
Analisis Permintaan Uang Elektronik Terhadap Perputaran Uang di Indonesia
Informasi dokumen
Penulis | Tritoguna Silitonga |
school/university | Universitas Sumatera Utara |
subject/major | Ekonomi Pembangunan |
Jenis dokumen | Skripsi |
city_where_the_document_was_published | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 3.51 MB |
- Permintaan Uang Elektronik
- Velocity of Money
- Ekonomi Pembangunan
Ringkasan
I.Pengaruh Uang Elektronik e money terhadap Velocity of Money di Indonesia
Penelitian ini menganalisis hubungan antara permintaan uang elektronik (diukur dari volume transaksi e-money) dan velocity of money di Indonesia periode 2007-2012. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan kausalitas searah; peningkatan volume transaksi e-money secara signifikan mempengaruhi peningkatan velocity of money. Variabel lain yang signifikan berpengaruh positif terhadap permintaan uang elektronik adalah Jumlah Uang Beredar (JUB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan uji kausalitas Granger, dengan data bulanan dan uji stasioneritas data terlebih dahulu.
1. Hubungan Kausalitas Satu Arah antara Permintaan Uang Elektronik dan Velocity of Money
Bagian ini menjadi inti penelitian, menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat satu arah antara permintaan uang elektronik (diukur melalui volume transaksi e-money) dan velocity of money di Indonesia. Peningkatan permintaan uang elektronik secara signifikan mendorong peningkatan velocity of money. Temuan ini didasarkan pada analisis data dari tahun 2007 hingga 2012. Artinya, semakin tinggi transaksi e-money, semakin cepat pula perputaran uang di dalam perekonomian. Hal ini menunjukkan peran penting uang elektronik dalam dinamika moneter Indonesia. Penelitian ini menggunakan data bulanan untuk menganalisis tren tersebut secara rinci dan akurat. Data ini menunjukkan bagaimana perkembangan penggunaan e-money berdampak pada kecepatan perputaran uang dalam sistem ekonomi Indonesia. Implikasinya signifikan bagi perencanaan dan kebijakan ekonomi makro.
2. Pengaruh Variabel JUB dan PDB terhadap Permintaan Uang Elektronik
Selain hubungan antara permintaan uang elektronik dan velocity of money, penelitian ini juga meneliti pengaruh variabel lain, yaitu Jumlah Uang Beredar (JUB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Hasilnya menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dari kedua variabel tersebut terhadap permintaan uang elektronik. Artinya, peningkatan JUB dan PDB berkorelasi positif dengan peningkatan permintaan akan uang elektronik. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan jumlah uang yang beredar di masyarakat memiliki dampak langsung pada adopsi dan penggunaan e-money. Temuan ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang elektronik di Indonesia, yang penting dalam memahami dinamika pasar keuangan digital. Temuan ini memberikan petunjuk penting bagi pelaku bisnis dan pembuat kebijakan untuk merumuskan strategi yang tepat.
3. Metode Analisis yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode analisis yang komprehensif untuk menguji hipotesisnya. Metode Ordinary Least Squares (OLS) dan uji kausalitas Granger diterapkan untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Sebelum melakukan uji kausalitas Granger, dilakukan uji akar-akar unit untuk memastikan stasioneritas data, hal ini penting untuk menghindari kesalahan interpretasi hasil. Penggunaan metode OLS memungkinkan peneliti untuk mengukur pengaruh variabel independen (JUB, PDB, velocity of money) terhadap variabel dependen (permintaan uang elektronik). Sementara itu, uji kausalitas Granger menguji arah hubungan kausalitas antara permintaan uang elektronik dan velocity of money, memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai dinamika antara kedua variabel tersebut. Metodologi yang digunakan menunjukkan komitmen terhadap kerangka analisis yang kuat dan valid.
II.Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Data yang digunakan meliputi volume transaksi e-money, JUB (M1), dan PDB (dengan interpolasi data triwulanan menjadi bulanan menggunakan Eviews 5.1). Analisis data menggunakan metode regresi linier berganda untuk mengkaji hubungan antara variabel dependen (volume transaksi e-money) dan variabel independen (PDB, JUB, velocity of money). Uji kausalitas Granger digunakan untuk menguji hubungan timbal balik antara volume transaksi e-money dan velocity of money. Uji akar-akar unit (ADF test) dilakukan untuk memastikan stasioneritas data sebelum analisis kausalitas.
1. Jenis Penelitian dan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk menganalisis dampak penerbitan uang elektronik terhadap velocity of money di Indonesia. Penelitian deskriptif dipilih karena bertujuan untuk menggambarkan status terakhir dari subjek penelitian, dalam hal ini hubungan antara volume transaksi e-money dengan velocity of money. Sementara itu, pendekatan kuantitatif dipilih karena menggunakan data numerik dan metode statistik untuk menguji hipotesis. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2007 hingga 2012, meliputi volume transaksi e-money, Jumlah Uang Beredar (JUB), dan Produk Domestik Bruto (PDB). Penggunaan data bulanan memungkinkan analisis yang lebih detil dari dinamika penggunaan e-money dan dampaknya terhadap velocity of money. Perlu dicatat bahwa data PDB bulanan diperoleh melalui interpolasi dari data triwulanan yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) menggunakan program Eviews 5.1 dengan metode quadratic match average, dikarenakan keterbatasan data PDB bulanan.
2. Teknik Analisis Data Regresi Linier Berganda dan Uji Kausalitas Granger
Analisis data dilakukan menggunakan program Eviews, diawali dengan pemindahan data dari Microsoft Excel ke Eviews. Dua metode utama digunakan: analisis regresi linier berganda dan Granger Causality Test. Regresi linier berganda digunakan untuk mengkaji hubungan antara variabel terikat (volume transaksi e-money) dan variabel bebas (PDB, JUB, velocity of money). Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengukur besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Granger Causality Test, di sisi lain, digunakan untuk mendeteksi hubungan kausalitas antara volume transaksi e-money dan velocity of money, untuk mengetahui apakah ada hubungan timbal balik (dua arah), searah, atau tidak ada hubungan sama sekali. Penggunaan uji stasioneritas data (uji akar-akar unit) merupakan prasyarat sebelum menggunakan metode Granger Causality Test, untuk memastikan data time series yang digunakan sudah stasioner dan menghindari model yang bias atau tidak efisien. Uji stasioneritas dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) test, dengan kriteria AIC atau SIC untuk menentukan panjang kelambanan.
3. Uji Stasioneritas dan Uji Kausalitas Granger
Uji stasioneritas data menggunakan ADF test bertujuan untuk memastikan data volume transaksi e-money dan velocity of money sudah stasioner sebelum dilakukan analisis lebih lanjut. Hasil uji ADF dibandingkan dengan nilai kritis Mackinnon untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak. Setelah memastikan data stasioner, dilakukan Uji Kausalitas Granger untuk menguji arah hubungan sebab akibat antara volume transaksi e-money dan velocity of money. Hasil uji ini menunjukkan adanya hubungan kausalitas satu arah, di mana volume transaksi e-money mempengaruhi velocity of money, tetapi tidak sebaliknya. Nilai F-statistik yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai F-tabel untuk menentukan signifikansi hubungan tersebut. Penggunaan metode ini memastikan analisis yang akurat dan menghindari interpretasi yang keliru terhadap hubungan antar variabel. Hasil uji menunjukkan signifikansi pengaruh volume transaksi e-money terhadap velocity of money, mendukung hipotesis penelitian.
III.Hasil Penelitian dan Temuan
Hasil regresi menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dari PDB dan velocity of money terhadap permintaan uang elektronik. Uji kausalitas Granger mengonfirmasi hubungan kausalitas satu arah dari volume transaksi e-money terhadap velocity of money di Indonesia. Meskipun terdapat peningkatan volume transaksi e-money dari tahun ke tahun (dengan pertumbuhan terbesar terjadi antara 2008-2009), peningkatannya melambat setelah 2009. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pemahaman masyarakat tentang uang elektronik yang masih kurang dan kekhawatiran akan keamanan transaksi. Data Bank Indonesia menunjukkan sekitar 100 juta transaksi e-money senilai 2 triliun rupiah pada tahun 2012, dengan 17 perusahaan (termasuk bank dan perusahaan seluler) yang menerbitkan e-money.
1. Pengaruh PDB dan JUB terhadap Permintaan Uang Elektronik
Hasil estimasi regresi menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia. Koefisien regresi PDB yang positif sebesar 3,48 mengindikasikan bahwa peningkatan PDB sebesar 1 persen akan meningkatkan permintaan uang elektronik sebesar 3,48 persen (ceteris paribus). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mendorong peningkatan penggunaan uang elektronik. Selain PDB, Jumlah Uang Beredar (JUB) juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Ini menunjukkan bahwa ketersediaan uang di masyarakat secara langsung memengaruhi tingkat adopsi dan penggunaan e-money. Kedua temuan ini saling menguatkan, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi makro Indonesia, tercermin dari PDB dan JUB, memiliki peran penting dalam menentukan tingkat permintaan uang elektronik. Koefisien determinasi (R²) sebesar 94,17% menunjukkan bahwa variabel bebas yang dikaji (PDB dan JUB) mampu menjelaskan sebagian besar variasi permintaan uang elektronik, sementara sisanya (5,83%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
2. Pengaruh Velocity of Money terhadap Permintaan Uang Elektronik
Variabel velocity of money juga menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Koefisien regresi yang positif sebesar 6,54 mengindikasikan bahwa peningkatan velocity of money sebesar 1 persen akan meningkatkan permintaan uang elektronik sebesar 6,54 persen (ceteris paribus). Temuan ini menunjukkan bahwa kecepatan perputaran uang dalam perekonomian berpengaruh terhadap seberapa besar masyarakat menggunakan uang elektronik. Semakin cepat perputaran uang, semakin besar pula permintaan terhadap uang elektronik. Hasil ini konsisten dengan teori ekonomi moneter yang menghubungkan kecepatan perputaran uang dengan aktivitas ekonomi. Hasil ini menekankan pentingnya memahami dinamika velocity of money dalam konteks perkembangan uang elektronik di Indonesia. Kombinasi pengaruh positif PDB, JUB, dan velocity of money terhadap permintaan uang elektronik memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor penentu dalam adopsi e-money.
3. Hubungan Kausalitas Satu Arah antara Volume Transaksi E money dan Velocity of Money
Uji Kausalitas Granger menunjukkan adanya hubungan kausalitas satu arah antara volume transaksi e-money dan velocity of money. Volume transaksi e-money berpengaruh terhadap velocity of money, namun sebaliknya tidak terjadi. Hal ini terlihat dari F-statistik yang signifikan, di mana F-hitung (2,60) lebih besar dari F-tabel (1,35) pada tingkat kepercayaan α=25%. Artinya, peningkatan volume transaksi e-money secara signifikan mempengaruhi kecepatan perputaran uang di Indonesia. Temuan ini mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi penggunaan uang elektronik, semakin cepat perputaran uang dalam perekonomian. Hasil ini memberikan bukti empiris yang kuat mengenai peran uang elektronik dalam meningkatkan velocity of money di Indonesia, serta memberikan implikasi penting bagi kebijakan moneter dan pengembangan sistem pembayaran di masa mendatang. Pertumbuhan transaksi e-money yang signifikan hingga tahun 2009, kemudian melambat, menunjukkan pentingnya faktor lain seperti pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap keamanan transaksi e-money.
4. Perkembangan Transaksi E money di Indonesia 2007 2012
Data menunjukkan peningkatan jumlah dan nilai transaksi e-money di Indonesia dari tahun 2007 hingga 2012. Peningkatan paling signifikan terjadi antara tahun 2008 dan 2009, setelah itu pertumbuhannya melambat. Pada tahun 2012, tercatat sekitar 100 juta transaksi dengan total nilai 2 triliun rupiah. Data ini menunjukkan tren positif dalam adopsi uang elektronik, meskipun pertumbuhannya tidak konsisten. Lambatnya pertumbuhan setelah 2009 mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk pemahaman masyarakat yang masih kurang terhadap layanan uang elektronik dan kekhawatiran akan keamanan transaksi. Perkembangan ini menunjukkan potensi besar uang elektronik, namun juga menyoroti pentingnya edukasi dan peningkatan keamanan untuk mendorong adopsi yang lebih luas di masyarakat. Bank Indonesia mencatat 17 perusahaan, baik swasta maupun pemerintah (termasuk bank dan perusahaan seluler), yang menerbitkan uang elektronik di Indonesia pada periode penelitian.
IV.Kesimpulan dan Saran
Penelitian ini menyimpulkan bahwa uang elektronik memiliki pengaruh signifikan terhadap velocity of money di Indonesia. Peningkatan penggunaan uang elektronik berkontribusi pada peningkatan velocity of money. Namun, perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang keamanan dan manfaat uang elektronik untuk mendorong adopsi yang lebih luas dan mempercepat peralihan menuju less cash society. Bank Indonesia disarankan untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait uang elektronik dan sistem pembayaran di Indonesia.
1. Kesimpulan Utama Penelitian
Penelitian ini menyimpulkan adanya hubungan kausalitas satu arah antara volume transaksi e-money dan velocity of money di Indonesia periode 2007-2012. Peningkatan volume transaksi e-money secara signifikan meningkatkan velocity of money. Selain itu, Jumlah Uang Beredar (JUB) dan Produk Domestik Bruto (PDB) juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Artinya, pertumbuhan ekonomi dan jumlah uang beredar di masyarakat mendorong penggunaan e-money. Meskipun terdapat tren peningkatan penggunaan e-money, pertumbuhannya melambat setelah tahun 2009, yang mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat dan kekhawatiran terhadap keamanan transaksi. Temuan ini memberikan implikasi penting bagi pengembangan sistem pembayaran di Indonesia dan perencanaan kebijakan moneter yang lebih efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital.
2. Saran untuk Pengembangan Sistem Pembayaran Elektronik di Indonesia
Berdasarkan temuan penelitian, beberapa saran diajukan untuk mendukung pengembangan sistem pembayaran elektronik di Indonesia dan mendorong adopsi yang lebih luas di masyarakat. Pertama, mengingat masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang layanan uang elektronik dan kekhawatiran akan keamanan transaksi, sangat penting bagi pemangku kepentingan terkait, termasuk Bank Indonesia, untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti iklan dan informasi publik, agar masyarakat lebih memahami manfaat dan keamanan transaksi menggunakan uang elektronik. Tujuannya adalah untuk mengurangi keraguan masyarakat dan mendorong peralihan menuju less cash society. Bank Indonesia sebagai pengatur kebijakan sistem pembayaran di Indonesia memiliki peran kunci dalam memastikan keamanan dan kelancaran sistem pembayaran elektronik. Saran ini menekankan pentingnya peran pemerintah dan industri dalam membangun kepercayaan publik terhadap sistem pembayaran digital.