
Analisis Reaksi Pasar Terhadap Penerapan IFRS pada Perusahaan Manufaktur
Informasi dokumen
Penulis | Yudistra Tumbu Saputra Manalu |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Akuntansi |
Tempat | Medan |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 4.89 MB |
- reaksi pasar
- IFRS
- perusahaan manufaktur
Ringkasan
I.Latar Belakang Penelitian Analisis Reaksi Pasar terhadap Penerapan IFRS di Indonesia dan Malaysia
Penelitian ini menganalisis reaksi pasar terhadap penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia dan Malaysia pada tahun 2012. Krisis keuangan Asia 1997 dan skandal korporasi global mendorong kebutuhan akan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang lebih baik dan lebih dipercaya, mengarah pada konvergensi PSAK (di Indonesia) dan FRS (di Malaysia) ke IFRS. Studi ini meneliti bagaimana investor merespon perubahan regulasi ini, khususnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX) dan Bursa Malaysia. Populasi penelitian meliputi 139 perusahaan manufaktur di Indonesia dan 194 di Malaysia. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, menghasilkan 39 sampel dari Indonesia dan 19 dari Malaysia.
1. Latar Belakang Penerapan IFRS di Indonesia dan Malaysia
Bagian ini menjelaskan konteks penelitian yang berfokus pada reaksi pasar terhadap penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia dan Malaysia pada tahun 2012. Ditekankan bahwa krisis keuangan Asia tahun 1997 dan sejumlah skandal korporasi besar (seperti Enron, WorldCom, dan Adelphia) mendorong perlunya standar akuntansi global yang lebih baik dan transparan. Hal ini menjadi pendorong utama konvergensi standar akuntansi lokal, yaitu PSAK di Indonesia dan FRS di Malaysia, menuju IFRS. Tujuan utama adalah untuk menganalisis bagaimana pasar modal Indonesia dan Malaysia merespon perubahan signifikan dalam standar pelaporan keuangan ini, khususnya dampaknya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX) dan Bursa Malaysia. Disebutkan pula bahwa akses terhadap data laporan keuangan dilakukan melalui situs resmi IDX (www.idx.co.id), Bursa Malaysia (www.bursamalaysia.com), dan data harga saham harian dari finance.yahoo.com. Sebagai informasi tambahan, populasi penelitian mencakup 139 perusahaan manufaktur di Indonesia dan 194 di Malaysia, dengan sampel akhir sebanyak 39 perusahaan di Indonesia dan 19 di Malaysia yang dipilih melalui metode purposive sampling.
2. Kebutuhan Informasi Akuntansi yang Berkualitas
Bagian ini menjelaskan pentingnya informasi akuntansi yang berkualitas dan relevan bagi pengambilan keputusan investasi dan kredit. Informasi tersebut terutama terdapat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan. Karena pihak eksternal tidak memiliki akses langsung ke informasi internal perusahaan, laporan keuangan menjadi sumber utama informasi. Penulis menekankan bahwa laporan keuangan yang bermanfaat harus menyediakan informasi yang dibutuhkan pelaku pasar, yang kemudian akan memberikan reaksi yang dapat diukur melalui return saham atau abnormal return. Harmonisasi standar akuntansi internasional, seperti IFRS, dianggap sangat penting untuk meningkatkan pemahaman laporan keuangan lintas negara, memudahkan perusahaan dalam menjual saham di pasar modal internasional. Indonesia, sebagai negara yang terbuka terhadap globalisasi, memerlukan standar akuntansi yang dipahami oleh investor internasional. Konvergensi ke IFRS, yang mulai efektif 1 Januari 2012, diharapkan menghasilkan laporan keuangan yang lebih konsisten dan transparan di pasar Indonesia dan Malaysia.
3. Perubahan Regulasi dan Pertanyaan Penelitian
Bagian ini membahas perubahan signifikan dalam standar akuntansi dan pelaporan keuangan di Indonesia dan Malaysia akibat proses konvergensi IFRS. Perubahan ini mempengaruhi laporan keuangan dan kebijakan akuntansi perusahaan yang sebelumnya menggunakan PSAK dan FRS. Pertanyaan utama penelitian adalah bagaimana pelaku pasar merespon perubahan regulasi ini. Indonesia dan Malaysia, melalui lembaga standard setter masing-masing (IAI dan MASB), telah berkomitmen untuk mengkonvergensikan PSAK dan FRS ke IFRS. Perubahan ini diharapkan meningkatkan transparansi dan kepercayaan dalam informasi keuangan, menjawab masalah perbedaan standar akuntansi antar negara dan memperkuat arsitektur keuangan global. Penulis juga menyinggung bahwa implementasi IFRS di Indonesia dan Malaysia dilakukan secara bertahap (gradual), bukan dengan pendekatan 'big bang'. Hal ini menjadi poin penting untuk dipertimbangkan dalam menganalisis reaksi pasar.
II.Metodologi Penelitian Studi Peristiwa dan Analisis Data
Metodologi penelitian yang digunakan adalah Event Study, yang mengamati Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) harian di sekitar periode pengumuman laporan keuangan. Analisis data dilakukan menggunakan metode regresi linear. Data laporan keuangan diperoleh dari situs web www.idx.co.id, www.bursamalaysia.com, dan data harga saham harian dari www.finance.yahoo.com.
1. Metode Penelitian Event Study
Penelitian ini menggunakan metode event study, atau studi peristiwa, untuk menganalisis reaksi pasar terhadap suatu peristiwa spesifik, yaitu penerapan IFRS di Indonesia dan Malaysia pada tahun 2012. Metode ini memungkinkan pengujian kandungan informasi (information content) dari pengumuman penerapan IFRS dan juga pengujian efisiensi pasar (dalam bentuk semi-kuat). Event study berfokus pada pengamatan perubahan harga saham di sekitar periode pengumuman laporan keuangan yang telah diadopsi sesuai standar IFRS. Penggunaan metode ini memungkinkan peneliti untuk mengukur dampak informasi yang terkandung dalam laporan keuangan terhadap perilaku investor di pasar modal.
2. Pengukuran Reaksi Pasar CAAR dan Regresi Linear
Untuk mengukur reaksi pasar, penelitian ini menggunakan Cumulative Average Abnormal Return (CAAR). CAAR merupakan rata-rata return abnormal kumulatif yang dihitung harian selama periode jendela (event window) yang mencakup periode sebelum, saat, dan setelah laporan keuangan dipublikasikan. Return abnormal sendiri merupakan selisih antara return aktual saham dengan return yang diharapkan. Metode analisis data utama yang digunakan adalah regresi linear. Regresi linear digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen (yaitu, penerapan IFRS) dan variabel dependen (yaitu, return saham). Dengan demikian, analisis statistik ini memungkinkan untuk menentukan secara kuantitatif pengaruh IFRS terhadap pergerakan harga saham.
3. Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia dan Malaysia diperoleh dari situs web resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan Bursa Malaysia (www.bursamalaysia.com). Data harga saham harian dikumpulkan dari website www.finance.yahoo.com. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, sehingga dipilih 39 perusahaan sampel di Indonesia dan 19 perusahaan sampel di Malaysia yang memenuhi kriteria penerapan standar akuntansi yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012. Kriteria ini memastikan bahwa perusahaan yang diteliti benar-benar telah mengimplementasikan IFRS dalam penyusunan laporan keuangannya, yang dapat diverifikasi dari catatan atas laporan keuangan bagian kebijakan akuntansi. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan metode-metode statistik yang telah disebutkan sebelumnya.
III.Hasil Penelitian Respon Pasar terhadap Penerapan IFRS
Penelitian ini menguji hipotesis mengenai reaksi pasar terhadap penerapan IFRS. Hasil penelitian dibandingkan dengan temuan studi sebelumnya seperti Armstrong dkk (2008) di Eropa, Klimczak (2011) di Polandia, Kim dan Koo (2013) di Korea Selatan, Brüggemnn dkk (2011) secara global, dan Hilliard (2013) di Kanada. Diidentifikasi beberapa faktor yang mungkin menyebabkan tidak adanya respon signifikan dari investor terhadap penerapan IFRS di Indonesia dan Malaysia, seperti proses konvergensi yang bertahap (gradual).
1. Temuan Utama Reaksi Pasar terhadap IFRS di Indonesia dan Malaysia
Bagian ini menyajikan hasil utama penelitian mengenai reaksi pasar terhadap penerapan IFRS di Indonesia dan Malaysia pada tahun 2012. Hasil analisis CAAR (Cumulative Average Abnormal Return) di sekitar periode pengumuman laporan keuangan menunjukkan bahwa tidak terdapat respon pasar yang signifikan terhadap penerapan IFRS di kedua negara. Artinya, perubahan harga saham tidak menunjukkan adanya reaksi yang konsisten terhadap implementasi standar akuntansi internasional ini. Temuan ini kontras dengan beberapa penelitian sebelumnya di negara lain, misalnya, penelitian Armstrong dkk (2008) di Eropa yang menunjukkan reaksi pasar positif terhadap adopsi IFRS. Perbedaan ini menjadi fokus analisis lebih lanjut untuk mencari penjelasan yang masuk akal. Penelitian lain yang dibandingkan meliputi Klimczak (2011) di Polandia, Kim dan Koo (2013) di Korea Selatan, Brüggemnn dkk (2011) secara global, dan Hilliard (2013) di Kanada, yang sebagian menunjukkan temuan yang berbeda dengan penelitian ini.
2. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian ini dibandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu yang meneliti reaksi pasar terhadap adopsi IFRS di berbagai negara. Penelitian Armstrong dkk (2008) di Eropa menemukan reaksi pasar positif, menunjukkan peningkatan kualitas informasi dan penurunan asimetri informasi. Sebaliknya, penelitian ini tidak menemukan hal serupa di Indonesia dan Malaysia. Penelitian Brüggemnn dkk (2011) yang mengamati peningkatan volume perdagangan setelah penerapan IFRS juga tidak konsisten dengan temuan ini. Begitu pula dengan penelitian Ville dan Siekkinen (2014) yang menunjukan adanya peningkatan abnormal return yang signifikan pada hari pengumuman (event day). Perbedaan temuan ini menunjukkan adanya keragaman reaksi pasar terhadap IFRS yang mungkin dipengaruhi oleh faktor konteks negara masing-masing, termasuk metodologi penelitian yang berbeda.
3. Penjelasan Potensial atas Tidak Adanya Respon Signifikan
Penulis memberikan beberapa penjelasan potensial mengapa tidak ditemukan reaksi pasar yang signifikan terhadap penerapan IFRS di Indonesia dan Malaysia. Salah satu faktor yang diidentifikasi adalah proses konvergensi IFRS yang dilakukan secara bertahap (gradual) di kedua negara. Proses gradual ini mungkin menyebabkan perubahan standar akuntansi yang tidak terlalu signifikan sehingga tidak memicu reaksi kuat dari investor. Faktor lain yang mungkin berperan, tetapi tidak dibahas secara rinci dalam bagian ini, adalah karakteristik pasar modal di Indonesia dan Malaysia yang mungkin berbeda dengan pasar di negara-negara lain yang telah diteliti sebelumnya. Kesimpulannya, temuan ini menekankan perlunya analisis lebih lanjut untuk memahami kompleksitas reaksi pasar terhadap adopsi standar akuntansi internasional di berbagai konteks ekonomi dan regulasi.
IV.Kesimpulan dan Saran Implikasi Penerapan IFRS
Kesimpulannya, meskipun penerapan IFRS di Indonesia dan Malaysia telah efektif sejak 1 Januari 2012, respon pasar terhadap perubahan ini tidak signifikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasar terhadap perubahan standar akuntansi dan pelaporan keuangan. Studi ini memberikan kontribusi pada pemahaman implementasi IFRS di pasar berkembang dan implikasinya terhadap harga saham dan keputusan investasi.
1. Kesimpulan Respon Pasar terhadap Implementasi IFRS
Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat reaksi pasar yang signifikan terhadap implementasi IFRS di Indonesia dan Malaysia pada tahun 2012. Analisis CAAR menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada return abnormal saham di sekitar periode pengumuman laporan keuangan yang telah diadopsi sesuai standar IFRS. Temuan ini berbeda dengan beberapa penelitian serupa di negara lain yang menunjukkan reaksi pasar yang positif terhadap adopsi IFRS. Proses konvergensi IFRS yang dilakukan secara bertahap (gradual) di Indonesia dan Malaysia, diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang mungkin berkontribusi pada tidak adanya respon pasar yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor konteks negara dan metode implementasi IFRS sangat berpengaruh terhadap reaksi pasar.
2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini menyarankan beberapa hal untuk penelitian selanjutnya. Karena temuan ini berbeda dengan beberapa studi internasional, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji faktor-faktor kontekstual yang dapat menjelaskan perbedaan reaksi pasar terhadap penerapan IFRS di berbagai negara. Penelitian selanjutnya bisa mengeksplorasi lebih dalam mengenai faktor-faktor spesifik pasar modal Indonesia dan Malaysia, seperti karakteristik investor, tingkat efisiensi pasar, serta regulasi yang berlaku. Metode pengukuran reaksi pasar juga dapat diperluas dan diperbaiki. Penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham selain hanya penerapan IFRS, seperti kondisi ekonomi makro dan faktor politik. Dengan demikian, penelitian lebih lanjut dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai implikasi penerapan IFRS terhadap pasar modal di negara berkembang.