Analisis Pengaruh The Fed Rate, Indeks Dow Jones dan Nikkei 225 terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia

Analisis Pengaruh The Fed Rate, Indeks Dow Jones dan Nikkei 225 terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia

Informasi dokumen

Penulis

Hotneri Gomgom Pangaribuan

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Ekonomi Pembangunan
Tempat Medan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.27 MB
  • Pasar Modal
  • Investasi
  • Ekonomi Indonesia

Ringkasan

I.Peran Pasar Modal Indonesia dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan IHSG

Dokumen ini membahas peran penting pasar modal Indonesia dalam perekonomian negara dan faktor-faktor yang memengaruhi IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Zaidun (2008) menekankan investasi sebagai motor penggerak ekonomi, dan kebijakan investasi yang tepat sangat krusial. Pasar modal juga berfungsi sebagai pusat alokasi modal dan pengawasan korporasi, sehingga stabilitasnya sangat penting. Sejarah pasar modal Indonesia, dimulai sejak 1912 di masa penjajahan Belanda, hingga perkembangannya menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI), turut diulas. Krisis keuangan global 2008 berdampak signifikan pada IHSG, namun pemulihan terjadi pada tahun berikutnya.

1. Investasi sebagai Keniscayaan dan Peran Pasar Modal

Zaidun (2008) dalam orasi ilmiahnya menegaskan pentingnya investasi bagi suatu negara sebagai pendorong utama perkembangan ekonomi yang selaras dengan kebutuhan masyarakat. Investasi yang sukses dan bermanfaat bagi negara dan rakyatnya bergantung pada penetapan kebijakan investasi yang sesuai dengan amanah konstitusi. Pasar modal memainkan peran krusial dalam mekanisme alokasi modal, pengawasan korporasi, dan pelaksanaan ekonomi pasar, baik melalui kebijakan fiskal maupun moneter. Keruntuhan pasar modal akan berdampak buruk secara berantai pada sektor ekonomi lainnya, menekankan perlunya pengawasan ketat (Anwar, 2008). Oleh karena itu, keberadaan pasar modal yang sehat dan terkendali merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Hal ini sangat relevan dengan upaya Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui investasi yang terarah dan pengelolaan pasar modal yang efektif.

2. Sejarah Pasar Modal Indonesia dan Perkembangan Bursa Efek Indonesia BEI

Aktivitas pasar modal di Indonesia telah berlangsung sejak tahun 1912 di bawah pemerintahan kolonial Belanda. Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia melanjutkan perdagangan efek yang telah dirintis oleh pemerintahan Hindia Belanda. Pada awalnya, perdagangan saham dan obligasi dilakukan tanpa organisasi resmi, sehingga catatan transaksi tidak lengkap. Perkembangan selanjutnya menuju pembentukan Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang kemudian bertransformasi menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia. Peristiwa penting seperti peluncuran sistem perdagangan baru BEI pada 2 Maret 2009, menunjukkan komitmen pemerintah dalam memodernisasi dan meningkatkan efisiensi pasar modal Indonesia. Perkembangan ini penting untuk dikaji karena menunjukkan bagaimana pasar modal Indonesia telah berevolusi dari sistem yang kurang terstruktur hingga menjadi pasar yang semakin terorganisir dan terintegrasi dengan pasar global.

3. Peran Pasar Modal dalam Era Globalisasi dan Pentingnya Informasi Pasar

Di era globalisasi, pasar modal memiliki peran penting dalam percepatan pembangunan suatu negara. Pasar modal merupakan bagian integral dari pasar finansial atau keuangan. Informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu sangat dibutuhkan investor untuk analisis pasar. Bursa Efek Indonesia (BEI) berperan aktif dalam menyebarkan informasi pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai indikator utama. Peningkatan volume perdagangan saham dan perkembangan sistem informasi global telah mempercepat globalisasi perdagangan saham. Ketersediaan informasi yang cepat dan merata kepada investor di seluruh dunia sangat penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat dan efisien. Perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara investor mengakses dan memproses informasi pasar modal, sehingga meningkatkan likuiditas dan efisiensi pasar.

4. Volatilitas Pasar Modal Faktor Faktor Pengaruh dan Studi Kasus

Laporan studi tahun 2011 menyoroti volatilitas pasar modal yang dipengaruhi faktor makro dan mikro. Volatilitas cenderung tinggi saat indeks menurun (bearish), dan relatif stabil saat indeks menanjak (bullish). Di pasar modal Indonesia, penurunan IHSG sering memicu panic selling, sementara panic buying relatif jarang terjadi. Banyak faktor memengaruhi pergerakan harga saham, baik internal (pengumuman perusahaan) maupun eksternal (pengumuman pemerintah, gejolak politik, fluktuasi nilai tukar, dan isu global). Penelitian Nezky (2013) dan Yuriantini (2010) menunjukkan pengaruh signifikan Dow Jones Industrial Average (DJIA) terhadap IHSG, mengindikasikan ketergantungan pasar modal Indonesia terhadap pasar modal asing. Penelitian Misgiyanti dan Idah Zuhroh (2008) menganalisis pengaruh suku bunga The Fed, nilai tukar Rupiah/US$, dan inflasi terhadap IHSG, menunjukkan pengaruh signifikan secara simultan, meskipun secara parsial terdapat pengaruh negatif signifikan.

5. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dan Indeks Saham Internasional

Samsul (2006) menjelaskan IHSG sebagai indeks gabungan seluruh saham di bursa efek, pertama kali diperkenalkan pada 1 April 1983 (dengan basis perhitungan 10 Agustus 1982, nilai 100). Pergerakan suku bunga The Fed berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi, dengan kenaikan suku bunga berpotensi menyebabkan capital outflow dari Indonesia. Penurunan suku bunga The Fed pada pertengahan 2008 memberikan sentimen positif terhadap IHSG. Pengaruh Dow Jones terhadap IHSG mencerminkan keterkaitan kuat kinerja ekonomi Amerika Serikat dan Indonesia (Nachrowi dan Usman, 2007). Deskripsi tentang Nikkei 225, termasuk sejarah perhitungan dan metodologi, juga disertakan dalam dokumen ini, menunjukkan bagaimana indeks ini dihitung dan bagaimana perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam indeks ini dapat berubah seiring waktu. Informasi ini penting untuk memahami konteks global yang mempengaruhi IHSG.

II.Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal terhadap IHSG

Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pengumuman perusahaan terkait pemasaran, produksi, dan keuangan. Faktor eksternal yang dominan adalah pengaruh global, khususnya dari indeks saham internasional seperti Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Nikkei 225. Penelitian-penelitian yang dikutip menunjukkan korelasi kuat antara IHSG dengan DJIA dan Nikkei 225, serta pengaruh suku bunga acuan The Fed (Amerika Serikat) terhadap aliran modal dan IHSG. Volatilitas IHSG juga dibahas, terutama terkait dengan fenomena panic selling ketika IHSG menurun.

1. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi IHSG

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi pengumuman-pengumuman perusahaan terkait pemasaran, produksi, penjualan, pendanaan, investasi, tenaga kerja, pengumuman dari badan direksi manajemen, dan laporan keuangan perusahaan. Informasi ini sangat penting bagi investor dalam menganalisis kinerja dan prospek perusahaan. Sedangkan faktor eksternal mencakup pengumuman dari pemerintah, pengumuman hukum, pengumuman industri sekuritas, gejolak politik dalam negeri, fluktuasi nilai tukar, dan berbagai isu baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pengaruh faktor eksternal ini menunjukkan keterkaitan pasar modal Indonesia dengan kondisi ekonomi global. Kepekaan IHSG terhadap faktor eksternal ini perlu dianalisa lebih lanjut untuk mengembangkan strategi investasi yang lebih efektif dalam menghadapi fluktuasi pasar.

2. Pengaruh Indeks Saham Internasional terhadap IHSG

Penelitian menunjukkan korelasi yang kuat antara pergerakan IHSG dengan indeks saham internasional, khususnya Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Nikkei 225. Nezky (2013) menemukan bahwa pergerakan IHSG bereaksi searah terhadap gejolak Dow Jones, mempengaruhi lebih signifikan dibandingkan faktor-faktor lain seperti nilai tukar, indeks produksi, dan pajak perdagangan internasional. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh pasar modal asing, sehingga shock pada indeks saham besar luar negeri dapat dengan mudah menimbulkan kepanikan di kalangan investor domestik. Penelitian Yuriantini (2010) juga mendukung temuan ini, dengan menyimpulkan adanya pengaruh langsung indeks DJIA terhadap IHSG. Memahami pengaruh indeks-indeks internasional ini penting untuk memprediksi dan mengantisipasi pergerakan IHSG.

3. Pengaruh Suku Bunga The Fed dan Faktor Makroekonomi Lainnya

Pergerakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) juga menjadi faktor eksternal yang signifikan memengaruhi IHSG. Kenaikan suku bunga The Fed berpotensi menyebabkan investor memindahkan dananya dari Indonesia ke Amerika Serikat, sementara penurunan suku bunga dapat memberikan sentimen positif. Misgiyanti dan Idah Zuhroh (2008) meneliti pengaruh suku bunga The Fed, nilai tukar Rupiah/US$, dan inflasi terhadap IHSG, menemukan pengaruh signifikan secara simultan terhadap Jakarta Islamic Index (JII), meskipun secara parsial ditemukan pengaruh negatif dan signifikan antar variabel. Hasil ini menunjukkan kompleksitas pengaruh faktor makroekonomi terhadap kinerja IHSG. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami interaksi antara berbagai faktor makroekonomi dan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan investasi.

4. Volatilitas IHSG dan Respon Pasar

Laporan studi Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia (2011) menunjukkan bahwa tingkat volatilitas di berbagai negara dipengaruhi faktor makro dan mikro. Di pasar modal Indonesia, volatilitas IHSG relatif tinggi ketika indeks sedang dalam tren menurun (bearish), dan relatif stabil saat tren menanjak (bullish). Fenomena panic selling terjadi ketika IHSG menurun, sementara panic buying relatif jarang terjadi. Memahami perilaku pasar ini penting untuk pengembangan strategi manajemen risiko dan pengambilan keputusan investasi yang lebih baik. Studi lebih lanjut dapat difokuskan pada analisis perilaku investor dan faktor-faktor psikologis yang memengaruhi respon pasar terhadap fluktuasi IHSG.

III.Metodologi Analisis dan Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Vector Autoregression (VAR) dan uji Granger causality untuk menganalisis hubungan kausalitas antara IHSG, DJIA, Nikkei 225, dan suku bunga The Fed. Uji stasioneritas data menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) test dilakukan untuk memastikan kesesuaian data time series. Hasil analisis menunjukkan pengaruh signifikan beberapa variabel independen (The Fed rate, Dow Jones, dan Nikkei 225) terhadap IHSG. Variance decomposition digunakan untuk mengukur kontribusi setiap variabel terhadap variansi IHSG.

1. Metode Analisis VAR dan Granger Causality

Penelitian ini menggunakan pendekatan Vector Autoregression (VAR) untuk menganalisis hubungan antar variabel time series, khususnya untuk memproyeksikan sistem variabel dan menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan. Model VAR memungkinkan pertimbangan beberapa variabel endogen secara bersamaan, memberikan perkiraan yang seringkali lebih baik daripada model persamaan simultan yang kompleks. Metode Granger causality digunakan untuk menguji hubungan kausalitas antara dua variabel, berdasarkan kekuatan prediksi informasi sebelumnya. Penggunaan jumlah lag atau efek tunda yang lebih panjang dianjurkan untuk melihat hubungan kausalitas jangka panjang. Pengujian multivariat VAR dilakukan secara simultan, sehingga signifikansi gabungan dalam satu persamaan dapat diuji menggunakan distribusi Wald Chi-Squares (χ2 – Wald). Setiap variabel dipertukarkan antara variabel endogen dan eksogen untuk menguji hubungan kausalitas, menghasilkan signifikansi gabungan variabel endogen dalam persamaan VAR.

2. Uji Stasioneritas Data dengan Augmented Dickey Fuller ADF

Sebelum melakukan analisis VAR, uji stasioneritas data dilakukan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) untuk memastikan semua variabel tak bebas bersifat stasioner. Kegagalan memenuhi asumsi stasioneritas akan menghasilkan model regresi yang bias. Hasil uji ADF menunjukkan bahwa hanya variabel The Fed rate yang stasioner pada tingkat level (5% signifikansi). Variabel IHSG, Nikkei 225, dan Dow Jones tidak stasioner pada tingkat level. Oleh karena itu, pengujian akar unit dilanjutkan pada tingkat first difference. Hasil uji ADF pada tingkat first difference menunjukkan bahwa variabel Indeks Dow Jones, The Fed rate, dan Nikkei 225 stasioner pada taraf uji 5%, memenuhi syarat untuk analisis VAR. Stasioneritas data merupakan prasyarat penting untuk analisis time series yang akurat dan valid.

3. Hasil Analisis VAR dan Interpretasi

Hasil estimasi model VAR menunjukkan bahwa variabel endogen mampu menjelaskan IHSG sebesar 97,88% (R-squared=0.978854). Analisis menunjukkan pengaruh signifikan beberapa variabel terhadap IHSG, misalnya lag 1 DIHSG berpengaruh positif signifikan terhadap DIHSG itu sendiri. Pengaruh lag dari variabel lain seperti DDJIA (Dow Jones), DNIKKEI225 (Nikkei 225), dan DFED (The Fed rate) terhadap DIHSG juga dianalisis berdasarkan koefisien regresi. Beberapa lag variabel menunjukkan pengaruh yang signifikan, baik positif maupun negatif, terhadap IHSG. Interpretasi lebih rinci dari koefisien dan signifikansi masing-masing variabel membutuhkan analisis lebih mendalam dari tabel regresi lengkap yang tidak tercantum dalam cuplikan dokumen ini.

4. Variance Decomposition

Variance decomposition digunakan untuk memisahkan variasi IHSG menjadi komponen-komponen shock atau innovation, dengan asumsi variabel innovation tidak saling berkorelasi. Teknik ini memberikan informasi mengenai proporsi pergerakan IHSG yang dipengaruhi oleh shock pada variabel lain, baik saat ini maupun di masa mendatang. Hasil variance decomposition dari variabel DJIA misalnya, menunjukkan bahwa pada periode awal, DJIA hanya dipengaruhi oleh dirinya sendiri (100%). Namun, seiring berjalannya waktu, variabel DIHSG, DNIKKEI, dan DFED memberikan kontribusi yang meningkat terhadap variansi DJIA. Hal ini menunjukkan interaksi dinamis antara variabel-variabel yang diteliti, dan penting untuk memahami bagaimana shock pada satu variabel dapat menyebar ke variabel lainnya dalam sistem.

IV.Kesimpulan dan Saran

Kesimpulannya, faktor eksternal seperti The Fed rate, DJIA, dan Nikkei 225 memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG. Penelitian menyarankan untuk mempertimbangkan faktor eksternal lainnya, dan menekankan pentingnya pemantauan indeks-indeks internasional untuk memprediksi pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Studi ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang dinamika pasar modal Indonesia dan faktor-faktor yang memengaruhi IHSG.

1. Kesimpulan tentang Pengaruh Faktor Eksternal terhadap IHSG

Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa faktor-faktor eksternal, seperti suku bunga The Fed (Amerika Serikat), Indeks Dow Jones, dan Indeks Nikkei 225, terbukti secara signifikan mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil ini didukung oleh berbagai penelitian sebelumnya yang menunjukkan korelasi kuat antara IHSG dengan indeks-indeks saham internasional tersebut. Pengaruh ini menekankan pentingnya pemantauan kondisi ekonomi global dan pergerakan indeks-indeks internasional dalam memprediksi dan mengantisipasi pergerakan IHSG. Kebergantungan pasar modal Indonesia terhadap pasar modal global menjadi faktor kunci yang perlu dipahami oleh investor dan pembuat kebijakan. Oleh karena itu, memahami dinamika global dan dampaknya terhadap pasar domestik merupakan hal yang krusial dalam pengambilan keputusan investasi.

2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini membuktikan pengaruh signifikan faktor eksternal seperti The Fed rate, Indeks Dow Jones, dan Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG. Namun, penelitian selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor eksternal lain yang mungkin memengaruhi IHSG, seperti misalnya kinerja bursa saham Singapura (Singapore Stock Exchange) atau indeks-indeks regional lainnya. Analisis yang lebih komprehensif dengan mempertimbangkan lebih banyak variabel eksternal dapat memberikan pemahaman yang lebih akurat tentang dinamika IHSG. Selain itu, penelitian lebih lanjut dapat difokuskan pada analisis dampak dari kebijakan moneter dan fiskal domestik terhadap IHSG, serta menganalisis interaksi antara faktor internal dan eksternal secara lebih mendalam. Dengan demikian, model prediksi IHSG yang lebih akurat dan komprehensif dapat dikembangkan untuk kepentingan investor dan pengambil keputusan di pasar modal Indonesia.