
Analisis Pengaruh Shock Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara
Informasi dokumen
Penulis | Rly M. Siahaan |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Ekonomi Pembangunan |
Tempat | Medan |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 4.29 MB |
- Kebijakan Moneter
- Pertumbuhan Ekonomi
- Analisis Ekonomi
Ringkasan
I.Pengaruh Kejutan Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara 2005 2012
Skripsi ini menganalisis pengaruh kejutan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara periode 2005-2012. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan model Vector Autoregression (VAR), termasuk uji Impulse Response Function, Variance Decomposition, dan Granger Causality untuk mengkaji hubungan antara PDB riil (PDRB), inflasi, nilai tukar, dan tingkat suku bunga (BI Rate). Hasil penelitian menunjukkan dampak negatif inflasi dan nilai tukar terhadap PDRB Sumatera Utara. Tingkat suku bunga menunjukkan pengaruh yang fluktuatif. Analisis Granger Causality menunjukan tidak adanya hubungan kausalitas antara PDRB dan BI Rate, serta hubungan searah antara PDRB dan nilai tukar. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman kebijakan moneter dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Skripsi ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh shock kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara pada periode 2005-2012. Analisis yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif memberikan gambaran deskriptif inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga riil, dan PDRB riil Sumatera Utara. Analisis kuantitatif menggunakan uji Vector Autoregression (VAR). Rumusan masalahnya tersirat dalam tujuan penelitian, yaitu untuk mengungkap seberapa besar dan bagaimana arah pengaruh shock kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Latar belakang penelitian tidak dijelaskan secara eksplisit dalam cuplikan teks yang diberikan, tetapi implisitnya menyoroti pentingnya memahami dampak kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara yang memiliki karakteristik ekonomi unik.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk memberikan deskripsi tentang variabel-variabel ekonomi makro yang relevan, yaitu inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga riil, dan PDRB riil di Sumatera Utara. Metode kuantitatif yang digunakan adalah model Vector Autoregression (VAR) untuk menguji pengaruh shock kebijakan moneter terhadap PDRB. Model VAR memungkinkan analisis hubungan antar variabel secara simultan dan dinamis. Teknik analisis yang digunakan dalam model VAR meliputi uji Impulse Response Function untuk melihat respon PDRB terhadap shock pada variabel lainnya, uji Variance Decomposition untuk melihat kontribusi relatif dari masing-masing variabel terhadap varians PDRB, dan uji Granger Causality untuk mendeteksi hubungan kausalitas antar variabel.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis fungsi Impulse Response menunjukkan inflasi, BI Rate, dan nilai tukar memberikan efek negatif terhadap PDRB Sumatera Utara. Uji Variance Decomposition menunjukkan bahwa pergerakan PDRB lebih banyak dipengaruhi oleh nilai tukar dan inflasi, sedangkan BI Rate cenderung fluktuatif. Uji Granger Causality menyimpulkan tidak adanya hubungan kausalitas antara PDRB dan BI Rate, hubungan satu arah antara PDRB dan nilai tukar, serta tidak adanya hubungan kausalitas antara PDRB dan inflasi. Pembahasan hasil penelitian ini berfokus pada interpretasi temuan empiris tersebut dalam konteks ekonomi Sumatera Utara dan implikasinya bagi kebijakan moneter. Tidak ditemukan informasi lebih rinci mengenai spesifikasi model VAR, data yang digunakan, maupun uji diagnostik yang dilakukan. Pembahasan juga kemungkinan mencakup konteks ekonomi makro Indonesia dan perbandingan dengan penelitian serupa.
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan penelitian didasarkan pada hasil analisis VAR, yang menunjukkan pengaruh negatif inflasi dan nilai tukar terhadap PDRB Sumatera Utara dan peran BI Rate yang cenderung fluktuatif. Tidak adanya hubungan kausalitas antara PDRB dan BI Rate serta hubungan searah antara PDRB dan nilai tukar juga menjadi poin penting dalam kesimpulan. Saran penelitian mungkin mencakup rekomendasi kebijakan moneter yang lebih efektif dalam konteks Sumatera Utara, mempertimbangkan pengaruh inflasi dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian lebih lanjut mungkin disarankan untuk memperluas cakupan variabel, periode penelitian, atau metodologi analisis untuk memperkuat temuan dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif. Pentingnya stabilitas nilai tukar dan pengendalian inflasi dalam konteks mendorong pertumbuhan ekonomi juga mungkin dibahas.
II.Variabel Utama dan Definisi Operasional
Penelitian ini memfokuskan pada empat variabel utama: PDB riil Sumatera Utara (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan ekonomi, inflasi sebagai ukuran kenaikan harga umum, nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, dan tingkat suku bunga (BI Rate) sebagai instrumen utama kebijakan moneter. Definisi operasional masing-masing variabel dirumuskan secara spesifik dalam skripsi dan digunakan untuk analisis ekonometrika.
1. Variabel Tergantung PDRB Riil Sumatera Utara
Variabel dependen utama dalam penelitian ini adalah PDRB riil Sumatera Utara. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan indikator utama dari kinerja ekonomi suatu daerah. Dalam konteks skripsi ini, PDRB riil Sumatera Utara mencerminkan pertumbuhan ekonomi sesungguhnya di daerah tersebut setelah disesuaikan dengan inflasi. Penggunaan PDRB riil penting untuk menghindari bias karena perubahan harga. Data PDRB riil Sumatera Utara untuk periode 2005-2012 akan dianalisis untuk melihat pengaruh kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi. Definisi operasional PDRB riil mencakup metode perhitungan dan sumber data yang digunakan untuk mendapatkan angka PDRB riil Sumatera Utara yang akurat dan relevan untuk analisis.
2. Variabel Bebas Inflasi Nilai Tukar dan BI Rate
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen utama yang merepresentasikan shock kebijakan moneter: inflasi, nilai tukar Rupiah, dan BI Rate (suku bunga acuan Bank Indonesia). Inflasi diukur sebagai persentase perubahan tingkat harga secara umum. Nilai tukar diukur sebagai nilai tukar Rupiah terhadap mata uang tertentu (misalnya, USD). BI Rate, sebagai suku bunga acuan Bank Indonesia, merupakan instrumen kebijakan moneter yang berpengaruh terhadap suku bunga pasar dan aktivitas ekonomi. Definisi operasional untuk masing-masing variabel meliputi metode pengukuran, sumber data, dan periode pengamatan. Data yang digunakan untuk ketiga variabel ini harus konsisten dengan periode penelitian (2005-2012) dan mencerminkan kondisi ekonomi makro Sumatera Utara.
3. Pengukuran dan Sumber Data
Skripsi ini perlu menjelaskan secara detail bagaimana masing-masing variabel diukur dan sumber data yang digunakan. Untuk inflasi, misalnya, perlu disebutkan indeks harga mana yang digunakan (misalnya, IHK atau deflator PDB). Sumber data mungkin berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, atau sumber data ekonomi makro lainnya yang terpercaya. Penjelasan terperinci tentang metode pengumpulan dan pengolahan data sangat penting untuk menjaga validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Keterbatasan data dan kualitas data juga perlu dipertimbangkan dan dijelaskan dalam penelitian. Ketepatan dan kualitas data merupakan faktor kritis dalam memperoleh hasil analisis yang akurat dan bermakna.
III.Hasil Uji Ekonometrika
Hasil uji stasioneritas memastikan data siap untuk analisis VAR. Uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antar variabel. Fungsi Impulse Response menunjukan dampak negatif inflasi dan nilai tukar terhadap PDRB. Uji Variance Decomposition menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar dan inflasi paling berpengaruh terhadap PDRB, sementara BI Rate cenderung fluktuatif. Uji Granger Causality mengungkapkan tidak adanya hubungan sebab-akibat antara PDRB dan BI Rate, hubungan searah antara PDRB dan nilai tukar, dan tidak adanya hubungan kausalitas antara PDRB dan inflasi.
1. Uji Stasioneritas
Sebelum melakukan analisis VAR, uji stasioneritas data dilakukan untuk memastikan data memenuhi asumsi model. Uji akar unit, kemungkinan menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test, diterapkan pada setiap variabel (PDRB, inflasi, nilai tukar, BI Rate). Tujuannya untuk memastikan data stasioner, artinya tidak memiliki tren atau musiman yang sistematis. Jika variabel tidak stasioner, maka perlu dilakukan transformasi data, seperti differencing, untuk membuat data menjadi stasioner sebelum analisis VAR dilakukan. Hasil uji ADF dibandingkan dengan nilai kritis untuk menentukan stasioneritas variabel pada tingkat signifikansi tertentu.
2. Uji Kointegrasi
Setelah uji stasioneritas, uji kointegrasi dilakukan untuk mengkaji apakah terdapat hubungan jangka panjang antara variabel-variabel dalam model. Kemungkinan metode uji kointegrasi yang digunakan adalah uji Johansen. Uji ini mendeteksi keberadaan hubungan kointegrasi antara variabel PDRB, inflasi, nilai tukar, dan BI Rate. Hasil uji kointegrasi berupa nilai statistik (trace statistic dan Max-Eigen statistic) yang dibandingkan dengan nilai kritis pada tingkat signifikansi tertentu. Jika terdapat kointegrasi, hal ini menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antar variabel, yang penting untuk dipertimbangkan dalam interpretasi hasil analisis VAR.
3. Analisis Vector Autoregression VAR
Analisis utama dilakukan menggunakan model Vector Autoregression (VAR). Model VAR digunakan untuk menganalisis hubungan simultan dan dinamis antara PDRB riil Sumatera Utara dengan inflasi, nilai tukar, dan BI Rate. Model ini memfasilitasi analisis respon PDRB terhadap shock pada variabel independen lainnya. Hasil analisis VAR mencakup estimasi parameter model, uji signifikansi parameter, dan diagnostik model untuk memastikan spesifikasi model yang tepat. Informasi mengenai ordo lag (jumlah lag yang digunakan dalam model) serta kriteria pemilihan ordo lag juga perlu dijelaskan. Hasil estimasi parameter memberikan gambaran tentang pengaruh masing-masing variabel independen terhadap PDRB.
4. Uji Impulse Response Function IRF Variance Decomposition dan Granger Causality
Dari model VAR, analisis lebih lanjut dilakukan menggunakan tiga teknik: Impulse Response Function (IRF), Variance Decomposition, dan Granger Causality. IRF menunjukkan bagaimana PDRB merespon terhadap shock (kejutan) pada masing-masing variabel independen. Variance Decomposition menguraikan proporsi varians PDRB yang dijelaskan oleh masing-masing variabel. Granger Causality menguji hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel. Hasil IRF, Variance Decomposition, dan Granger Causality memberikan pemahaman yang lebih rinci tentang hubungan dinamis antara variabel-variabel dan kontribusi relatif masing-masing variabel terhadap fluktuasi PDRB di Sumatera Utara. Interpretasi hasil dari ketiga uji ini memberikan kesimpulan utama penelitian.
IV.Kesimpulan dan Implikasi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kejutan kebijakan moneter, khususnya perubahan inflasi dan nilai tukar, memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Hasil penelitian memberikan implikasi penting bagi kebijakan moneter di Indonesia, menekankan perlunya strategi yang lebih efektif dalam mengelola inflasi dan nilai tukar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Sumatera Utara. Data BPS tahun 2013 menunjukkan dominasi Jawa dalam kontribusi PDB nasional, dengan Sumatera Utara berkontribusi sebesar 23.90%. Studi ini relevan dengan upaya pemerataan pembangunan di Indonesia.
1. Kesimpulan Utama
Kesimpulan utama penelitian ini menekankan pengaruh negatif inflasi dan nilai tukar terhadap PDRB Sumatera Utara periode 2005-2012. Analisis VAR, yang meliputi uji Impulse Response Function, Variance Decomposition, dan Granger Causality, mendukung temuan ini. Uji Impulse Response menunjukkan respon negatif PDRB terhadap shock inflasi dan nilai tukar. Uji Variance Decomposition menunjukan inflasi dan nilai tukar memiliki kontribusi dominan terhadap varians PDRB, sementara BI Rate menunjukkan pengaruh yang fluktuatif. Uji Granger Causality mengindikasikan tidak ada hubungan kausalitas antara PDRB dan BI Rate, hubungan satu arah antara PDRB dan nilai tukar (nilai tukar mempengaruhi PDRB), dan tidak ada hubungan kausalitas antara PDRB dan inflasi. Temuan ini menunjukkan pentingnya stabilitas makroekonomi, khususnya pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
2. Implikasi Kebijakan
Hasil penelitian memiliki implikasi penting bagi kebijakan moneter di Indonesia, khususnya dalam konteks Sumatera Utara. Pengaruh negatif inflasi dan nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi menyoroti perlunya kebijakan yang lebih efektif untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Ketidakberartian BI Rate dalam mempengaruhi PDRB berdasarkan uji Granger Causality mungkin menunjukkan perlunya evaluasi terhadap efektivitas kebijakan suku bunga dalam konteks ekonomi Sumatera Utara. Penelitian ini menyarankan perlunya strategi yang lebih komprehensif dan terarah dalam merumuskan dan menerapkan kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Sumatera Utara. Perlu dipertimbangkan faktor-faktor spesifik ekonomi regional dan keterkaitannya dengan kebijakan moneter nasional.
3. Keterbatasan dan Saran Penelitian Lebih Lanjut
Meskipun memberikan temuan yang signifikan, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Periode penelitian (2005-2012) mungkin belum mencakup berbagai kondisi ekonomi makro yang cukup luas. Variabel yang digunakan mungkin dapat diperluas untuk mencakup faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor-faktor struktural, kelembagaan, dan faktor-faktor lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Penelitian dengan periode yang lebih panjang dan cakupan variabel yang lebih luas dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hubungan antara kebijakan moneter dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Penggunaan model ekonometrika yang lebih canggih juga dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan akurasi dan reliabilitas hasil penelitian.