Analisis Permintaan Wisatawan Terhadap Kol di Berastagi, Sumatera Utara

Analisis Permintaan Wisatawan Terhadap Kol di Berastagi, Sumatera Utara

Informasi dokumen

Penulis

Marinna

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Ekonomi Pembangunan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.67 MB
  • Permintaan Wisatawan
  • Ekonomi Pertanian
  • Analisis Regresi

Ringkasan

I.Latar Belakang Penelitian Research Background

Penelitian ini menganalisis permintaan wisatawan terhadap kol di kawasan wisata Berastagi, Sumatera Utara. Kabupaten Karo, lokasi Berastagi, dikenal sebagai daerah pertanian hortikultura yang subur, dengan kol sebagai salah satu komoditas utama. Meningkatnya kesadaran akan pola hidup sehat dan jumlah wisatawan berpotensi meningkatkan permintaan kol. Penelitian ini penting untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi permintaan kol, terutama harga kol, pendapatan konsumen, dan jumlah tanggungan keluarga, serta memprediksi produksi kol di Kabupaten Karo ke depannya.

1. Kabupaten Karo sebagai Pusat Hortikultura

Kabupaten Karo, yang terletak di dataran tinggi Sumatera Utara dengan suhu rata-rata 16-22 derajat Celcius dan curah hujan yang mendukung, sangat cocok untuk pertanian hortikultura. Sektor pertanian, termasuk produksi kol, dan pariwisata menjadi penyumbang utama pendapatan daerah. Hampir seluruh penduduknya berprofesi sebagai petani, seperti yang tercatat dalam data Kabupaten Karo Dalam Angka 2012. Kondisi ini menjadi latar belakang penting karena penelitian ini berfokus pada analisis permintaan kol, sebuah komoditas hortikultura utama di wilayah ini. Pertanian hortikultura di Kabupaten Karo, khususnya komoditas kol, memiliki potensi ekonomi yang signifikan, terlebih dengan adanya sektor pariwisata yang dapat meningkatkan permintaan.

2. Peningkatan Permintaan Sayuran dan Peran Wisatawan

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat mendorong peningkatan permintaan akan sayuran dan buah-buahan. Khususnya di Berastagi, peningkatan jumlah wisatawan setiap tahunnya diproyeksikan memberikan dampak positif terhadap permintaan kol. Hal ini karena Berastagi merupakan kawasan wisata yang terkenal, sehingga peningkatan jumlah wisatawan akan berdampak pada meningkatnya permintaan kol di pasar lokal. Peningkatan permintaan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah Kabupaten Karo, mengingat kol merupakan komoditas pertanian lokal yang melimpah. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk memahami dinamika permintaan kol yang dipengaruhi oleh faktor wisatawan.

3. Kol sebagai Komoditas Unggulan dan Asal usulnya

Kol merupakan salah satu komoditas hortikultura utama di Kabupaten Karo dengan produksi yang cukup tinggi di berbagai kecamatan. Dengan asumsi produksi mendekati penawaran, maka permintaan kol juga diperkirakan tinggi. Penulis menjelaskan asal-usul kata "kol" yang berasal dari bahasa Belanda ("kool") dan hubungannya dengan kata "kubis" dalam bahasa Inggris ("cabbage"). Dijelaskan pula sejarah penanaman kubis/kol di Indonesia yang diperkirakan dimulai pada abad ke-16 atau ke-17, bersamaan dengan kedatangan bangsa Eropa. Pemahaman sejarah dan asal usul ini memberikan konteks penting bagi penelitian permintaan kol di wilayah tersebut, terutama dalam kaitannya dengan kebiasaan konsumsi masyarakat.

4. Faktor faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan (Demand), disimbolkan dengan D, menjelaskan jumlah barang yang mampu dibeli konsumen di pasar. Beberapa faktor berpengaruh terhadap permintaan, terutama harga (P). Hubungan antara harga dan permintaan bersifat invers: harga tinggi, permintaan rendah; harga rendah, permintaan tinggi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan, seperti pendapatan (Y) dan jumlah tanggungan keluarga (T), dijelaskan secara singkat. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana faktor-faktor ini (harga, pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga) secara spesifik mempengaruhi permintaan kol di Berastagi. Analisis ini menggunakan pendekatan fungsi permintaan: Q = f (P, Y, ..., T, E), di mana harga dianggap sebagai faktor utama (ceteris paribus).

II.Metodologi Penelitian Research Methodology

Data penelitian diperoleh dari data primer (observasi dan wawancara dengan 50 responden wisatawan di Berastagi) dan data sekunder (laporan tahunan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara tahun 2003-2012, literatur, dan jurnal). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda untuk menguji pengaruh harga kol, pendapatan konsumen, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap permintaan kol. Metode smoothing dengan Simple Moving Average digunakan untuk memprediksi produksi kol di masa mendatang. Luas wilayah Berastagi sekitar 3050 Ha, terletak sekitar 10 km dari Kabanjahe dan 78 km dari Medan, dengan suhu rata-rata 17-19 derajat Celcius.

1. Pengumpulan Data

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan 50 responden wisatawan di Berastagi, Sumatera Utara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara langsung kepada responden yang membeli kol di kawasan wisata Berastagi. Tujuannya untuk mendapatkan informasi langsung tentang perilaku pembelian dan preferensi konsumen terhadap kol. Sementara itu, data sekunder dikumpulkan dari laporan tahunan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (BPS Sumut) dalam bentuk time series selama 10 tahun (2003-2012), perpustakaan, dan berbagai sumber lain seperti penelitian sebelumnya dan jurnal-jurnal ilmiah. Data sekunder ini melengkapi data primer dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang permintaan kol di Berastagi.

2. Variabel Penelitian

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah jumlah permintaan kol, sedangkan variabel independen (bebas) meliputi harga kol, pendapatan konsumen, dan jumlah tanggungan keluarga konsumen. Pemilihan variabel independen ini didasarkan pada asumsi bahwa faktor-faktor tersebut secara signifikan mempengaruhi jumlah permintaan kol di Berastagi. Harga kol diasumsikan memiliki hubungan negatif dengan permintaan, sementara pendapatan konsumen dan jumlah tanggungan keluarga diasumsikan memiliki hubungan positif. Penggunaan variabel-variabel ini memungkinkan peneliti untuk menganalisis pengaruh masing-masing faktor terhadap permintaan kol secara terpisah dan bersama-sama.

3. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan dua metode utama: analisis regresi linier berganda dan metode smoothing dengan teknik simple moving average. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel independen (harga kol, pendapatan konsumen, dan jumlah tanggungan keluarga) terhadap variabel dependen (jumlah permintaan kol). Metode ini akan mengungkap kekuatan dan arah hubungan antara variabel-variabel tersebut. Sementara itu, metode smoothing dengan teknik simple moving average digunakan untuk analisis deret berkala (time series) data produksi kol dari BPS Sumut selama 10 tahun (2003-2012) untuk memprediksi tren produksi kol di masa yang akan datang. Penggunaan software SPSS Statistics 17 membantu dalam pengolahan dan analisis data.

III.Hasil Penelitian Research Findings

Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa harga kol berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan kol. Sebaliknya, pendapatan konsumen dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kol di Berastagi. Analisis time series memprediksi fluktuasi produksi kol di Kabupaten Karo disebabkan oleh faktor alam seperti bencana alam dan perubahan iklim. Kontribusi variabel independen (harga kol, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan keluarga) terhadap variabel dependen (permintaan kol) sebesar 12%.

1. Pengaruh Harga Kol terhadap Permintaan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa harga kol berpengaruh negatif, tetapi tidak signifikan terhadap jumlah permintaan kol di Berastagi. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun secara teori harga dan permintaan memiliki hubungan terbalik, dalam konteks penelitian ini, faktor harga kol tidak menjadi penentu utama jumlah kol yang diminta oleh wisatawan. Faktor lain yang lebih dominan akan dibahas lebih lanjut. Meskipun pengaruhnya tidak signifikan secara statistik, penelitian ini tetap mencatat adanya hubungan negatif ini, yang selaras dengan teori ekonomi dasar. Hasil ini menekankan perlunya mempertimbangkan faktor lain yang lebih berpengaruh untuk memahami dinamika permintaan kol.

2. Pengaruh Pendapatan Konsumen dan Jumlah Tanggungan Keluarga

Sebaliknya, pendapatan konsumen dan jumlah tanggungan keluarga konsumen menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kol. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan konsumen, semakin tinggi pula permintaan kol. Begitu pula, semakin banyak jumlah anggota keluarga, semakin besar pula permintaan kol. Temuan ini konsisten dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa pendapatan dan jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap permintaan barang konsumsi, termasuk kol. Signifikansi pengaruh ini menunjukkan bahwa pendapatan dan ukuran rumah tangga merupakan faktor penting dalam menentukan permintaan kol di kawasan wisata Berastagi.

3. Prediksi Produksi Kol di Kabupaten Karo

Analisis terhadap produksi kol di Kabupaten Karo menunjukkan adanya fluktuasi produksi dari tahun ke tahun. Penelitian memprediksi bahwa produksi kol di masa depan akan mengalami penurunan dan kenaikan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bencana alam, gangguan cuaca, dan semakin berkurangnya lahan pertanian. Prediksi ini penting untuk perencanaan produksi dan pengelolaan pertanian kol di Kabupaten Karo agar dapat menyesuaikan dengan fluktuasi produksi. Informasi ini memberikan gambaran tentang potensi ketersediaan pasokan kol di masa mendatang dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi harga dan permintaan di pasar.

4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (Adjusted R Square) menunjukkan bahwa variabel independen (harga kol, pendapatan konsumen, dan jumlah tanggungan keluarga) secara bersama-sama hanya mampu menjelaskan 12% dari variasi dalam variabel dependen (jumlah permintaan kol). Ini mengindikasikan bahwa masih ada faktor-faktor lain yang belum dipertimbangkan dalam penelitian ini yang turut memengaruhi permintaan kol di Berastagi. Sisa 88% variasi tidak dapat dijelaskan oleh ketiga variabel tersebut, yang menunjukkan kompleksitas faktor penentu permintaan kol. Hasil ini menunjukkan perlunya penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang berpengaruh signifikan.

IV.Kesimpulan dan Saran Conclusion and Suggestions

Penelitian menyimpulkan bahwa pendapatan konsumen dan jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor utama yang mendorong permintaan kol di Berastagi. Harga kol tidak menjadi faktor penentu utama. Disarankan agar pemerintah berperan dalam menjaga keseimbangan harga kol untuk mencapai kepuasan baik bagi produsen maupun konsumen. Penelitian lebih lanjut dapat meneliti faktor-faktor lain yang memengaruhi permintaan kol, seperti promosi pariwisata dan kualitas kol itu sendiri.

1. Kesimpulan Utama

Kesimpulan utama penelitian ini adalah pendapatan konsumen dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kol di Berastagi, sementara harga kol berpengaruh negatif namun tidak signifikan. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi rumah tangga (pendapatan dan jumlah anggota keluarga) lebih dominan daripada harga dalam memengaruhi keputusan pembelian kol oleh wisatawan. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh pelaku usaha dan pemerintah dalam merancang strategi pemasaran dan kebijakan terkait. Fluktuasi produksi kol di Kabupaten Karo juga diprediksi akan terus terjadi, dipengaruhi oleh faktor alam seperti bencana alam dan perubahan iklim. Kesimpulan ini didapatkan dari analisis regresi linier berganda dan analisis deret berkala (time series).

2. Saran untuk Pengelola Harga Kol

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh negatif harga kol terhadap permintaan, meskipun tidak signifikan, disarankan agar pemerintah atau pihak terkait berperan aktif dalam menjaga keseimbangan harga antara produsen dan konsumen. Mekanisme pasar yang sehat perlu dijaga untuk memastikan kepuasan baik bagi penjual maupun pembeli kol di Berastagi. Intervensi pemerintah dapat berupa regulasi harga atau dukungan terhadap petani kol agar dapat menstabilkan harga dan tetap kompetitif. Hal ini penting untuk menjamin pasokan kol yang stabil dan terjangkau bagi konsumen, serta meningkatkan pendapatan petani.

3. Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini hanya mampu menjelaskan 12% dari variasi permintaan kol, menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang belum dipertimbangkan. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas cakupan variabel yang diteliti, misalnya dengan memasukkan faktor kualitas kol, strategi pemasaran, preferensi konsumen yang lebih spesifik, serta pengaruh musim dan event pariwisata terhadap permintaan. Penelitian yang lebih mendalam dibutuhkan untuk memahami secara komprehensif faktor-faktor penentu permintaan kol di Berastagi dan Kabupaten Karo, serta untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam pengelolaan produksi dan pemasarannya.