Analisis Strategi Pembiayaan Kredit Mikro di PT. Bank Sumut

Analisis Strategi Pembiayaan Kredit Mikro di PT. Bank Sumut

Informasi dokumen

Penulis

Dea Mutia Asmasakina

instructor Onan M. Siregar, S.Sos, M.si
Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.71 MB
  • Kredit Mikro
  • Strategi Pembiayaan
  • PT. Bank Sumut

Ringkasan

I. Bank Sumut KCP Belawan

Penelitian ini menganalisis strategi pembiayaan kredit mikro yang diterapkan oleh PT. Bank Sumut KCP Belawan. Bank Sumut KCP Belawan mengelola kredit mikro secara organik, artinya proses dan pengelolaan debitur dilakukan sendiri oleh bank. Meskipun penyaluran dana meningkat dalam tiga tahun terakhir, KCP Belawan berada di posisi terendah dibandingkan KCP Mabar, Marelan, dan Martubung. Namun, KCP Belawan juga mencatat angka kredit macet terendah di antara ketiga KCP tersebut. Dalam menilai kelayakan debitur, Bank Sumut KCP Belawan menekankan pada aspek karakter dan kapasitas (2C) dari 5C yang umum digunakan dalam commercial banking. Hal ini mencerminkan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik kredit mikro dan debiturnya di sektor informal.

1. Strategi Organik dan Pengelolaan Debitur Mikro

Strategi utama PT. Bank Sumut KCP Belawan dalam pengelolaan kredit mikro adalah pendekatan organik. Ini berarti bank secara langsung mengelola seluruh proses dan debitur mikro tanpa melibatkan pihak ketiga. Pendekatan ini memungkinkan pengawasan yang lebih ketat dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap kondisi debitur. Meskipun terlihat sederhana, strategi ini terbukti efektif dalam mengendalikan risiko kredit macet. Data menunjukkan peningkatan penyaluran dana selama tiga tahun terakhir, walaupun jumlahnya lebih rendah dibandingkan cabang lain seperti Mabar, Marelan, dan Martubung. Namun, yang membedakan adalah tingkat kredit macet KCP Belawan yang jauh lebih rendah daripada cabang-cabang tersebut, membuktikan efektivitas strategi organik dalam meminimalisir risiko.

2. Perbandingan Kinerja dengan Cabang Lain

Meskipun KCP Belawan menunjukkan peningkatan penyaluran dana kredit mikro dalam tiga tahun terakhir, kinerja penyaluran dana tersebut masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Kantor Cabang Mabar, Marelan, dan Martubung. Namun, penelitian ini juga menyoroti aspek positif lain. KCP Belawan berhasil mempertahankan posisi terendah dalam hal kredit macet atau dana macet dibandingkan dengan ketiga cabang tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pengelolaan debitur mikro yang diterapkan di KCP Belawan, meskipun menghasilkan penyaluran dana yang lebih sedikit, lebih efektif dalam meminimalkan risiko kerugian akibat kredit macet. Perbedaan ini perlu dikaji lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja masing-masing cabang dan potensi peningkatan penyaluran dana di KCP Belawan tanpa mengorbankan kualitas pengelolaan risiko.

3. Penerapan Prinsip 2C Character dan Capacity dalam Penilaian Debitur

Dalam menilai kelayakan debitur mikro, PT. Bank Sumut KCP Belawan berfokus pada dua aspek utama dari kerangka 5C yang biasa digunakan dalam perbankan komersial: Character (karakter) dan Capacity (kapasitas). Aspek Character merujuk pada kejujuran dan integritas debitur, sementara Capacity mengacu pada kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjaman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa fokus pada 2C ini sangat penting dalam konteks kredit mikro, mengingat keterbatasan akses pada jaminan tambahan (collateral) dan modal (capital) yang umumnya dimiliki oleh debitur mikro. Oleh karena itu, Bank Sumut KCP Belawan lebih memprioritaskan penilaian karakter dan kemampuan keuangan debitur dalam proses seleksi kredit mikro untuk meminimalkan risiko kredit macet dan memastikan keberlanjutan program.

II.Program Kredit Mikro Bank Sumut Permaisuri dan Sumut Sejahtera II

PT. Bank Sumut menawarkan dua program kredit mikro: Kredit Permaisuri dan Kredit Mikro Sumut Sejahtera II (KMSS II). Kredit Permaisuri ditujukan untuk kelompok ibu-ibu dengan persyaratan yang relatif mudah, sementara KMSS II menawarkan plafon hingga Rp50.000.000,00 dengan bunga 1% per bulan. Kedua program ini dirancang untuk memberikan pembiayaan bagi pelaku usaha mikro di Sumatera Utara, khususnya di Belawan. Strategi pemasaran melibatkan pendekatan langsung kepada calon debitur melalui kunjungan ke lapangan dan sosialisasi di berbagai kegiatan masyarakat. Tantangan yang dihadapi meliputi rendahnya tingkat pendidikan pelaku usaha mikro di Belawan dan persepsi masyarakat yang lebih memilih rentenir, serta masalah kredit macet yang sebagian disebabkan oleh penggunaan dana kredit yang tidak sesuai peruntukannya.

1. Gambaran Umum Program Kredit Mikro Bank Sumut

PT. Bank Sumut memiliki dua program kredit mikro utama yang ditujukan untuk nasabah dengan perekonomian menengah ke bawah: Kredit Mikro Permaisuri dan Kredit Mikro Sumut Sejahtera II (KMSS II). Kedua program ini dirancang untuk mendorong pengembangan kewirausahaan dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Kredit Mikro Permaisuri difokuskan pada kelompok ibu-ibu, menawarkan kemudahan persyaratan dan proses pengajuan yang sederhana. Sementara itu, KMSS II menyediakan plafon kredit yang lebih besar, mencapai Rp50.000.000,00, dengan suku bunga 1% per bulan atau 12% per tahun. Meskipun kedua program menawarkan kemudahan akses pembiayaan, masing-masing memiliki karakteristik, persyaratan, dan strategi pemasaran yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut detail implementasi dan dampak dari kedua program kredit mikro ini.

2. Persyaratan dan Strategi Pemasaran Kredit Mikro Permaisuri

Kredit Mikro Permaisuri dirancang khusus untuk kelompok ibu-ibu yang beranggotakan minimal 20 orang. Persyaratannya relatif mudah, meliputi kepemilikan KTP, usia di bawah 65 tahun, dan usaha yang telah berjalan minimal satu tahun. Calon debitur juga diharuskan melampirkan fotokopi KTP dan surat persetujuan dari suami. Strategi pemasaran Kredit Mikro Permaisuri mengandalkan pendekatan langsung ke lapangan. Petugas CMO Bank Sumut KCP Belawan secara aktif mensosialisasikan program ini dalam berbagai kegiatan yang melibatkan ibu-ibu, seperti pengajian, arisan, dan perkumpulan lainnya. Pendekatan personal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepercayaan masyarakat terhadap program kredit mikro yang ditawarkan. Kendala yang dihadapi antara lain kesulitan mengumpulkan calon nasabah karena kesibukan berdagang yang berbeda-beda serta kurangnya keseriusan sebagian ibu rumah tangga dalam menjalankan usahanya.

3. Persyaratan dan Strategi Pemasaran Kredit Mikro Sumut Sejahtera II KMSS II

Kredit Mikro Sumut Sejahtera II (KMSS II) memiliki plafon kredit yang lebih tinggi dibandingkan Kredit Mikro Permaisuri, hingga Rp50.000.000,00, dengan suku bunga 1% per bulan. Persyaratannya meliputi kepemilikan usaha perseorangan minimal satu tahun, tidak sedang menikmati fasilitas kredit di bank lain, dan tidak memiliki lebih dari satu fasilitas kredit di Bank Sumut. Nilai agunan yang diberikan tidak boleh kurang dari nominal pinjaman. Strategi pemasaran KMSS II juga melibatkan pendekatan langsung ke lapangan, namun berbeda dengan Kredit Mikro Permaisuri, petugas AO Bank Sumut KCP Belawan yang mengunjungi langsung tempat usaha kecil seperti warung makan, warung kelontong, dan warung kopi. Kendala yang dihadapi meliputi keengganan calon nasabah untuk mengambil kredit, keinginan meminjam dengan nilai melebihi agunan, dan penggunaan dana kredit untuk keperluan di luar pengembangan usaha.

4. Dampak dan Tantangan Program Kredit Mikro di Belawan

Kedua program kredit mikro, Kredit Mikro Permaisuri dan KMSS II, memiliki dampak positif bagi pengembangan usaha mikro di Belawan. Para nasabah merasakan manfaat yang signifikan, seperti peningkatan kualitas peralatan usaha, peningkatan produksi, dan renovasi tempat usaha yang lebih layak. Namun, penelitian juga mengungkapkan beberapa tantangan. Tingkat pendidikan pelaku usaha mikro di Belawan yang rendah dan kepercayaan masyarakat yang lebih besar kepada rentenir menyebabkan penetrasi program kredit mikro Bank Sumut masih terbatas. Tingkat kredit macet yang relatif tinggi (20-25%) juga menjadi kendala. Sebagian besar kasus kredit macet disebabkan oleh penggunaan dana kredit yang tidak tepat sasaran, bukan untuk pengembangan usaha. Meskipun demikian, program KMSS II dianggap efektif dalam membantu pengembangan usaha mikro, meskipun beberapa nasabah berharap plafon kredit dapat dinaikkan dan suku bunga diturunkan.

III.Analisis Kelayakan Debitur Kredit Mikro

Penilaian kelayakan debitur untuk kredit mikro di Bank Sumut KCP Belawan berfokus pada analisis karakter dan kapasitas (2C). Untuk Kredit Mikro Permaisuri, dilakukan Social and Credit Investigation (SOCI), wawancara, dan pengecekan BI Checking. KMSS II juga menggunakan wawancara, BI Checking, dan wawancara dengan tetangga. Analisis besarnya pembiayaan dilakukan berdasarkan laba usaha, disesuaikan dengan jumlah angsuran dan tujuan penggunaan kredit, dengan prioritas pada pengembangan usaha. Aspek lingkungan, ekonomi, dan hukum dari usaha debitur juga diperhitungkan untuk meminimalisir kredit macet. Untuk mencegah kredit macet, jaminan tambahan yang kuat (KMSS II) dan tanggung renteng (Kredit Permaisuri) diterapkan. Jaminan alternatif seperti surat nikah atau izin menempati kios juga digunakan dalam Kredit Permaisuri.

1. Analisis Karakter Debitur

Penilaian karakter debitur merupakan aspek krusial dalam analisis kelayakan kredit mikro. Untuk Kredit Mikro Sumut Sejahtera II (KMSS II), Bank Sumut KCP Belawan melakukan wawancara langsung dengan calon debitur, verifikasi data melalui BI Checking, dan wawancara dengan tetangga. Karakteristik yang dinilai meliputi kejujuran (kesesuaian informasi yang disampaikan), konsistensi (kejelasan dan kestabilan jawaban), dan kooperatif (kemauan untuk bekerja sama). Sementara itu, untuk Kredit Mikro Permaisuri, proses penilaian karakter debitur melibatkan Social and Credit Investigation (SOCI) yang bertujuan untuk menggali informasi tentang kondisi sosial dan ekonomi calon debitur, diikuti dengan BI Checking dan wawancara. Kedua metode ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang karakter dan rekam jejak calon debitur, yang penting untuk meminimalisir risiko kredit macet.

2. Analisis Besarnya Modal dan Tujuan Penggunaan Kredit

Besarnya pembiayaan yang diberikan disesuaikan dengan analisis laba usaha debitur, jumlah angsuran yang mampu dibayarkan, dan tujuan penggunaan kredit. Untuk KMSS II, Bank Sumut KCP Belawan hanya memproses permohonan yang ditujukan untuk pengembangan usaha. Permohonan yang tidak sesuai dengan tujuan ini akan ditolak. Pencegahan kredit macet dilakukan melalui analisis yang cermat terhadap besar pinjaman dan jangka waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan aktual debitur, serta pengawasan penggunaan dana kredit. Jika terjadi kredit macet pada KMSS II, jaminan yang diagunkan akan dijual atau dilelang untuk menutupi sisa utang. Sementara itu, untuk Kredit Mikro Permaisuri yang tidak menggunakan agunan, mekanisme tanggung renteng diantara anggota kelompok diterapkan untuk mengatasi risiko kredit macet. Untuk menghindari sengketa lahan, calon debitur wajib melampirkan Surat Keterangan Tidak Saling Sengketa.

3. Analisis Keadaan Usaha Lingkungan Ekonomi dan Hukum

Aspek lingkungan, ekonomi, dan hukum turut dipertimbangkan dalam analisis kelayakan pembiayaan kredit mikro. Aspek lingkungan menilai seberapa mendukung lingkungan sekitar tempat usaha terhadap keberlangsungan usaha. Aspek ekonomi melihat perkembangan usaha debitur setelah mendapatkan pembiayaan. Sementara itu, aspek hukum memastikan legalitas dan kepatuhan usaha debitur terhadap peraturan yang berlaku, sehingga terhindar dari risiko penggusuran atau masalah hukum lainnya. Analisis ini dilakukan baik untuk Kredit Mikro Permaisuri maupun KMSS II. Perbedaan mendasar dalam penilaian terletak pada jenis jaminan yang dibutuhkan, dimana Kredit Mikro Permaisuri mengandalkan tanggung renteng antar anggota kelompok, sementara KMSS II mensyaratkan agunan tambahan. Kedua program juga memperhatikan potensi dan kapasitas debitur dalam melunasi kewajiban kreditnya.

IV.Dampak Program Kredit Mikro di Belawan

Program kredit mikro Bank Sumut, khususnya KMSS II, memberikan dampak positif bagi pelaku usaha mikro di Belawan, seperti peningkatan peralatan usaha, produksi, dan renovasi tempat usaha. Namun, beberapa nasabah merasa suku bunga masih tinggi dan plafon kredit perlu ditingkatkan. Rendahnya penetrasi kredit mikro di Belawan dibandingkan daerah lain seperti Mabar, Marelan, dan Martubung, disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, kepercayaan masyarakat terhadap rentenir, serta jumlah penduduk Belawan yang lebih sedikit (sekitar 95.506 jiwa pada 2014, dengan sekitar 15.000 jiwa mengikuti program kredit mikro, dan 20-25% mengalami kredit macet). Angka kredit macet di Belawan tetap terendah dibanding daerah lain.

1. Dampak Positif Program Kredit Mikro Sumut Sejahtera II KMSS II

Program KMSS II memberikan dampak positif bagi pelaku usaha mikro di Belawan. Penerima pembiayaan mengalami peningkatan kualitas peralatan usaha, peningkatan jumlah produksi, dan renovasi tempat usaha yang lebih layak. Program ini dinilai sesuai dengan kebutuhan usaha mikro di daerah tersebut. Meskipun beberapa nasabah menginginkan peningkatan plafon kredit, secara keseluruhan syarat dan ketentuan yang diterapkan dianggap cukup ringan dan tidak memberatkan. Walaupun suku bunga masih dianggap tinggi oleh sebagian nasabah, mayoritas merasakan kemudahan dalam mengajukan kredit dan menganggap program ini sangat membantu dalam pengembangan usaha mereka. Kesimpulannya, KMSS II terbukti efektif dalam meningkatkan kapasitas usaha mikro di Belawan.

2. Dampak Positif Program Kredit Mikro Permaisuri

Berdasarkan wawancara dengan lima nasabah Kredit Mikro Permaisuri, seluruhnya mengetahui program ini melalui sosialisasi langsung dari karyawan Bank Sumut KCP Belawan. Program ini memberikan dampak besar bagi pengembangan usaha mereka, terlihat dari peningkatan kualitas lapak jualan, penambahan ragam barang dagangan, dan penambahan peralatan usaha. Syarat dan ketentuan yang mudah menjadi faktor pendukung keberhasilan program ini. Kemudahan akses dan dampak positif yang dirasakan para nasabah menunjukkan efektivitas strategi sosialisasi dan pendekatan langsung yang diterapkan oleh Bank Sumut KCP Belawan dalam program Kredit Mikro Permaisuri. Program ini memberikan solusi pembiayaan yang efektif bagi ibu-ibu rumah tangga yang menjalankan usaha mikro.

3. Perbandingan Kinerja dan Tingkat Kredit Macet di Belawan

Meskipun program kredit mikro di PT. Bank Sumut KCP Belawan mengalami peningkatan penyaluran dana dalam tiga tahun terakhir, jumlahnya masih lebih rendah dibandingkan dengan cabang Mabar, Marelan, dan Martubung. Namun, KCP Belawan mencatat tingkat kredit macet terendah di antara keempat cabang tersebut. Rendahnya penetrasi kredit mikro di Belawan diakibatkan beberapa faktor, termasuk rendahnya tingkat pendidikan pelaku usaha mikro, kecenderungan masyarakat untuk meminjam dari rentenir karena faktor kepercayaan dan relasi personal, serta jumlah penduduk Belawan yang lebih sedikit dibandingkan daerah lain (sekitar 95.506 jiwa pada 2014, dengan 15.000 jiwa mengikuti program kredit mikro dan 20-25% mengalami kredit macet). Tingkat kredit macet yang relatif tinggi sebagian besar disebabkan oleh pemanfaatan dana kredit yang tidak optimal untuk pengembangan usaha.