
Dinamika Hubungan Diplomatik Kuba dan Amerika Serikat
Informasi dokumen
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 834.37 KB |
Jenis dokumen | Skripsi/Tesis/Makalah |
- Kuba
- Perang Dingin
- Hubungan Diplomatik
Ringkasan
I.Hubungan Strategis Kuba Rusia Sebuah Analisis Kerjasama Militer dan Pertahanan Pasca Perang Dingin
Penelitian ini meneliti kerjasama militer dan pertahanan antara Kuba dan Rusia pasca Perang Dingin. Kuba, sebagai negara kecil berideologi komunis di Amerika Latin, memiliki posisi strategis sebagai tetangga Amerika Serikat. Hubungan Kuba-Rusia dibentuk oleh kebutuhan Kuba akan perlindungan dan dukungan ekonomi di tengah tekanan Amerika Serikat yang berupa embargo ekonomi dan upaya menjatuhkan rezim Castro. Bargaining power Kuba meningkat signifikan berkat kerjasama dengan Uni Soviet (dan kemudian Rusia), terutama dalam bidang militer dan ekonomi. Krisis Misil Kuba merupakan contoh intensitas tinggi kerjasama militer Kuba-Rusia pada masa Perang Dingin. Setelah runtuhnya Uni Soviet, kerjasama sempat melemah karena krisis ekonomi Rusia, namun kemudian pulih seiring meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat.
1. Posisi Strategis Kuba dan Ideologi Komunis
Kuba, sebagai negara kecil berideologi komunis di Amerika Latin, memiliki posisi geografis yang strategis karena berbatasan langsung dengan Amerika Serikat, negara adikuasa yang menganut ideologi liberal. Perbedaan ideologi ini menciptakan ketegangan yang panjang, terutama selama Perang Dingin. Kuba, dengan bargaining position-nya yang menarik, menjadi ancaman bagi Amerika Serikat, yang kemudian berupaya menekan komunisme di Kuba melalui berbagai kebijakan politik luar negeri. Sebaliknya, Kuba berpegang teguh pada ideologinya dan mencari perlindungan, salah satunya melalui kerja sama dengan Uni Soviet.
2. Kebijakan Fidel Castro dan Renggangnya Hubungan Kuba Amerika Serikat
Kebijakan-kebijakan Fidel Castro, seperti nasionalisasi properti milik perusahaan Amerika Serikat dan lahan milik asing dalam Reformasi Agraria, semakin memperburuk hubungan Kuba-Amerika Serikat. Amerika Serikat bahkan memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba setelah Kuba menjalin kerja sama jual beli minyak dengan Uni Soviet dan mengambil alih perusahaan minyak Amerika Serikat. Kerja sama ekonomi dengan Uni Soviet menjadi krusial bagi Kuba untuk menyelamatkan ekonominya yang tengah terpuruk akibat ketergantungan pada Amerika Serikat. Ketegangan ini meluas ke bidang pertahanan dan keamanan, diperparah oleh perlombaan senjata selama Perang Dingin dan security dilemma antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.
3. Kerjasama Militer dan Ekonomi Kuba Uni Soviet selama Perang Dingin
Kerja sama Kuba-Uni Soviet selama Perang Dingin memiliki intensitas yang sangat tinggi, terutama di bidang militer dan ekonomi. Castro dan Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev menandatangani berbagai pakta yang memungkinkan Kuba menerima bantuan ekonomi dan militer besar-besaran dari Uni Soviet. Uni Soviet memberikan pinjaman untuk modernisasi persenjataan militer Kuba dan bahkan mendirikan markas spionase di Kuba. Dukungan ekonomi dari Uni Soviet membantu Kuba menghadapi embargo ekonomi Amerika Serikat dan mempertahankan stabilitas dalam negeri. Kedekatan Kuba-Uni Soviet menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat, yang kemudian menerapkan berbagai embargo ekonomi terhadap Kuba.
4. Runtuhnya Uni Soviet dan Periode Khusus di Kuba
Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990 menandai berakhirnya Perang Dingin dan melemahkan dukungan ekonomi dan militer bagi Kuba. Rusia, sebagai penerus Uni Soviet, mengalami kesulitan ekonomi domestik dan terpaksa mengikuti kebijakan IMF, yang justru memperparah keadaan. Akibatnya, Rusia tidak lagi menjadi pendonor utama bagi ekonomi Kuba, dan hubungan diplomatik antara Rusia dan Kuba mengalami kerenggangan. Kuba mengalami periode keterpurukan ekonomi yang disebut ‘Periode Khusus’ akibat hilangnya subsidi dan bantuan dari Rusia. Situasi ini diperparah oleh kebijakan Amerika Serikat yang konsisten menentang komunisme Kuba.
5. Kebangkitan Kembali Kerjasama Kuba Rusia dan Ketegangan dengan Amerika Serikat
Setelah Fidel Castro menyerahkan kepemimpinan kepada Raul Castro pada tahun 2006, Kuba kembali mendekatkan hubungan diplomatik dengan Rusia. Hal ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat, ditandai dengan intervensi dalam konflik Georgia-Ossetia Selatan dan penempatan basis rudal Amerika Serikat di dekat Rusia. Rusia, meskipun tidak lagi memberikan bantuan besar-besaran seperti pada masa Perang Dingin, kembali memberikan pinjaman untuk pembelian senjata militer Rusia dan memperluas kerjasama di bidang ekonomi, energi, dan sosial. Kuba kembali menjadi mitra strategis Rusia dalam menghadapi Amerika Serikat.
II.Dinamika Kerjasama Kuba Rusia Pasca Perang Dingin
Pasca Perang Dingin, hubungan Kuba-Rusia mengalami fluktuasi. Meskipun Rusia tidak lagi memberikan dukungan besar seperti pada masa Perang Dingin, kerjasama ekonomi dan militer tetap berlanjut, meskipun dengan intensitas yang lebih rendah. Fidel Castro dan kemudian Raul Castro memainkan peran penting dalam membentuk hubungan ini. Rusia memberikan pinjaman untuk pembelian senjata militer Rusia, dan juga kerjasama di bidang perminyakan dan energi. Kuba memanfaatkan letak geografisnya yang strategis dan bargaining power untuk menarik kerjasama Rusia, khususnya di tengah ketegangan yang kembali meningkat antara Rusia dan Amerika Serikat. Penelitian ini menganalisis dinamika kerjasama ini, membandingkannya dengan intensitas tinggi kerjasama masa Perang Dingin.
1. Dampak Runtuhnya Uni Soviet terhadap Kerjasama Kuba Rusia
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990, kerjasama antara Kuba dan Rusia mengalami perubahan signifikan. Rusia, sebagai penerus utama Uni Soviet, menghadapi krisis ekonomi dalam negeri yang parah. Hal ini memaksa Rusia untuk mengikuti kebijakan IMF, yang justru semakin memperburuk kondisi ekonomi negara tersebut. Akibatnya, Rusia tidak lagi mampu menjadi penyokong utama perekonomian dan militer Kuba, yang sebelumnya menerima bantuan ekonomi dan militer besar-besaran dari Uni Soviet. Ini menandai awal dari apa yang disebut sebagai 'Periode Khusus' di Kuba, ditandai dengan keterpurukan ekonomi yang drastis karena hilangnya subsidi dan bantuan dari Rusia. Kerjasama dalam bidang ekonomi mengalami penurunan drastis, dan kerjasama militer dan pertahanan juga terhenti.
2. Periode Khusus 1989 1994 dan Kebangkitan Kembali Kerjasama Ekonomi
Periode Khusus (1989-1994) di Kuba adalah masa sulit akibat terhentinya dukungan dari Rusia. Namun, seiring waktu, Rusia mulai bangkit dari krisis ekonomi. Pada tahun 1994, Rusia kembali menghangatkan hubungan ekonomi dengan Kuba, menandai awal pemulihan kerjasama di antara kedua negara. Meskipun perekonomian Kuba masih tertekan, dan kebijakan Amerika Serikat yang berkelanjutan untuk menentang komunisme Kuba semakin memperparah keadaan, perbaikan hubungan ekonomi ini menjadi landasan bagi kerjasama di bidang lain, termasuk kerjasama militer dan pertahanan.
3. Perkembangan Kerjasama Pasca Mundurnya Fidel Castro 2006 seterusnya
Setelah Fidel Castro menyerahkan kepemimpinan Kuba kepada adiknya, Raul Castro pada tahun 2006, Kuba mengambil langkah baru untuk mempererat hubungan diplomatik dengan Rusia. Hal ini bertepatan dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat. Konflik Georgia-Ossetia Selatan dan penempatan basis pertahanan rudal Amerika Serikat di Cekoslowakia dan Polandia menjadi faktor yang memperkuat kerjasama antara Kuba dan Rusia. Rusia dan Kuba kembali menjadi mitra strategis dalam sistem internasional, menggerakkan kerjasama di berbagai bidang, termasuk militer dan pertahanan. Namun, kebijakan Rusia tidak lagi sama seperti pada masa Perang Dingin, yang memberikan bantuan besar-besaran kepada Kuba. Rusia memberikan pinjaman untuk pembelian senjata, tetapi dengan pendekatan yang lebih pragmatis dan terukur.
4. Kerjasama di Berbagai Bidang dan Intensitas Kerjasama
Kerja sama Kuba-Rusia pasca Perang Dingin meluas ke berbagai sektor, tidak hanya terbatas pada militer dan pertahanan. Kerjasama ekonomi yang mencakup keringanan dan perpanjangan pinjaman, kerjasama perminyakan dan energi, serta kerjasama sosial dan teknologi menjadi bagian penting dari hubungan bilateral. Kuba, meskipun ekonominya lemah, berhasil menarik kembali minat Rusia untuk menjalin kerja sama yang lebih erat, terutama dengan memanfaatkan meningkatnya ketegangan antara blok Barat dan Rusia. Intensitas kerjasama ini tidak lagi setinggi pada masa Perang Dingin, melainkan cenderung fluktuatif, dipengaruhi oleh berbagai faktor politik dan ekonomi internasional.
III.Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kerjasama Militer dan Pertahanan
Beberapa faktor utama memengaruhi kerjasama militer dan pertahanan Kuba-Rusia. Hegemoni Amerika Serikat terhadap Kuba dan Amerika Latin merupakan faktor pendorong utama bagi Kuba untuk mencari sekutu. Ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat, termasuk penempatan basis rudal AS di dekat Rusia, juga mendorong kerjasama ini. Kuba dan Rusia menghadapi ancaman bersama dari Amerika Serikat. Kuba menawarkan posisi strategis, sementara Rusia memberikan dukungan militer dan ekonomi, meskipun dengan pendekatan yang lebih pragmatis dibandingkan masa Perang Dingin. Penelitian ini menelaah bagaimana faktor-faktor ini membentuk dan memengaruhi intensitas kerjasama militer dan pertahanan.
1. Tekanan Amerika Serikat terhadap Kuba
Salah satu faktor utama yang mendorong kerjasama militer dan pertahanan Kuba-Rusia adalah tekanan berkelanjutan dari Amerika Serikat. Amerika Serikat, sejak kemerdekaan Kuba dari Spanyol, berupaya untuk menanamkan hegemoninya di Kuba. Kebijakan-kebijakan Amerika Serikat yang berkelanjutan untuk menentang rezim sosialis-komunis Kuba, termasuk embargo ekonomi dan upaya-upaya untuk menjatuhkan rezim Castro, membuat Kuba membutuhkan perlindungan dan dukungan dari negara lain. Bahkan setelah Presiden Obama berjanji untuk melakukan normalisasi hubungan, kebijakan Amerika Serikat secara umum tetap tidak berubah. Usaha Kuba untuk menarik kembali Guantanamo dari Amerika Serikat tanpa syarat juga mencerminkan ketegangan yang berkepanjangan ini. Serangan Bay of Pigs yang dilakukan CIA merupakan contoh upaya Amerika Serikat menjatuhkan rezim Castro.
2. Posisi Strategis Kuba dan Bargaining Power
Kuba, meskipun merupakan negara kecil, memiliki posisi geografis yang sangat strategis karena letaknya yang berdekatan dengan Amerika Serikat. Posisi ini memberikan Kuba bargaining position yang kuat dalam hubungan internasional. Baik bagi Rusia maupun Kuba sendiri, letak geografis Kuba menjadi aset penting. Bagi Rusia, Kuba menawarkan titik strategis untuk meningkatkan balance of power terhadap Amerika Serikat. Kuba memanfaatkan posisi strategisnya untuk mendapatkan dukungan dan perlindungan dari Rusia, khususnya dalam menghadapi tekanan politik dan ekonomi dari Amerika Serikat. Ini menunjukkan bagaimana posisi geografis negara dapat mempengaruhi dinamika kerjasama internasional, khususnya dalam bidang militer dan pertahanan.
3. Ketegangan Rusia Amerika Serikat dan Kebangkitan Kembali Kerjasama
Meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat setelah Perang Dingin juga menjadi faktor penting yang mendorong kerjasama Kuba-Rusia. Intervensi Amerika Serikat dan Rusia dalam konflik Georgia-Ossetia Selatan, serta penempatan basis pertahanan rudal Amerika Serikat di Ceko dan Polandia, meningkatkan kekhawatiran Rusia tentang keamanan nasionalnya. Dalam konteks ini, kembalinya hubungan baik Kuba-Rusia, yang sebelumnya renggang karena krisis ekonomi di Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet, menjadi langkah strategis bagi kedua belah pihak. Bagi Rusia, Kuba menjadi mitra strategis yang dapat memberikan pengaruh geopolitik terhadap Amerika Serikat. Rusia pun memberikan kembali pinjaman untuk pembelian senjata militer, menunjukkan bahwa kerjasama militer masih dianggap penting di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat.
4. Perubahan Kebijakan Rusia dan Fokus pada Kerjasama Ekonomi
Meskipun kerjasama militer dan pertahanan tetap penting, Rusia mendekati kerjasama dengan Kuba pasca Perang Dingin dengan pendekatan yang berbeda dari masa Perang Dingin. Rusia menyatakan kebijakan yang lebih logis dan pragmatis, tidak lagi menganak-emaskan Kuba dengan bantuan yang sangat menguntungkan seperti sebelumnya. Meskipun demikian, Rusia masih memberikan pinjaman untuk pembelian senjata militer Rusia, tetapi kerjasama ekonomi semakin ditekankan. Kerjasama ekonomi, termasuk keringanan dan perpanjangan pinjaman, kerjasama perminyakan dan energi, dan kerjasama di bidang sosial dan teknologi, menjadi penopang penting bagi hubungan bilateral. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi memegang peran yang semakin besar dalam menentukan dinamika kerjasama Kuba-Rusia pasca Perang Dingin, meskipun aspek militer dan pertahanan masih tetap ada.
IV.Kesimpulan Intensitas Kerjasama Militer dan Pertahanan Kuba Rusia
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kerjasama militer dan pertahanan Kuba-Rusia pasca Perang Dingin bersifat fluktuatif, berbeda dengan intensitas tinggi pada masa Perang Dingin. Faktor-faktor seperti tekanan Amerika Serikat terhadap Kuba, kebutuhan ekonomi Kuba, dan hubungan bilateral Rusia-Amerika Serikat secara signifikan mempengaruhi dinamika kerjasama tersebut. Meskipun Rusia lebih pragmatis dalam pendekatannya, kerjasama tetap berlanjut, terutama di bidang ekonomi dan militer, menunjukkan pentingnya bargaining power dan posisi geografis Kuba bagi Rusia, dan sebaliknya.
1. Fluktuasi Kerjasama Militer dan Pertahanan Pasca Perang Dingin
Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa kerjasama militer dan pertahanan antara Kuba dan Rusia pasca Perang Dingin bersifat fluktuatif, berbeda dengan intensitas tinggi yang ditunjukkan selama Perang Dingin. Pada masa Perang Dingin, kerjasama ini sangat erat, ditandai dengan bantuan ekonomi dan militer yang besar dari Uni Soviet kepada Kuba, bahkan sampai pada penempatan rudal Soviet di Kuba (Krisis Misil Kuba). Namun, runtuhnya Uni Soviet dan krisis ekonomi di Rusia menyebabkan kerjasama ini melemah drastis. Kuba mengalami periode kesulitan ekonomi yang dikenal sebagai 'Periode Khusus'. Setelah periode tersebut, muncul kembali kerjasama yang ditandai dengan pemberian pinjaman untuk pembelian senjata militer dan perluasan kerjasama ke berbagai bidang lainnya. Namun, intensitas kerjasama ini tidak lagi mencapai puncak seperti pada masa Perang Dingin, menunjukkan dinamika hubungan yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.
2. Peran Faktor Politik dan Ekonomi Internasional
Dinamika kerjasama militer dan pertahanan Kuba-Rusia pasca Perang Dingin sangat dipengaruhi oleh faktor politik dan ekonomi internasional. Tekanan berkelanjutan dari Amerika Serikat terhadap Kuba, termasuk embargo ekonomi dan upaya-upaya untuk menjatuhkan rezim Castro, menjadi faktor pendorong utama bagi Kuba untuk mencari dukungan dari Rusia. Sementara itu, peningkatan ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat, seperti konflik Georgia-Ossetia Selatan dan penempatan sistem pertahanan rudal Amerika Serikat di Eropa Timur, juga mendorong kerjasama ini. Krisis ekonomi di Rusia pasca-Soviet juga berperan penting dalam melemahnya kerjasama, tetapi kebangkitan ekonomi Rusia dan ketegangan yang berkelanjutan dengan Amerika Serikat menyebabkan kerjasama ini kembali menguat, meskipun dengan pendekatan yang lebih pragmatis dari pihak Rusia. Kesimpulannya, intensitas kerjasama dipengaruhi oleh interaksi kompleks berbagai faktor global dan regional.
3. Perbandingan Intensitas Kerjasama Perang Dingin vs. Pasca Perang Dingin
Penelitian ini membandingkan intensitas kerjasama militer dan pertahanan Kuba-Rusia pada masa Perang Dingin dengan pasca Perang Dingin. Pada masa Perang Dingin, intensitas kerjasama sangat tinggi, ditandai dengan bantuan militer dan ekonomi besar-besaran dari Uni Soviet kepada Kuba, bahkan sampai pada penempatan rudal Soviet di Kuba, yang hampir memicu perang dunia. Setelah runtuhnya Uni Soviet, intensitas kerjasama menurun drastis karena krisis ekonomi di Rusia dan hilangnya dukungan besar-besaran tersebut. Pasca-Perang Dingin, intensitas kerjasama kembali meningkat, tetapi dengan pendekatan yang berbeda dari Rusia, yang lebih berfokus pada kerjasama ekonomi sambil tetap memberikan dukungan militer. Kesimpulannya, intensitas kerjasama mengalami fluktuasi yang signifikan, dengan masa Perang Dingin menandai puncak kerjasama yang intens, sementara pasca Perang Dingin menunjukkan intensitas yang lebih rendah namun tetap penting secara strategis.