Analisis Optimalisasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Waduk Keuliling

Analisis Optimalisasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Waduk Keuliling

Informasi dokumen

Penulis

Mhd. Tri Utomo

instructor Ivan Indrawan, ST, MT
Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Teknik Sipil
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 4.97 MB
  • Irigasi
  • Pola Tanam
  • Sumber Daya Air

Ringkasan

I.Studi Pendahuluan dan Pengumpulan Data

Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan yang meliputi pengumpulan referensi, literatur (terutama tentang pola tanam), dan data sekunder dari instansi terkait di Kabupaten Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Data sekunder ini akan digunakan untuk menganalisis kebutuhan air irigasi, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengolahan tanah, perkolasi, curah hujan efektif, evapotranspirasi, efisiensi irigasi, dan koefisien tanaman.

1. Pengumpulan Referensi dan Literatur

Studi pendahuluan diawali dengan mengumpulkan berbagai referensi yang akan menjadi landasan penelitian. Proses ini mencakup pengumpulan literatur dari buku dan makalah yang relevan dengan studi, dengan fokus khusus pada pola tanam. Pilihan literatur ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan kebutuhan air irigasi dan pengaruhnya terhadap hasil pertanian. Informasi yang dikumpulkan dari literatur ini akan menjadi dasar untuk menganalisis data dan membangun model yang digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, pemilihan literatur yang tepat menjadi kunci keberhasilan penelitian ini dalam memberikan rekomendasi yang akurat dan teruji.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Tahap selanjutnya melibatkan pengumpulan data sekunder yang relevan. Data sekunder ini diperoleh dari berbagai sumber, termasuk instansi terkait, lembaga masyarakat, dan pihak-pihak lain yang memiliki informasi penting terkait dengan topik penelitian. Data sekunder ini akan melengkapi informasi yang diperoleh dari literatur dan akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kondisi aktual di lapangan. Informasi yang terkumpul akan mencakup berbagai aspek, termasuk kondisi hidrologi, praktik pertanian yang umum di daerah penelitian, dan kebijakan pemerintah yang relevan. Penggunaan data sekunder dipilih karena ketersediaan data primer yang terbatas, sehingga data sekunder menjadi alternatif untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk analisis kebutuhan air irigasi.

3. Analisis Kebutuhan Air Irigasi

Untuk menentukan besarnya kebutuhan air irigasi, dilakukan analisis yang komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut meliputi pengolahan tanah, perkolasi, curah hujan efektif, evapotranspirasi, efisiensi irigasi, dan koefisien tanaman. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang interaksi antara faktor-faktor tersebut dan dampaknya terhadap kebutuhan air irigasi. Hasil analisis ini akan menjadi dasar untuk menentukan pola tanam yang optimal dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya air. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, analisis ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang lebih akurat dan relevan dengan kondisi lapangan.

II.Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis optimalisasi pola tanam pada Daerah Irigasi Waduk Keuliling, Aceh Besar, NAD, untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional. Analisis hidrologi, khususnya terkait debit air, sangat penting dalam menentukan ketersediaan air irigasi. Irigasi yang efisien sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman, terutama pada musim kemarau.

1. Tujuan Irigasi dan Analisis Hidrologi

Abstrak menjelaskan bahwa irigasi bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian untuk menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Hal ini menekankan pentingnya keberlanjutan sistem irigasi. Lebih lanjut, abstrak tersebut menyoroti peran krusial analisis hidrologi dalam setiap pekerjaan yang berkaitan dengan sumber daya air. Analisis hidrologi dibutuhkan untuk memahami kondisi hidrologi suatu daerah dan membantu pengambilan keputusan. Debit air diidentifikasi sebagai salah satu parameter hidrologi yang sangat penting dalam konteks pengelolaan sumber daya air untuk irigasi. Dengan demikian, analisis hidrologi menjadi dasar penting dalam penelitian ini untuk memastikan efisiensi dan keberlanjutan sistem irigasi.

2. Definisi dan Tujuan Irigasi

Abstrak mendefinisikan irigasi sebagai proses pengaliran air secara buatan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Tujuan utamanya adalah menyediakan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman, terutama ketika persediaan air tanah tidak mencukupi. Efisiensi irigasi, yang dipengaruhi oleh metode aplikasi dan kebutuhan air tanaman, juga menjadi fokus. Ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak hanya berfokus pada penyediaan air, tetapi juga pada bagaimana air tersebut digunakan secara efisien untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Dengan demikian, efisiensi penggunaan air menjadi faktor kunci yang akan dianalisis dalam penelitian ini.

III.Tinjauan Pustaka Ringkasan

Bagian ini membahas konsep-konsep kunci seperti siklus hidrologi, aliran air tanah, evapotranspirasi, dan curah hujan. Dipaparkan pula pentingnya pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan jenis-jenis sistem irigasi, termasuk perhitungan debit andalan dan metode Polygon Thiessen untuk menentukan curah hujan efektif. Perkolasi sebagai salah satu faktor kehilangan air juga dibahas.

1. Hidrologi dan Siklus Hidrologi

Bagian tinjauan pustaka memulai dengan penjelasan tentang hidrologi sebagai ilmu yang mempelajari keberadaan dan pergerakan air di alam. Siklus hidrologi, sebagai proses perputaran air dari laut ke atmosfer, darat, dan kembali ke laut, dijelaskan sebagai konsep fundamental. Penjelasan ini memberikan dasar pemahaman tentang dinamika air yang relevan dengan studi irigasi. Selanjutnya, bagian ini membahas air tanah, meliputi jenis-jenis aliran air tanah (dangkal, antara, dan dasar), yang memberikan konteks tentang ketersediaan air bawah tanah sebagai sumber irigasi. Pemahaman tentang siklus hidrologi dan karakteristik air tanah sangat penting dalam memahami ketersediaan air untuk irigasi dan pengaruhnya terhadap pola tanam.

2. Aliran Permukaan dan Infiltrasi

Tinjauan pustaka melanjutkan dengan menjelaskan aliran permukaan sebagai pergerakan air di atas permukaan tanah, yang akhirnya mengalir ke sungai, danau, atau waduk. Proses infiltrasi, atau peresapan air ke dalam tanah, juga dibahas. Penjelasan ini memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana curah hujan terdistribusi di lingkungan, dan bagaimana sebagian air menjadi sumber air permukaan dan sebagian lagi menjadi air tanah. Diagram neraca air juga dijelaskan untuk memberikan gambaran visual mengenai berbagai proses yang mempengaruhi ketersediaan air. Pemahaman tentang aliran permukaan dan infiltrasi sangat penting untuk menilai ketersediaan air permukaan dan interaksi antara air permukaan dan air tanah.

3. Evapotranspirasi dan Curah Hujan Efektif

Bagian ini menjelaskan proses evapotranspirasi sebagai gabungan evaporasi (penguapan) dan transpirasi (penguapan dari tanaman). Karena sulit diukur secara langsung, evapotranspirasi dibahas sebagai faktor penting dalam menentukan kebutuhan air irigasi. Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evapotranspirasi, seperti suhu, kelembaban, dan kecepatan angin, disebutkan. Curah hujan efektif, sebagai bagian dari curah hujan yang benar-benar tersedia untuk tanaman setelah memperhitungkan kehilangan akibat penguapan, juga dijelaskan. Metode untuk menentukan curah hujan efektif, termasuk penggunaan data R80 (curah hujan yang terlampaui 80% dari waktu), dijelaskan. Pemahaman tentang evapotranspirasi dan curah hujan efektif sangat penting untuk memperkirakan kebutuhan air irigasi secara akurat.

4. Perkolasi dan Jaringan Irigasi

Tinjauan pustaka membahas perkolasi sebagai pergerakan air ke bawah melalui tanah, yang merupakan proses kehilangan air pada sistem irigasi. Perbedaan antara perkolasi vertikal dan horizontal dijelaskan. Kemudian dijelaskan mengenai jaringan irigasi, termasuk klasifikasi sistem irigasi berdasarkan konstruksi (misalnya, irigasi sederhana) dan komponen-komponennya (utama, sekunder, tersier). Metode Thiessen Polygon untuk memperkirakan curah hujan rata-rata di suatu wilayah juga dibahas. Konsep debit andalan (dependable flow) sebagai debit minimum yang dapat diandalkan untuk irigasi juga dijelaskan. Pemahaman tentang perkolasi, desain jaringan irigasi, dan debit andalan sangat penting untuk merencanakan dan mengelola sistem irigasi yang efisien dan efektif.

IV.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis berdasarkan literatur dan data sekunder untuk mengoptimalkan penggunaan air irigasi dari Waduk Keuliling. Data yang dikumpulkan meliputi data hidrologi (curah hujan, evapotranspirasi, debit inflow waduk), data penggunaan lahan, dan data terkait pola tanam. Analisis akan difokuskan pada penentuan kebutuhan air irigasi optimal dan pola tanam yang sesuai dengan ketersediaan air dari waduk.

1. Pendekatan Penelitian

Metodologi penelitian mengacu pada beberapa pokok pikiran, teori, dan rumusan empiris dari berbagai literatur. Pendekatan ini bertujuan untuk menemukan cara mengoptimalkan penggunaan air irigasi dari Waduk Keuliling di Aceh Besar. Metode ini dipilih karena dianggap mampu memberikan solusi yang tepat berdasarkan landasan teori yang kuat dan disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi penelitian. Dengan menggabungkan teori dan data empiris, diharapkan penelitian ini menghasilkan temuan yang bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam praktik.

2. Pengumpulan Data

Studi ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi terkait. Data sekunder ini meliputi catatan dan hasil penelitian dari pihak lain yang relevan dengan topik penelitian. Data yang dikumpulkan mencakup berbagai aspek yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi dan pola tanam yang optimal. Penggunaan data sekunder dipilih karena keterbatasan data primer atau karena kemudahan akses dan pengumpulan data. Data sekunder yang dikumpulkan akan dianalisis untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang karakteristik daerah irigasi dan faktor-faktor yang relevan.

3. Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi dilakukan untuk menghitung evapotranspirasi, curah hujan efektif, dan volume andalan waduk. Perhitungan ini penting untuk menentukan ketersediaan air irigasi dan mengoptimalkan penggunaan air tersebut. Analisis hidrologi ini merupakan bagian penting dari penelitian untuk memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan didasarkan pada kondisi hidrologi yang akurat. Hasil analisis ini akan digunakan untuk menentukan kebutuhan air irigasi yang optimal untuk mendukung pola tanam yang dipilih.

V.Deskripsi Daerah Studi Waduk Keuliling

Waduk Keuliling terletak di Desa Bak Sukon, Kecamatan Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, NAD, sekitar 35 km timur Banda Aceh. Waduk ini memiliki areal potensial seluas 4.790,5 ha dan merupakan sub-basin DAS Krueng Aceh. Penelitian ini akan menganalisis optimalisasi penggunaan air dari waduk ini untuk irigasi pertanian.

1. Lokasi dan Luas Areal Waduk Keuliling

Waduk Keuliling terletak di Desa Bak Sukon, Kecamatan Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Lokasi ini berada sekitar 35 km di timur Kota Banda Aceh, dan dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dalam waktu kurang lebih satu jam perjalanan. Waduk Keuliling merupakan salah satu sub-basin dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh, dengan areal potensial seluas 4.790,5 hektar. Informasi geografis ini penting untuk memberikan konteks lokasi penelitian dan luas area yang akan dikaji dalam penelitian optimasi pola tanam dan kebutuhan irigasi. Lokasi yang spesifik ini memungkinkan analisis yang lebih terfokus dan relevan dengan kondisi setempat.

2. Fungsi Waduk Keuliling

Waduk Keuliling memiliki beberapa fungsi penting, termasuk sebagai penyedia air untuk kebutuhan irigasi. Selain itu, waduk ini juga berperan dalam meningkatkan keamanan terhadap banjir, mendukung program swasembada pangan dan peningkatan produksi pertanian, meningkatkan pendapatan daerah, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penyediaan air baku untuk masa mendatang, serta pelestarian lingkungan dan pariwisata. Keberagaman fungsi ini menunjukkan pentingnya pengelolaan waduk secara terintegrasi dan berkelanjutan. Penelitian ini berfokus pada aspek irigasi, tetapi penting untuk memahami konteks lebih luas dari peran waduk dalam pembangunan daerah.

3. Pentingnya Ketersediaan Air untuk Pertanian

Ketersediaan air sepanjang tahun sangat penting untuk mengairi sawah dan menunjang keberhasilan program swasembada pangan. Ketergantungan petani terhadap ketersediaan air sangat tinggi, terutama pada musim kemarau di mana kekeringan sering terjadi dan dapat membatasi kegiatan bercocok tanam. Kondisi ini menjadi latar belakang utama penelitian ini, yaitu untuk mencari pola tanam terbaik yang dapat meminimalkan dampak kekeringan dan meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi praktis bagi petani dalam menghadapi tantangan ketersediaan air.

VI.Analisis Kebutuhan Air Irigasi dan Pola Tanam

Analisis ini mencakup perhitungan kebutuhan air irigasi berdasarkan berbagai faktor, termasuk pengolahan tanah, perkolasi, curah hujan efektif, dan evapotranspirasi. Berbagai alternatif pola tanam disimulasikan, dengan tujuan menentukan pola tanam yang meminimalkan kebutuhan air irigasi, khususnya selama musim kemarau. Hasil analisis menunjukkan alternatif pola tanam padi-padi-jagung dengan awal masa tanam di periode Oktober II menghasilkan nilai Net Field Requirement (NFR) terkecil.

1. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Berbasis Faktor faktor Pengaruh

Analisis kebutuhan air irigasi dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut meliputi pengolahan tanah, perkolasi, curah hujan efektif, evapotranspirasi, efisiensi irigasi, dan koefisien tanaman. Masing-masing faktor ini dianalisis untuk menentukan kontribusinya terhadap total kebutuhan air irigasi. Analisis ini bertujuan untuk menghasilkan perkiraan kebutuhan air yang akurat dan realistis, yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan pola tanam yang optimal. Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, diharapkan hasil analisis ini dapat memberikan gambaran yang komprehensif dan presisi mengenai kebutuhan air irigasi.

2. Simulasi dan Perhitungan Kebutuhan Air NFR

Untuk padi, dilakukan simulasi dengan 24 alternatif pergeseran waktu penyiapan lahan dengan periode setengah bulanan. Dari simulasi ini, dihitung Net Field Requirement (NFR) untuk setiap alternatif. NFR mewakili kebutuhan air irigasi aktual di lapangan. Analisis ini bertujuan untuk menentukan alternatif pola tanam yang meminimalkan kebutuhan air irigasi, khususnya pada musim kemarau. Alternatif ke-20, dengan awal penyiapan lahan di periode Oktober II dan pola tanam padi-padi-jagung, menghasilkan nilai NFR terkecil (2,71 mm/hari), menunjukkan bahwa kombinasi ini paling efisien dalam penggunaan air.

3. Penentuan Pola Tanam Optimal

Pola tanam yang dikaji adalah padi-padi-jagung, dan tujuan utamanya adalah meminimalkan kebutuhan air irigasi pada musim kemarau. Simulasi dilakukan untuk menentukan awal masa tanam yang optimal. Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif ke-20, dengan awal penyiapan lahan pada periode Oktober II, menghasilkan NFR terkecil. Alternatif ini kemudian dipilih sebagai pola tanam optimal karena paling efisien dalam penggunaan air irigasi. Kesimpulan ini didasarkan pada perbandingan NFR dari 24 alternatif yang disimulasikan. Data curah hujan menunjukkan curah hujan maksimum rata-rata terjadi pada bulan November (2 mm) dan minimum pada bulan Juli (63,6 mm), yang juga menjadi pertimbangan dalam penentuan pola tanam optimal.