Dinamika Persaingan Ekonomi antara Amerika Serikat dan China

Dinamika Persaingan Ekonomi antara Amerika Serikat dan China

Informasi dokumen

Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 373.68 KB
Jenis dokumen Skripsi/Tesis/Makalah
  • Hubungan Internasional
  • Ekonomi Global
  • Persaingan Geopolitik

Ringkasan

I.Kebutuhan Minyak Amerika Serikat dan China serta Persaingan di Angola

Penelitian ini mengkaji persaingan antara Amerika Serikat dan China dalam eksplorasi minyak di Angola. Kedua negara adidaya ini memiliki kebutuhan minyak yang besar, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat, khususnya di China. Angola, sebagai penghasil minyak terbesar kedua di Afrika, menjadi target utama bagi kedua negara. Konsumsi minyak AS pada 2010-2011 mencapai 7-6.8 miliar barel, sementara permintaan minyak China tumbuh 11.2% pada 2010 (9 juta barel/hari). Persaingan ini berdampak pada peningkatan nilai tawar Angola di panggung internasional.

1. Kebutuhan Minyak Amerika Serikat dan China

Dokumen tersebut menjabarkan tingginya kebutuhan minyak bagi Amerika Serikat dan China. Amerika Serikat, berdasarkan data U.S. Energy Information Administration, mengkonsumsi 7 miliar barel (19,18 juta barel per hari) pada tahun 2010 dan 6,8 miliar barel (18,83 juta barel per hari) pada tahun 2011, mewakili 22% dari total konsumsi minyak dunia. Kondisi ini menunjukkan ketergantungan Amerika Serikat pada impor minyak untuk menopang sektor industrinya yang besar. Sementara itu, China, sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat, mengalami peningkatan permintaan minyak yang signifikan. Laporan statistik energi dunia pada tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan permintaan minyak China sebesar 11,2% (9 juta barel per hari). Pertumbuhan ekonomi China yang pesat ini menjadi pendorong utama kebutuhan minyak yang terus meningkat, sehingga mendorong pencarian sumber daya minyak baru di berbagai negara. Kedua negara adidaya ini bergantung pada sumber daya alam yang paling berharga di dunia, yaitu minyak, untuk menunjang kemajuan industri dalam negeri mereka. Hal ini menjelaskan mengapa Amerika Serikat dan China sama-sama mencari sumber minyak baru di luar negeri, termasuk di negara-negara berkembang seperti di benua Afrika.

2. Angola sebagai Target Eksplorasi Minyak

Dokumen ini menyoroti Angola sebagai salah satu negara tujuan utama eksplorasi minyak bagi Amerika Serikat dan China. Angola, yang terletak di pantai Atlantik Afrika Selatan, memiliki populasi sekitar 18 juta jiwa dan berbatasan dengan Zambia, Namibia, dan Republik Demokratik Kongo. Negara ini meraih kemerdekaan dari Portugis pada tahun 1975. Data OPEC pada tahun 2007 menunjukkan produksi minyak harian Angola sebesar 1,6 miliar barel per hari, yang kemudian meningkat menjadi lebih dari 2,0 miliar barel per hari. Minyak merupakan sektor utama perekonomian Angola, berkontribusi besar pada PDB dan ekspor negara tersebut. Nilai ekspor minyak Angola mencapai US$ 62,965 miliar pada tahun 2011, US$ 77,143 miliar pada tahun 2012, dan US$ 76,197 miliar pada tahun 2013. Kekayaan minyak inilah yang membuat Angola menjadi incaran Amerika Serikat dan China. Pertumbuhan ekonomi Angola yang tinggi juga mendorong kebutuhan investasi asing, membuka peluang bagi kedua negara untuk menjadi mitra strategis Angola dalam sektor minyak dan gas bumi. Posisi strategis Angola sebagai penghasil minyak besar di Afrika menjadikannya area kunci dalam persaingan Amerika Serikat dan China untuk mengamankan pasokan minyak mentah.

3. Persaingan Amerika Serikat dan China di Angola

Persaingan antara Amerika Serikat dan China dalam eksplorasi minyak di Angola menjadi fokus utama dokumen ini. Kedua negara menerapkan strategi yang berbeda. Amerika Serikat menjalin kerjasama melalui US-Angola Chamber of Commerce (dibentuk tahun 1991), yang beranggotakan lebih dari 90 perusahaan dan organisasi, untuk mempromosikan perdagangan dan investasi. China, yang menandatangani perjanjian perdagangan dengan Angola pada tahun 1984 dan membentuk komisi perdagangan dan ekonomi pada tahun 1988, mengembangkan strategi yang lebih agresif untuk diversifikasi sumber impor minyaknya, mengurangi ketergantungan pada Timur Tengah dan menjadikan Angola sebagai sumber utama. Persaingan ini tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga pada pengaruh politik di Angola dan di Afrika secara keseluruhan. Adanya persaingan ini menciptakan peluang bagi Angola untuk meningkatkan posisi tawar-menawar di kancah internasional. Kehadiran dua kekuatan besar tersebut di Angola memiliki potensi untuk meningkatkan posisi tawar-menawar Angola dalam sistem internasional, meskipun persaingan tersebut juga membawa tantangan tersendiri bagi Angola dan negara-negara Afrika lainnya.

II.Strategi China dan Amerika Serikat di Angola

Baik Amerika Serikat maupun China menggunakan strategi berbeda dalam mengamankan akses ke sumber daya minyak Angola. Amerika Serikat, melalui AGOA dan US-Angola Chamber of Commerce, berfokus pada pembangunan ekonomi domestik Angola dan membuka akses pasar. China, melalui FOCAC, menekankan pada investasi, perdagangan, dan eksplorasi sumber daya alam, termasuk eksplorasi minyak lepas pantai. China juga telah menjadikan Angola sebagai pemasok minyak utama, khususnya melalui perusahaan seperti SINOPEC dan CNOOC. Produksi minyak harian Angola mencapai lebih dari 2 miliar barel/hari pada 2013, dengan ekspor mencapai puluhan miliar dolar AS, menjadikannya target utama dalam persaingan energy security.

1. Strategi Amerika Serikat di Angola

Amerika Serikat menjalankan strategi yang berfokus pada pembangunan ekonomi domestik Angola dan perluasan akses pasar. Hal ini dilakukan melalui forum AGOA (African Growth and Opportunity Act), yang diprakarsai oleh Presiden Clinton pada tahun 2000. AGOA bertujuan untuk membangun potensi dalam negeri negara-negara Afrika dengan membuka akses pasar bebas antara Amerika Serikat dan negara-negara Afrika yang memenuhi syarat. Lebih dari 20 negara Afrika telah bergabung dalam forum AGOA sejak peluncurannya. Selain AGOA, Amerika Serikat juga memanfaatkan US-Angola Chamber of Commerce, yang dibentuk pada tahun 1991. Lembaga ini memiliki lebih dari 90 anggota, terdiri dari perusahaan, asosiasi, organisasi nirlaba, dan individu yang tertarik untuk mempromosikan perdagangan dan investasi antara Amerika Serikat dan Angola. Strategi AS cenderung menekankan pada aspek kemanusiaan, pemerintahan yang baik, dan demokratisasi negara-negara penghasil minyak dalam pendekatan diplomasi minyak mereka, sehingga berfokus pada pembangunan berkelanjutan dan kemitraan jangka panjang yang didasari pada prinsip-prinsip demokrasi dan tata kelola yang baik. Namun, pendekatan ini juga menghadapi tantangan terkait isu-isu politik dan keamanan yang seringkali dikaitkan dengan negara-negara Afrika.

2. Strategi China di Angola

China, berbeda dengan Amerika Serikat, mengutamakan investasi, perdagangan, dan eksplorasi sumber daya alam di Angola melalui Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC). Tujuan utama FOCAC adalah meningkatkan investasi dan perdagangan antar negara serta eksplorasi sumber daya alam. Sejak pembentukannya, anggota FOCAC telah berkembang menjadi 49 negara. China telah melakukan upaya agresif untuk mendiversifikasi sumber impor minyaknya, mengurangi ketergantungan pada Timur Tengah dan beralih ke negara-negara lain termasuk Afrika, Rusia, dan Amerika Latin. Angola menjadi sumber minyak utama impor China dalam beberapa tahun terakhir. Perjanjian perdagangan antara China dan Angola ditandatangani pada tahun 1984, dan komisi perdagangan dan ekonomi dibentuk pada tahun 1988. Strategi China seringkali dideskripsikan sebagai 'soft power', yang menekankan pada pendekatan ekonomi yang saling menguntungkan, ekspansi produk-produk China di Afrika, dan pembangunan infrastruktur. Beberapa pejabat Afrika menyatakan bahwa investasi China berhasil karena tidak menetapkan standar yang tinggi dalam hal pemerintahan dan demokrasi. China juga aktif memberikan pinjaman dan investasi infrastruktur di Angola, sebagai contoh adalah pemberian pinjaman sebesar 2 miliar dolar AS untuk eksplorasi minyak lepas pantai Angola.

3. Perbandingan Strategi dan Tantangan

Kedua negara, Amerika Serikat dan China, menerapkan strategi yang berbeda dalam mengamankan hak eksplorasi minyak di Angola. Amerika Serikat lebih menekankan pada aspek politik dan pembangunan berkelanjutan, sementara China lebih fokus pada pendekatan ekonomi yang pragmatis dan saling menguntungkan. Perbedaan ini tercermin dalam institusi dan mekanisme kerjasama yang mereka bangun dengan Angola. Baik Amerika Serikat maupun China menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan diplomasi minyak di Afrika, termasuk masalah lingkungan, infrastruktur yang lemah, sistem pemerintahan yang tidak stabil, dan peran aktor non-negara seperti media. Kondisi negara-negara Afrika yang belum stabil ini mengharuskan Amerika Serikat dan China untuk merumuskan kembali strategi mereka dalam menjalankan diplomasi minyak agar lebih efektif dan berkelanjutan, menyesuaikan pendekatan mereka dengan realitas politik dan sosial ekonomi di masing-masing negara Afrika, termasuk Angola.

III.Analisis Persaingan dan Studi Literatur

Penelitian ini merujuk pada berbagai studi literatur, termasuk karya Anna Liesel Tachau yang membandingkan insentif Amerika Serikat dan China dalam kontrak minyak Afrika, dan penelitian Ikhrotul Fitriyah serta Fanie Herman & Tsai Ming Yen mengenai strategi China dalam persaingan minyak di Sudan dan Afrika Sub-Sahara. Studi-studi tersebut menunjukkan perbedaan strategi: Amerika Serikat menekankan pada isu-isu politik seperti demokrasi dan pemerintahan yang baik, sementara China lebih berfokus pada pendekatan ekonomi yang saling menguntungkan. Penelitian ini, dengan menggunakan teori neo-realisme dan konsep energy security, berfokus secara spesifik pada persaingan di Angola.

1. Studi Literatur Perbandingan Strategi AS dan China di Afrika

Bagian ini meninjau beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan persaingan AS-China dalam eksplorasi minyak di Afrika. Salah satu penelitian yang dirujuk adalah jurnal Anna Liesel Tachau, "A Comparison of US and Chinese incentives in winning oil contracts in African Countries." Jurnal ini membandingkan insentif yang ditawarkan AS dan China untuk memenangkan kontrak minyak di negara-negara Afrika, serta membahas perubahan politik luar negeri China terhadap Afrika, dari semula 'benign neglect' menjadi fokus yang signifikan pasca reformasi ekonomi di Afrika tahun 1990-an. China tertarik pada kesuksesan ekonomi negara-negara Afrika dan kemampuan mereka menyediakan bahan baku, sejalan dengan kebijakan domestik dan internasional China. Tulisan ini juga menyebutkan bahwa China telah menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih tegas untuk menantang hegemoni AS, membentuk konsep multipolaritas untuk memperkuat posisi internasionalnya. Sementara itu, kepentingan minyak AS di Afrika meningkat setelah serangan 11 September 2001, sebagai upaya mencari alternatif sumber minyak yang andal di tengah ketidakstabilan di Teluk Persia.

2. Studi Literatur Perbedaan Strategi dan Pendekatan

Studi lain yang diulas, termasuk skripsi Ikhrotul Fitriyah tentang strategi China di Sudan dan tulisan Fanie Herman & Tsai Ming Yen, "Preference over outcomes: Explaining US-Sino oil diplomacy in Sub-Saharan Africa," menunjukkan perbedaan strategi AS dan China. China lebih disukai negara-negara Afrika karena pendekatannya yang lebih pragmatis dan berfokus pada aspek komersial, tanpa banyak mencampuri urusan domestik seperti isu demokrasi atau pemerintahan yang baik, yang seringkali dikaitkan dengan AS. Presiden pertama Tanzania, Julius Nyerere, bahkan mencatat bahwa China tidak pernah memaksakan ideologi komunis sebagai syarat pinjaman. Sebaliknya, AS lebih menekankan isu-isu seperti demokrasi, terorisme, dan pemerintahan yang baik dalam kerjasama minyaknya. Studi-studi ini, yang menggunakan teori neo-realisme, menunjukkan bahwa China lebih mengutamakan soft power, sementara AS cenderung menggunakan pendekatan yang lebih hard power. Penelitian-penelitian ini juga menunjukan bahwa meskipun AS dan China sama-sama memiliki konsumsi minyak tertinggi di dunia dan terlibat dalam persaingan, kedua negara tetap memiliki kerjasama ekonomi dan keamanan di bidang-bidang lainnya. Perbedaan utama terletak pada wilayah analisis, di mana penelitian sebelumnya berfokus pada Sudan sementara penelitian ini difokuskan pada Angola.

3. Studi Literatur Energy Security dan Implikasinya

Penelitian Assis Malaquias, "Thirsty Powers: The United States, China, Africa’s Energy Resources," menekankan konsep energy security. Penelitian ini menjelaskan bahwa Afrika menjadi lahan persaingan AS-China untuk mendapatkan minyak, didorong oleh kebutuhan energi yang terus meningkat, terutama di China. Malaquias menyoroti bahwa negara-negara, dalam mengejar energy security, seringkali mengabaikan aspek keberlanjutan dan risiko konflik di negara-negara penghasil minyak. Penelitian ini juga menekankan bagaimana hubungan AS-China yang baik di beberapa bidang dapat memburuk ketika bersaing memperebutkan sumber daya minyak di Afrika. China menerapkan strategi untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara Afrika, termasuk Angola, dengan memberikan pinjaman, membangun infrastruktur, dan menjalin kerjasama ekonomi. Angola, yang menghasilkan 900.000 b/d dan mengekspor 866.000 b/d (332.000 b/d ke AS), memiliki potensi energi yang besar, yang menarik minat China untuk investasi besar-besaran dalam eksplorasi minyak lepas pantai. Semua penelitian yang disebutkan memiliki kesamaan dalam membahas strategi AS dan China untuk mendapatkan minyak Afrika, namun berbeda dalam wilayah fokusnya. Penelitian ini berfokus khusus pada Angola.

IV.Konsep Kebijakan Luar Negeri dan Energy Security

Penelitian ini menggunakan konsep kebijakan luar negeri dan energy security sebagai kerangka analisis. Kebijakan luar negeriAmerika Serikat dan China di Angola dipengaruhi oleh kebutuhan domestik akan minyak dan faktor-faktor lainnya seperti peristiwa 9/11 (untuk AS) dan kebijakan pembangunan ekonomi (untuk China). Konsep energy security menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan energi merupakan isu penting bagi stabilitas ekonomi dan politik internasional. Baik Amerika Serikat dan China, melalui perusahaan-perusahaan minyak besar seperti Exxon Mobile (AS) dan SINOPEC/CNOOC (China), berlomba untuk mengamankan akses minyak Angola untuk mencapai energy security nasional mereka.

1. Konsep Kebijakan Luar Negeri

Bagian ini mendefinisikan kebijakan luar negeri sebagai upaya suatu negara untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya, bertujuan memelihara kelangsungan hidup negara tersebut. Kebijakan luar negeri mencakup aspek internal (kehidupan internal) dan eksternal (kebutuhan eksternal), termasuk aspirasi, institusi, dan aktivitas rutin untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografis. Perspektif lain memandang kebijakan luar negeri sebagai hasil interaksi kompleks antara orientasi negara, komitmen dan rencana tindakan, serta perilaku terhadap negara lain. Rosenau berpendapat kebijakan luar negeri terdiri dari: orientasi (sikap, persepsi, nilai), komitmen dan rencana tindakan, serta perilaku. Orientasi ini berasal dari pengalaman sejarah dan kondisi strategis negara tersebut. Kemampuan (kekuatan) negara dan konteks perumusan kebijakan juga menjadi faktor penting. Modelski menambahkan bahwa kebijakan dirumuskan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu dan memiliki tujuan khusus. Dalam konteks persaingan AS-China di Angola, kebijakan luar negeri kedua negara dipengaruhi oleh faktor domestik dan internasional, dengan AS cenderung menekankan isu anti-terorisme, demokrasi, HAM, dan keamanan, sementara China lebih menggunakan soft power.

2. Konsep Energy Security

Dokumen ini menjelaskan konsep energy security yang meliputi dua dimensi: kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan energinya dari sumber daya domestik (independensi), dan ketergantungan global pada pasokan energi dunia (interdependensi). Energy security bukan hanya isu domestik, tetapi juga global, karena kekurangan pasokan energi dapat berdampak pada stabilitas internasional, baik ekonomi, perdagangan, politik, maupun sosial. Konsep ini menekankan pentingnya pasokan energi yang terjamin bagi keberlangsungan ekonomi dan pertahanan suatu negara. China dan Amerika Serikat, sebagai negara dengan konsumsi minyak tertinggi, memperhatikan optimasi konsumsi energi dan efisiensi penggunaannya untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Amerika Serikat, meskipun Angola bukan prioritas utama, memperkuat kerjasama minyak dengan Angola untuk menjaga keamanan energi negaranya. China dan AS berlomba mendapatkan suplai energi dunia, terutama minyak, karena pasokan energi China menipis. Oleh karena itu, kedua negara melakukan ekspansi ke negara lain, termasuk Angola, dengan perusahaan-perusahaan minyak besar seperti Exxon Mobile (AS) dan SINOPEC/CNOOC (China) terlibat dalam eksplorasi minyak di Angola.

V.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik library research, menggunakan data dari berbagai sumber seperti jurnal, artikel, dan internet. Periode penelitian dibatasi dari berakhirnya perang sipil Angola pada tahun 2002 hingga 2013, periode di mana persaingan Amerika Serikat dan China dalam eksplorasi minyak Angola paling intens.

1. Jenis Penelitian dan Metode

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antar fenomena yang diteliti. Peneliti akan berupaya memahami dan mendeskripsikan data terkait strategi China dan Amerika Serikat dalam eksplorasi minyak di Angola. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali secara mendalam strategi dan dinamika persaingan antara kedua negara dalam konteks politik dan ekonomi Angola. Penelitian ini bersifat deskriptif karena bertujuan untuk menggambarkan secara detail strategi dan dinamika persaingan yang terjadi antara Amerika Serikat dan China dalam konteks eksplorasi minyak di Angola. Penelitian kualitatif dipilih karena memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis mendalam terhadap data yang bersifat naratif dan deskriptif. Hal ini memungkinkan peneliti untuk memahami konteks dan nuansa persaingan yang kompleks antara kedua negara dalam mengamankan sumber daya minyak di Angola.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah library research (studi kepustakaan). Peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk artikel koran, majalah, jurnal, dan internet yang relevan dengan tema penelitian. Data yang dikumpulkan akan dianalisis untuk memastikan kesesuaiannya dengan permasalahan yang dibahas. Sumber data yang digunakan meliputi literatur akademik, laporan pemerintah, dan artikel berita yang membahas tentang persaingan AS-China di Angola dan isu-isu terkait. Setelah data dikumpulkan, data tersebut dikategorikan dan ditempatkan sesuai dengan sistematika penulisan. Penelitian ini mengandalkan metode library research yang melibatkan pengumpulan data sekunder dari berbagai publikasi untuk menganalisis strategi dan persaingan antara AS dan China dalam eksplorasi minyak di Angola. Penggunaan data sekunder memungkinkan peneliti untuk mengkaji berbagai perspektif dan informasi dari berbagai sumber yang relevan dengan penelitian ini.

3. Batasan Waktu Penelitian

Untuk memfokuskan penelitian, peneliti membatasi waktu penelitian dari berakhirnya perang sipil Angola pada tahun 2002 sampai tahun 2013. Periode ini dipilih karena menandai periode di mana Amerika Serikat dan China aktif melakukan kerjasama dengan Angola, khususnya dalam hal kebutuhan minyak dan penerapan strategi masing-masing. Pembatasan waktu ini bertujuan untuk memberikan fokus yang lebih spesifik pada dinamika persaingan antara kedua negara selama periode tersebut. Perang sipil yang berakhir di tahun 2002 menandai awal dari stabilitas politik di Angola, sehingga periode tersebut menjadi penting untuk memahami bagaimana AS dan China kemudian menjalankan strategi mereka di Angola. Tahun 2013 dipilih sebagai batas akhir penelitian karena data terkait eksplorasi minyak dan kerjasama kedua negara hingga tahun tersebut relatif mudah diakses. Batasan waktu penelitian ini membantu memastikan bahwa penelitian tetap fokus dan data yang digunakan relevan dengan konteks yang diteliti.

Referensi dokumen

  • Angola: National Electoral Commissions (EISA-Electoral Institute for Sustainable Democracy in Africa)