitian ini difokuskan pada peran dan fungsi Liga Arab. Liga Arab dijelaskan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas negara, memiliki struktur organisasi yang jelas, dan melakukan pertemuan berkala untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi internasional, awalnya hanya melibatkan negara-negara, kini melibatkan aktor non-pemerintah. Tiga daya pendorong pembentukan organisasi internasional diidentifikasi: daya paksa (coercive power), daya kegunaan (utilitarian power), dan daya pengenalan diri (identitive power). Liga Arab, sebagai organisasi internasional regional, memiliki struktur dan fungsi yang dirancang untuk memfasilitasi kerjasama antar negara anggota di Timur Tengah. Namun, penelitian ini akan menganalisis bagaimana faktor-faktor internal dan eksternal mempengaruhi fungsi dan kinerja Liga Arab sebagai organisasi internasional, khususnya dalam konteks resolusi konflik di Timur Tengah.

3. Intrusive System Intervensi Kekuatan Eksternal

Konsep 'intrusive system' digunakan untuk menganalisis pengaruh aktor eksternal terhadap dinamika politik regional di Timur Tengah. Konsep ini merupakan bagian dari teori subordinat system yang membagi interaksi dalam suatu kawasan menjadi tiga divisi: core sector, peripheral sector, dan intrusive system. Intrusive system mengacu pada intervensi kekuatan eksternal yang mempengaruhi kerjasama kawasan. Konsep ini berkembang pesat dalam analisis politik pasca Perang Dunia II, khususnya dalam konteks persaingan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat menjadi intrusive system terkuat. Suatu aktor politik dapat dikategorikan sebagai intrusive system jika termasuk dalam kategori super powers, major powers, middle powers, atau regional powers. Intrusive system berperan sebagai 'perpanjangan tangan' politik negara-negara adidaya untuk mengontrol dan mempengaruhi politik di kawasan lain, termasuk dalam konteks studi ini yaitu pengaruhnya terhadap Liga Arab dan stabilitas Timur Tengah.

IV.Hasil Penelitian Faktor Internal dan Eksternal Kelemahan Liga Arab

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelemahan Liga Arab disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kelemahan institusional, konstitusional, dan politik di dalam Liga Arab sendiri. Faktor eksternal mencakup berbagai konflik di Timur Tengah, seperti konflik etnis, perebutan sumber daya alam, dan campur tangan pihak luar (intrusive system). Perang enam hari (1967) dan Perang Yom Kippur (1973), serta konflik-konflik berikutnya (seperti Perang Iran-Irak dan Perang Teluk), semakin memperlihatkan kelemahan Liga Arab dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.

1. Faktor Internal Kelemahan Liga Arab

Hasil penelitian mengidentifikasi faktor-faktor internal yang melemahkan Liga Arab. Kelemahan ini teridentifikasi dalam tiga aspek utama: kelemahan institusional, kelemahan konstitusional, dan kelemahan politik. Kelemahan institusional merujuk pada inefisiensi mekanisme dan lembaga internal Liga Arab yang menghambat pencapaian tujuan organisasi. Kelemahan konstitusional mengacu pada potensi kekurangan atau kelemahan dalam kerangka hukum dan konstitusi Liga Arab yang menghambat kinerja efektif. Kelemahan politik internal meliputi dinamika politik di dalam Liga Arab, seperti persaingan antar negara anggota yang mengganggu soliditas dan menghambat pengambilan keputusan yang efektif. Ketiga aspek ini saling berkaitan dan berkontribusi pada ketidakmampuan Liga Arab dalam menghadapi tantangan dan menyelesaikan konflik di Timur Tengah.

2. Faktor Eksternal Kelemahan Liga Arab

Selain faktor internal, penelitian juga mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang melemahkan Liga Arab. Berbagai permasalahan dan perbedaan di kawasan Timur Tengah menjadi penyebab utama. Konflik-konflik etnis, perbedaan budaya dan sosial, serta perbedaan ideologi keagamaan dan politik menciptakan perpecahan dan ketidakstabilan. Persaingan atas sumber daya alam, perselisihan perbatasan, dan perlombaan senjata juga menjadi faktor eksternal yang signifikan. Munculnya organisasi regional lain di Timur Tengah yang serupa fungsinya dengan Liga Arab turut bersaing dan mengurangi pengaruh Liga Arab. Terakhir, dan yang paling penting, adalah masuknya 'intrusive system' yaitu intervensi dari kekuatan eksternal, seperti negara-negara adidaya, yang secara signifikan memengaruhi dinamika politik Liga Arab. Campur tangan kekuatan eksternal ini semakin menambah lemahnya peran Liga Arab sebagai organisasi regional di Timur Tengah.

V.Penelitian Terdahulu dan Kontribusi Penelitian

Penelitian sebelumnya oleh Bantarto Bandoro membahas perlunya struktur keamanan kooperatif baru di Timur Tengah untuk mengatasi konflik Arab-Israel. Penelitian Riza Sihbudi menyorot kompleksitas konflik di Teluk Persia. Penelitian ini melengkapi studi terdahulu dengan secara spesifik menganalisis kelemahan Liga Arab sebagai faktor kunci dalam ketidakstabilan Timur Tengah, dengan menekankan peran intrusive system dan berbagai faktor internal dan eksternal lainnya.

1. Penelitian Terdahulu Studi tentang Keamanan dan Konflik Timur Tengah

Penelitian ini merujuk pada dua studi sebelumnya yang relevan. Pertama, penelitian oleh Bantarto Bandoro mengenai struktur keamanan kooperatif di kawasan Timur Tengah. Penelitian Bandoro berfokus pada kelemahan Liga Arab dalam menjembatani perdamaian antara negara-negara Arab dan Israel, menyoroti bahwa Liga Arab, sebagai organisasi regional antar bangsa Arab, tidak mampu menjembatani perbedaan kedua kubu yang berkonflik karena Israel bukanlah negara Arab. Oleh karena itu, Bandoro mengusulkan pembentukan komunitas regional baru untuk memfasilitasi perdamaian. Kedua, penelitian oleh Riza Sihbudi yang mengkaji akar permasalahan konflik di wilayah Teluk Persia. Penelitian Sihbudi menyorot kompleksitas konflik di Timur Tengah dan faktor-faktor penyebabnya, termasuk Perang Teluk dan kebangkitan Iran. Meskipun penelitian Sihbudi tidak membahas peran Liga Arab secara langsung, penelitian ini memberikan konteks yang berguna bagi pemahaman yang lebih luas terhadap dinamika konflik di Timur Tengah.

2. Kontribusi Penelitian Analisis Komprehensif Kelemahan Liga Arab

Penelitian ini memberikan kontribusi dengan menganalisis secara spesifik faktor-faktor yang menyebabkan kelemahan Liga Arab dalam menangani permasalahan di Timur Tengah. Berbeda dengan penelitian Bantarto Bandoro yang fokus pada perlunya struktur komunitas keamanan regional baru, penelitian ini secara mendalam meneliti kelemahan internal dan eksternal Liga Arab itu sendiri. Meskipun memiliki kesamaan fokus dengan penelitian Riza Sihbudi, yaitu pada akar permasalahan konflik di Timur Tengah, penelitian ini berbeda karena secara khusus menganalisis peran dan kelemahan Liga Arab dalam konteks tersebut. Penelitian ini memperluas pemahaman dengan mengintegrasikan konsep intrusive system untuk menganalisis dampak intervensi kekuatan eksternal terhadap Liga Arab. Dengan demikian, penelitian ini memberikan perspektif yang lebih komprehensif terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kelemahan Liga Arab, baik faktor internal maupun eksternal, dalam upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.