
Analisis Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia
Informasi dokumen
Penulis | Trisna Nurhidayat Sibarani |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Manajemen |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 765.97 KB |
- underpricing
- penawaran umum perdana
- Bursa Efek Indonesia
Ringkasan
I.Latar Belakang Underpricing dalam Penawaran Umum Perdana IPO di Bursa Efek Indonesia BEI
Penelitian ini menyelidiki fenomena underpricing pada saham IPO di BEI. Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat, ditandai dengan peningkatan jumlah perusahaan yang melakukan Go Public, memicu minat untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat underpricing. Underpricing, yaitu selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dan harga IPO, menjadi fokus utama penelitian ini, karena dampaknya bagi emiten dan investor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel, termasuk ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar, profitabilitas perusahaan (diukur dengan ROA), dan jumlah saham yang ditawarkan, terhadap tingkat underpricing.
1. Perkembangan Globalisasi Teknologi dan Pasar Modal Indonesia
Bagian ini menjelaskan konteks globalisasi dan perkembangan teknologi yang mendorong perusahaan untuk ekspansi dan bersaing di pasar global. Salah satu cara yang umum dilakukan adalah melalui Penawaran Umum (Go Public) atau Initial Public Offering (IPO), yaitu menjual sebagian saham perusahaan ke publik melalui pasar modal. Data dari Tabel 1.1 (yang tidak disertakan di sini) menunjukkan tren jumlah perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia dari tahun 2010 hingga 2014, menggambarkan dinamika pasar modal Indonesia. Peningkatan jumlah perusahaan yang go public menunjukkan persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan akan strategi investasi yang tepat bagi investor. Penjelasan ini memberikan latar belakang pentingnya penelitian tentang underpricing dalam konteks pasar modal Indonesia yang dinamis.
2. Definisi dan Permasalahan Underpricing dalam IPO
Di sini dijelaskan definisi Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana, serta istilah 'Go Public'. Fokus utama adalah pada permasalahan underpricing, yaitu situasi di mana harga saham pada IPO lebih rendah daripada harga penutupan (closing price) di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan. Penjelasan ini merujuk pada studi Handayani (2008) tentang transaksi IPO di pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Studi Suyatmin dan Sujadi (2006) juga dibahas, yang menyoroti permasalahan penentuan harga penawaran perdana: dilema antara penerimaan yang tinggi bagi perusahaan dan minat investor yang berkurang karena harga saham yang mahal. Adanya initial return (keuntungan investor dari selisih harga) menjadi indikator utama terjadinya underpricing. Dampak underpricing pada perusahaan dan investor juga dijelaskan: perusahaan kehilangan potensi penerimaan maksimum, sedangkan investor mungkin tidak mendapat initial return jika terjadi overpricing.
3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Underpricing dan Tinjauan Literatur
Bagian ini membahas berbagai faktor yang menyebabkan underpricing, seperti upaya untuk menarik investor, memberikan keuntungan kepada underwriter, dan adanya informasi asimetri antara emiten, penjamin emisi, dan investor. Peran penerbitan prospektus untuk mengurangi informasi asimetri dijelaskan. Pengaruh ukuran perusahaan ('issue of size') dalam menentukan harga saham dan mengurangi underpricing dikaji, mengacu pada penelitian Sjahruddin dan Fahtoni (2012), Ghozali dan Mansyur (2002), Kusumawati dan Sudento (2005), serta Yolana dan Martani (2005) yang memiliki temuan yang beragam tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap underpricing. Pengaruh jumlah saham yang ditawarkan ('shared offered') dan profitabilitas perusahaan (ROA) juga dibahas, menunjukan inkonsistensi temuan dari berbagai penelitian sebelumnya seperti Aini (2009), Suyatmin dan Sujadi (2006), Diananingsih (2002), dan Setianingrum (2005). Ketidakkonsistenan ini menjadi motivasi utama penelitian untuk mengkaji lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham IPO di BEI.
II.Tujuan Penelitian Menganalisis Faktor faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham IPO di BEI
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh simultan dari jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar, dan profitabilitas perusahaan terhadap tingkat underpricingsaham IPO di BEI. Penelitian ini menguji apakah variabel-variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
1. Tujuan Utama Penelitian Underpricing Saham IPO
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh simultan beberapa variabel terhadap tingkat underpricing saham pada saat penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian difokuskan pada bagaimana variabel-variabel tersebut secara bersama-sama mempengaruhi tingkat underpricing. Dengan kata lain, penelitian ini tidak hanya melihat pengaruh masing-masing variabel secara individual, tetapi bagaimana kombinasi dari variabel-variabel tersebut secara bersamaan memberikan dampak terhadap underpricing. Hal ini penting karena interaksi antara variabel-variabel ini dapat menghasilkan dampak yang kompleks dan tidak dapat diprediksi hanya dengan menganalisis pengaruh masing-masing variabel secara terpisah. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang fenomena underpricing dalam konteks IPO di pasar modal Indonesia.
2. Variabel yang Dianalisis dalam Penelitian Underpricing
Penelitian ini secara spesifik menargetkan empat variabel independen utama yang diduga berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham IPO di BEI. Variabel-variabel tersebut adalah: jumlah saham yang ditawarkan (shared offered), ukuran perusahaan (issue of size), kapitalisasi pasar (market capitalization), dan profitabilitas perusahaan. Pemilihan variabel-variabel ini didasarkan pada kajian literatur dan penelitian sebelumnya yang menunjukkan potensi pengaruhnya terhadap underpricing. Dengan menganalisis variabel-variabel tersebut secara bersamaan, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi relatif masing-masing variabel terhadap fenomena underpricing. Pemahaman terhadap pengaruh simultan ini akan memberikan wawasan yang lebih dalam dan akurat tentang faktor-faktor yang mendasari terbentuknya harga saham pada saat IPO.
III.Tinjauan Pustaka Teori dan Penelitian Terdahulu tentang Underpricing
Bagian ini meninjau teori-teori yang menjelaskan underpricing, seperti teori informasi asimetri dan signalling hypothesis. Penelitian terdahulu yang membahas faktor-faktor yang memengaruhi underpricing, termasuk penelitian oleh Handayani (2008), Suyatmin & Sujadi (2006), dan lainnya, dikaji untuk membangun kerangka teoritis penelitian. Perbedaan hasil penelitian sebelumnya menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengkaji secara empiris faktor-faktor yang berpengaruh terhadap underpricing di pasar modal Indonesia.
1. Teori teori yang Menerangkan Underpricing
Bagian ini membahas teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan fenomena underpricing. Salah satu teori yang dibahas adalah teori informasi asimetri (asymmetric information), yang menjelaskan perbedaan informasi antara emiten, underwriter (penjamin emisi), dan investor. Model Baron (1982) yang menjelaskan bagaimana underwriter memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk menentukan harga IPO yang meminimalkan risiko. Teori lain yang dibahas adalah signalling hypothesis, yang menjelaskan bagaimana informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan dapat memberikan sinyal kepada investor. Penelitian Jogiyanto (2000) dan Ivana (2005) terkait dengan signaling yang diberikan melalui pengumuman informasi akuntansi dan pengaruhnya terhadap keputusan investasi dibahas. Selain itu, teori-teori lain yang mempengaruhi underpricing seperti Beatty (1989) yang membahas tiga teori pokok yang menentukan underpricing: asimetri informasi, signalling hypothesis, dan litigation risk juga dibahas. Penjelasan ini memberikan landasan teoritis untuk memahami fenomena underpricing.
2. Penelitian Terdahulu Mengenai Underpricing
Tinjauan pustaka ini menelaah beberapa penelitian terdahulu tentang underpricing, termasuk pengaruh berbagai variabel seperti ukuran perusahaan, jumlah saham yang ditawarkan, dan profitabilitas. Penelitian Yolana dan Martani (2005) yang meneliti 131 emiten di BEI dari tahun 1994-2001, menemukan pengaruh signifikan variabel rata-rata nilai kurs dan ROE terhadap underpricing. Penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006) yang menganalisis data dari Bursa Efek Jakarta periode 1999-2003, menunjukkan bahwa variabel current ratio, reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, dan jenis industri berpengaruh terhadap underpricing. Penelitian Wulandari (2011) dan Azizi Nur Wicaksono (2012) juga dibahas, yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing di BEI dengan variabel-variabel seperti Debt to Equity Ratio, Return On Assets, ukuran perusahaan, dan jumlah saham yang ditawarkan. Perbedaan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap underpricing, menjadi dasar perlunya penelitian lebih lanjut untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.
IV.Metodologi Penelitian Analisis Regresi Berganda untuk Menguji Underpricing
Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk menganalisis pengaruh simultan variabel independen (jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar, dan profitabilitas perusahaan) terhadap variabel dependen (tingkat underpricing). Data yang digunakan mencakup periode tertentu (tahun yang spesifik dalam penelitian perlu dimasukkan disini jika ada dalam dokumen asli), dengan jumlah sampel perusahaan yang terdaftar di BEI. Uji statistik seperti uji F dan uji t digunakan untuk menguji hipotesis.
1. Teknik Analisis Data Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression) untuk menganalisis pengaruh simultan beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Teknik ini dipilih karena kesesuaiannya dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menguji pengaruh bersamaan dari beberapa variabel terhadap tingkat underpricing. Pemilihan regresi berganda didasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya yang juga menggunakan teknik yang sama, seperti penelitian oleh Handayani (2008), Suyatmin & Sujadi (2006), Sulistio (2005), Islam et al., Bansal and Khanna (2012). Regresi berganda memungkinkan peneliti untuk menguji secara simultan pengaruh jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar, dan profitabilitas perusahaan terhadap tingkat underpricing saham IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Analisis Statistik Deskriptif
Selain regresi berganda, analisis statistik deskriptif juga dilakukan untuk mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan. Analisis ini meliputi perhitungan rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum dari variabel-variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono (2010:142), statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data sebagaimana adanya tanpa membuat generalisasi. Data statistik deskriptif ini memberikan gambaran awal mengenai karakteristik data dan nilai-nilai variabel yang akan diuji lebih lanjut menggunakan regresi berganda. Informasi ini penting untuk memahami distribusi data dan memberikan konteks yang lebih baik untuk interpretasi hasil regresi berganda.
3. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi dan Multikolinearitas
Untuk memastikan keakuratan hasil regresi berganda, uji asumsi klasik dilakukan. Salah satu uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji autokorelasi, yang bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Uji Durbin Watson (DW-test) digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi. Selain itu, uji multikolinearitas juga dilakukan untuk menguji ada tidaknya korelasi yang tinggi antar variabel independen. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Nilai VIF di sekitar angka 1 dan angka tolerance di atas 0.10 serta lebih kecil dari 10 menunjukkan tidak adanya multikolinearitas. Pemenuhan asumsi klasik ini penting untuk memastikan hasil regresi berganda akurat dan dapat diinterpretasikan dengan benar.
4. Pengujian Hipotesis Uji F dan Uji t
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji F dan uji t. Uji F (uji simultan) digunakan untuk menguji pengaruh secara bersamaan dari semua variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis nol ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, yang menunjukkan bahwa variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji t (uji parsial) digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai probabilitas (p-value) yang diperoleh dari hasil pengolahan data menggunakan program SPSS. Kedua uji ini diperlukan untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai pengaruh variabel-variabel yang diteliti terhadap tingkat underpricing.
V.Hasil dan Pembahasan Pengaruh Simultan Variabel terhadap Underpricing
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar, dan profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing (nilai signifikansi uji F perlu dimasukkan di sini jika ada dalam dokumen asli). Namun, hasil analisis individual untuk setiap variabel (uji t) mungkin menunjukkan pengaruh yang berbeda-beda (hasil spesifik perlu dimasukkan disini jika ada dalam dokumen asli). Pembahasan hasil penelitian ini dibandingkan dengan temuan-temuan penelitian terdahulu, membahas konsistensi dan perbedaan temuan.
1. Hasil Uji F Pengaruh Simultan
Hasil uji F menunjukkan bahwa secara simultan, variabel jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar, dan profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Nilai signifikansi uji F yang diperoleh (nilai spesifik perlu ditambahkan dari dokumen asli, misalnya 0,008) lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak. Ini berarti bahwa keempat variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing saham pada saat IPO di BEI. Temuan ini menunjukkan kompleksitas faktor-faktor yang menentukan tingkat underpricing dan pentingnya mempertimbangkan pengaruh simultan variabel-variabel tersebut, bukan hanya pengaruh individual.
2. Hasil Uji t Pengaruh Parsial dan Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu
Meskipun uji F menunjukkan pengaruh simultan yang signifikan, hasil uji t (uji parsial untuk setiap variabel) perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh individual setiap variabel (hasil spesifik dari uji t untuk masing-masing variabel perlu dimasukkan ke sini dari dokumen asli, misal: pengaruh signifikan atau tidak signifikan, arah pengaruh). Pembahasan hasil ini kemudian dibandingkan dengan temuan-temuan penelitian terdahulu. Sebagai contoh, temuan terkait pengaruh kapitalisasi pasar terhadap underpricing dibandingkan dengan penelitian Allen and Faulhaber (1989), Sohail and Nasr (2007), dan Islam (2014) yang menemukan hubungan yang signifikan, sementara penelitian ini menemukan sebaliknya, sejalan dengan Abdullah (2000) dan Bansal & Khanna (2012). Perbedaan dan kesamaan temuan ini dibahas untuk memberikan interpretasi yang lebih komprehensif terhadap hasil penelitian.
3. Kesimpulan dan Implikasi
Berdasarkan hasil uji F dan uji t, kesimpulan penelitian dapat dirumuskan terkait dengan pengaruh simultan dan parsial dari variabel-variabel terhadap underpricing. Hipotesis utama penelitian, yaitu tentang pengaruh simultan keempat variabel terhadap underpricing, dinyatakan diterima atau ditolak (sesuai hasil uji F). Diskusi tentang implikasi hasil penelitian bagi berbagai pihak, seperti emiten, investor, dan regulator pasar modal di Indonesia, juga dijelaskan di bagian ini. Kesimpulan ini harus memberikan ringkasan yang jelas dan ringkas tentang temuan utama penelitian dan implikasi praktisnya.
VI.Kesimpulan Implikasi Penelitian tentang Underpricing Saham IPO di BEI
Kesimpulan penelitian menyimpulkan tentang pengaruh signifikan atau tidak signifikan dari variabel-variabel yang diteliti terhadap underpricing saham IPO di BEI, berdasarkan hasil pengujian statistik. Implikasi hasil penelitian bagi emiten, investor, dan regulator pasar modal Indonesia juga dibahas.
1. Ringkasan Temuan Utama
Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa secara simultan, jumlah saham yang ditawarkan, ukuran perusahaan, kapitalisasi pasar, dan profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham pada saat IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ini berarti keempat variabel tersebut secara bersama-sama mempengaruhi seberapa rendah harga saham yang ditawarkan pada saat IPO dibandingkan dengan harga pasarnya di hari pertama perdagangan. Temuan ini mengkonfirmasi hipotesis utama penelitian dan menyoroti kompleksitas faktor-faktor yang berperan dalam menentukan tingkat underpricing. Namun, perlu dicatat bahwa analisis parsial (uji t) mungkin menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap variabel, sehingga analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami pengaruh individual masing-masing variabel. (Hasil spesifik dari uji t untuk setiap variabel perlu dimasukkan di sini, misalnya variabel mana yang signifikan dan mana yang tidak).
2. Implikasi bagi Emiten Investor dan Regulator
Temuan penelitian ini memiliki implikasi penting bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pasar modal Indonesia. Bagi emiten, pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing dapat membantu dalam perencanaan strategi IPO yang lebih efektif, sehingga dapat memaksimalkan penerimaan dana. Investor dapat menggunakan temuan ini untuk mengembangkan strategi investasi yang lebih baik dalam konteks IPO di BEI, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing. Sementara itu, bagi regulator pasar modal, hasil penelitian dapat memberikan informasi berharga untuk pengembangan kebijakan dan pengawasan yang lebih efektif dalam pasar modal, khususnya terkait dengan praktik penetapan harga saham IPO. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan pasar modal yang lebih efisien dan transparan di Indonesia.