Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban

Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban

Informasi dokumen

Penulis

Annisa Kasanra Lubis

instructor/editor Sumono
Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Keteknikan Pertanian
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 6.28 MB
  • Evaluasi Kinerja
  • Sistem Irigasi
  • Pertanian

Ringkasan

I.Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini mengevaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan Sistem Irigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Sistem irigasi ini, seluas 300 ha, merupakan daerah irigasi setengah teknis yang mengandalkan aliran Sungai Martebing. Penelitian difokuskan pada indikator kunci: kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, sumber daya manusia, kinerja kelembagaan petani, dan ketersediaan dana. Tujuannya adalah untuk menilai secara keseluruhan kinerja irigasi Suka Damai dan mengidentifikasi area yang perlu perbaikan.

1.1 Latar Belakang Masalah Irigasi Suka Damai

Daerah Irigasi Suka Damai di Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai, merupakan daerah irigasi setengah teknis seluas 300 hektar. Sistem irigasi ini mengandalkan aliran air dari Sungai Martebing. Pengelolaan sistem irigasi yang baik mencakup operasi dan pemeliharaan yang efektif untuk memastikan jaringan irigasi berfungsi optimal, pembagian air yang tepat, dan memperhatikan usia ekonomis sesuai rencana. Kegagalan dalam pemeliharaan akan mengakibatkan penurunan fungsi jaringan irigasi, membutuhkan rehabilitasi yang mahal dan memakan waktu. Kondisi ini diperparah oleh kendala nasional seperti kerusakan irigasi yang mencapai 52% (berdasarkan Harian Kompas, 27 Desember 2014), serta masalah distribusi pupuk dan benih. Walaupun Sumatera Utara termasuk provinsi kelima terbesar penghasil beras di Indonesia (Harian Analisa, 29 Desember 2014), luas lahan sawah di Kabupaten Serdang Bedagai justru mengalami penurunan dari 41.981 hektar pada tahun 2009 menjadi 39.442 hektar pada tahun 2013. Kecamatan Sei Bamban, sebagai penghasil padi terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas lahan sawah irigasi 6.781 hektar (Yunus, 2013), mengalami peningkatan produksi padi sekitar 16,1 persen di tahun 2013, namun hal ini perlu dievaluasi lebih lanjut mengingat kondisi infrastruktur irigasi yang ada. Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan irigasi sangat penting untuk meningkatkan partisipasi petani dan mewujudkan dinamika kelompok P3A yang baik, guna perbaikan infrastruktur irigasi.

1.2 Tujuan Penelitian dan Indikator Kinerja

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015 di Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Beberapa indikator kunci digunakan untuk mengukur kinerja sistem irigasi, meliputi: kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, sumber daya manusia, kinerja kelembagaan petani, dan ketersediaan dana. Analisis terhadap indikator-indikator tersebut diharapkan memberikan gambaran komprehensif tentang kinerja sistem irigasi Suka Damai dan mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian khusus dan perbaikan. Hasil penelitian menunjukkan adanya disparitas dalam kinerja berbagai aspek, dengan beberapa aspek yang sangat baik dan lainnya yang sangat buruk. Skor keseluruhan kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai dikategorikan baik dengan nilai 2,96, namun hal ini membutuhkan pembahasan lebih lanjut pada setiap indikator untuk menentukan langkah perbaikan yang tepat. Penelitian ini penting untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan produktivitas pertanian di daerah tersebut.

II.Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan pada April 2015 menggunakan metode observasi lapangan dan pengumpulan data primer (wawancara) serta sekunder (instansi terkait). Data dianalisis untuk mengevaluasi kinerja sistem irigasi. Sistem Irigasi Suka Damai melayani Desa Suka Damai melalui dua P3A: P3A Karya Sama dan P3A Karya Maju. Sistem irigasi menggunakan sistem rotasi karena keterbatasan debit air.

2.1 Metode Pengumpulan Data

Metodologi penelitian ini mengutamakan observasi lapangan untuk mengamati secara langsung parameter-parameter yang diteliti pada sistem irigasi Suka Damai. Data yang dikumpulkan terbagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan para pihak terkait di lapangan, guna menggali informasi langsung mengenai kondisi dan pengelolaan sistem irigasi. Data sekunder didapatkan dari instansi terkait yang memiliki data dan informasi relevan dengan penelitian, seperti data historis produksi padi, data curah hujan, dan informasi terkait kebijakan pengelolaan irigasi. Pengumpulan data primer dan sekunder ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif dan akurat mengenai kinerja sistem irigasi. Observasi lapangan memungkinkan peneliti untuk melihat secara langsung kondisi fisik infrastruktur irigasi, mengamati praktik pengelolaan air, dan berinteraksi dengan petani untuk memahami perspektif mereka terkait operasional dan pemeliharaan sistem irigasi. Gabungan data primer dan sekunder diharapkan dapat memberikan hasil analisis yang komprehensif dan berimbang.

2.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April 2015 di Daerah Irigasi Suka Damai, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Daerah irigasi ini memiliki luas baku 300 hektar dan berada di bawah kewenangan pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Sistem irigasi Suka Damai memanfaatkan aliran air dari Sungai Martebing untuk mengairi Desa Suka Damai. Di desa ini terdapat dua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), yaitu P3A Karya Sama dan P3A Karya Maju, yang berperan aktif dalam pengelolaan irigasi di tingkat lokal. Karena keterbatasan debit air dari Sungai Martebing, sistem irigasi Suka Damai menerapkan sistem rotasi dalam pembagian air ke petak-petak sawah. Sistem rotasi ini menjadi salah satu faktor penting yang diamati dalam penelitian, karena berpengaruh pada efisiensi dan efektivitas distribusi air, serta pemeliharaan infrastruktur irigasi. Memahami bagaimana sistem rotasi ini dijalankan dan dampaknya terhadap kinerja irigasi secara keseluruhan menjadi fokus penting dalam penelitian ini.

III.Hasil dan Pembahasan Kondisi Infrastruktur

Kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi Suka Damai dinilai buruk (nilai 2). Kerusakan ini disebabkan kurangnya pemeliharaan dan sistem rotasi yang kurang efektif. Perbaikan infrastruktur, termasuk pemeliharaan berat dan penggantian komponen yang rusak, sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja sistem irigasi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 dan No. 13 Tahun 2012 tentang pemeliharaan jaringan irigasi.

3.1 Kondisi Fisik Infrastruktur Jaringan Irigasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Suka Damai mendapat nilai 2, yang dikategorikan buruk. Kondisi ini mencerminkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur irigasi. Kerusakan tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian dan tindakan dari pihak-pihak terkait dalam kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi, terutama pada saluran dan bangunan saluran. Akibatnya, beberapa komponen jaringan irigasi mengalami kerusakan, menurunkan nilai kondisi fisik secara keseluruhan. Sistem rotasi pembagian air yang diterapkan oleh petani juga berkontribusi pada penurunan kondisi fisik saluran dan bangunan bagi. Untuk meningkatkan kondisi fisik jaringan irigasi, diperlukan kegiatan pemeliharaan berat, seperti perbaikan jaringan irigasi yang rusak, penggantian komponen yang sudah tidak layak pakai, serta pemeliharaan dan pengawasan berkala. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa tingkat kerusakan fisik jaringan irigasi 21%–40% memerlukan pemeliharaan berat. Kondisi infrastruktur yang buruk berdampak langsung pada efisiensi dan efektivitas sistem irigasi, sehingga perlu penanganan segera.

3.2 Kondisi Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi

Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Suka Damai erat kaitannya dengan kondisi fisiknya. Kerusakan sedang pada kondisi fisik mengakibatkan kondisi fungsional juga mengalami kerusakan sedang. Hal ini terlihat dari menurunnya kemampuan saluran dan bangunan saluran dalam mengalirkan air ke petak-petak sawah dibandingkan dengan kapasitas awalnya. Penurunan kemampuan ini disebabkan oleh pengendapan sampah dan kotoran di dasar saluran serta kurangnya perawatan dan pemeliharaan. Peraturan Menteri No. 13 Tahun 2012 menyatakan bahwa fungsi fisik jaringan irigasi dinilai berdasarkan kemampuan mengalirkan air dibandingkan dengan kapasitas rencana. Untuk meningkatkan kondisi fungsional, diperlukan perbaikan dan pemeliharaan yang melibatkan pemerintah daerah dan GP3A, mengingat pengelolaan infrastruktur irigasi merupakan tanggung jawab bersama. Peningkatan kondisi fungsional infrastruktur diharapkan dapat meningkatkan produksi beras di daerah tersebut.

IV.Hasil dan Pembahasan Ketersediaan dan Ketepatan Air

Tingkat kecukupan air dikategorikan cukup (nilai 3), memungkinkan panen padi dua kali setahun. Sistem rotasi diterapkan untuk mengatasi keterbatasan debit air. Tingkat ketepatan pemberian air dinilai sangat baik (nilai 4), berkat kesepakatan dan jadwal yang disetujui bersama antar P3A dan Ketua GP3A. Potensi peningkatan produksi padi masih ada dengan perencanaan yang lebih matang.

4.1 Tingkat Kecukupan Air

Analisis tingkat kecukupan air di Daerah Irigasi Suka Damai menunjukkan nilai 3, yang dikategorikan cukup. Hal ini berarti areal sawah dapat ditanami padi dua kali dalam setahun. Meskipun demikian, kemampuan optimal bendungan Irigasi Suka Damai untuk menunjang penanaman padi dua kali setahun menunjukkan potensi peningkatan dengan perencanaan yang lebih matang. Para petani setempat juga melakukan pergiliran tanam dengan menanam palawija seperti ubi dan jagung. Praktik ini sejalan dengan literatur Prihatman (2000) yang menyatakan bahwa di areal beririgasi, lahan idealnya dapat ditanami padi tiga kali setahun, namun pergiliran tanaman dengan palawija diperlukan di beberapa lahan, terutama sawah tadah hujan. Meskipun tingkat kecukupan air saat ini sudah cukup untuk dua kali panen padi, potensi peningkatan masih terbuka lebar dengan optimalisasi pengelolaan air dan perencanaan yang lebih terintegrasi dengan kebutuhan petani.

4.2 Tingkat Ketepatan Pemberian Air

Tingkat ketepatan pemberian air di Daerah Irigasi Suka Damai mendapat nilai 4, yang dikategorikan sangat tepat. Pencapaian ini menunjukkan bahwa pembagian air ke masing-masing areal sawah dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama oleh para P3A dan disetujui oleh Ketua GP3A. Sistem rotasi, meskipun diterapkan karena keterbatasan debit air, dijalankan dengan efektif dan tepat guna, memperhatikan kebutuhan air di setiap petak sawah. Ketepatan pemberian air ini sangat penting untuk memastikan pertumbuhan tanaman padi yang optimal dan hasil panen yang maksimal. Koordinasi dan kerjasama yang baik antar P3A dan GP3A menjadi kunci keberhasilan dalam mengatur pembagian air secara adil dan efisien. Ketepatan dalam pemberian air ini juga menunjukkan adanya sistem manajemen air yang terorganisir dengan baik di tingkat petani.

V.Hasil dan Pembahasan Manajemen Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia

Manajemen kelembagaan dinilai sangat baik (nilai 4), karena semua elemen yang dibutuhkan (kepala ranting, petugas mantri, staf ranting, POB, dan PPA) tersedia. Namun, sumber daya manusia (SDM) masih perlu ditingkatkan, terutama penambahan Petugas Pintu Air (PPA) sesuai Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 untuk meningkatkan efisiensi sistem irigasi.

5.1 Manajemen Kelembagaan Sistem Irigasi

Manajemen kelembagaan sistem irigasi Suka Damai mendapat nilai 4, dikategorikan sangat baik. Semua elemen penting dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersedia, termasuk kepala ranting, petugas mantri, staf ranting, POB (Petugas Operasi Bendung), dan PPA (Petugas Pintu Air). Keberadaan semua petugas ini menunjukkan sistem manajemen yang terstruktur dan terorganisir dengan baik. Petugas-petugas tersebut menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara tepat, termasuk mengontrol debit air yang diberikan ke areal sawah masing-masing petani. Kinerja manajemen kelembagaan yang sangat baik ini sejalan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai (nomor peraturan tidak disebutkan dalam dokumen) yang mengatur tentang pengelolaan irigasi. Keberhasilan manajemen kelembagaan ini berkontribusi signifikan pada tingkat ketepatan pemberian air dan secara keseluruhan terhadap kinerja sistem irigasi.

5.2 Sumber Daya Manusia SDM Sistem Irigasi

Meskipun manajemen kelembagaan dinilai sangat baik, penilaian sumber daya manusia (SDM) memerlukan perhatian lebih lanjut. Meskipun jumlah petugas di setiap kategori telah terpenuhi, penelitian menyarankan adanya penambahan satu orang Petugas Pintu Air (PPA). Hal ini didasarkan pada Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 yang merekomendasikan satu orang PPA untuk setiap 3-5 bangunan bagi. Pekerja/pekarya saluran di Daerah Irigasi Suka Damai adalah para petani setempat, berdasarkan kesepakatan bersama antara P3A dan Ketua GP3A. Terdapat 110 petani yang berperan sebagai pekerja saluran, dan mereka bukan merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pembersihan saluran dilakukan secara gotong royong dan diawasi oleh Ketua GP3A. Meskipun partisipasi petani tinggi, penambahan PPA tetap direkomendasikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan air, serta memastikan terpenuhinya standar operasional yang telah ditetapkan.

VI.Hasil dan Pembahasan Ketersediaan Dana

Ketersediaan dana dinilai sangat buruk (nilai 1) karena ketergantungan pada iuran petani yang tidak selalu konsisten, terutama saat panen buruk. Peran pemerintah daerah sangat penting dalam pengawasan dan penyediaan dana tambahan sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 298 Tahun 2003, untuk mendukung keberlanjutan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai.

6.1 Ketersediaan Dana dan Sumbernya

Parameter ketersediaan dana untuk operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai mendapat nilai 1, dikategorikan sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan utama pada iuran pengelolaan irigasi yang dikumpulkan dari para petani anggota P3A. Pengumpulan iuran ini tidak selalu berjalan lancar dan sesuai jadwal karena dipengaruhi oleh kualitas dan harga jual hasil panen padi. Jika hasil panen rendah atau buruk, petani kesulitan membayar iuran, sehingga dana yang tersedia untuk pemeliharaan menjadi terbatas. Meskipun Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas penyediaan dana jika P3A belum mampu membiayai seluruh kegiatan pengelolaan irigasi (sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 298 Tahun 2003), kenyataannya ketersediaan dana dari sumber-sumber tersebut tidak memadai untuk sistem irigasi Suka Damai. Sistem cost-sharing yang ideal antara pemerintah, pemerintah daerah, P3A dan petani belum berjalan efektif di daerah ini.

6.2 Implikasi Keterbatasan Dana terhadap Sistem Irigasi

Keterbatasan dana yang signifikan berdampak langsung pada kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Kurangnya dana untuk pemeliharaan berkala menyebabkan kerusakan infrastruktur yang semakin parah. Kondisi ini juga berpengaruh pada kemampuan petani untuk meningkatkan produksi padi dan pendapatan mereka, mengakibatkan kesulitan dalam membayar iuran secara konsisten. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah daerah perlu berperan aktif dalam membangun kesadaran petani untuk membayar iuran, dan melakukan pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran dana untuk operasi dan pemeliharaan. Keputusan Menteri Keuangan No. 298 Tahun 2003 menekankan pentingnya kesepakatan cost-sharing antara berbagai pihak yang terlibat. Namun, implementasi kesepakatan tersebut masih perlu ditingkatkan di Daerah Irigasi Suka Damai agar dapat mendukung keberlanjutan sistem irigasi dan kesejahteraan petani.

VII.Kesimpulan dan Saran

Secara keseluruhan, kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai dikategorikan baik (nilai 2.96). Namun, perlu peningkatan signifikan pada infrastruktur, ketersediaan dana, dan optimalisasi SDM untuk mencapai kinerja yang optimal. Perencanaan pola tanam yang lebih baik dan kerjasama yang lebih kuat antara pemerintah daerah, P3A, dan petani sangat penting untuk keberhasilan sistem irigasi Suka Damai.

7.1 Kesimpulan Kinerja Sistem Irigasi Suka Damai

Secara umum, kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Suka Damai dikategorikan baik dengan nilai 2,96. Namun, hasil penelitian menunjukkan adanya disparitas yang signifikan antar indikator kinerja. Kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi dinilai buruk, sementara tingkat ketepatan pemberian air, manajemen kelembagaan pemerintah, sumber daya manusia, dan kinerja kelembagaan petani dinilai sangat baik. Tingkat kecukupan air dinilai cukup, sedangkan ketersediaan dana sangat buruk. Skor keseluruhan yang baik (2,96) menutupi ketidakmerataan kinerja pada masing-masing indikator, sehingga perlu perhatian khusus pada aspek-aspek yang lemah untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Sistem irigasi, meskipun setengah teknis, menunjukkan potensi peningkatan produksi jika masalah-masalah yang telah diidentifikasi dapat diatasi.

7.2 Saran untuk Peningkatan Kinerja

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran diajukan untuk meningkatkan kinerja sistem irigasi Suka Damai. Pertama, perlu dilakukan pemeliharaan jaringan irigasi secara intensif untuk meningkatkan kondisi fisik dan fungsional infrastruktur hingga kategori sangat baik. Hal ini membutuhkan ketersediaan dana yang memadai. Kedua, perencanaan pola tanam padi perlu dikaji ulang agar jumlah dan mutu produksi padi dapat meningkat secara maksimal. Peningkatan produksi ini penting agar para petani mampu memenuhi kewajiban iuran secara konsisten, sehingga ketersediaan dana untuk pemeliharaan terjamin. Ketiga, perlu penambahan satu orang Petugas Pintu Air (PPA) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem irigasi. Kerjasama yang kuat antara pemerintah daerah, P3A, dan petani sangat penting untuk keberhasilan implementasi saran-saran ini guna menjamin keberlanjutan sistem irigasi Suka Damai dan meningkatkan kesejahteraan petani.