
Analisis Kerjasama Ekonomi antara ASEAN dan China melalui ACFTA
Informasi dokumen
Penulis | M. Syaprin Zahidin |
Sekolah | Universitas Gadah Mada (UGM) dan Universitas Sumatera Utara (USU) |
Jurusan | Administrasi Publik dan Ilmu Sosial (diduga) |
Tempat | Yogyakarta (diduga) |
Jenis dokumen | Tesis atau Skripsi (diduga) |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 245.89 KB |
- Kerjasama Ekonomi
- ACFTA
- Perdagangan Indonesia-China
Ringkasan
I.Latar Belakang Dampak ACFTA terhadap Perdagangan Apel dan Jeruk di Kota Batu
Penelitian ini mengkaji dampak ekonomi politik dari perjanjian ACFTA (ASEAN China Free Trade Area) terhadap persaingan antara produk lokal (apel Batu dan jeruk Keprok 55) dan produk impor (apel Fuji dan jeruk Mandarin) di Kota Batu, Jawa Timur. Perjanjian perdagangan bebas ini, yang mulai berlaku penuh pada 1 Januari 2010, menyebabkan peningkatan impor buah-buahan dari China, mengancam petani lokal di Kota Batu yang terkenal dengan apel dan jeruknya. Liberalisasi perdagangan dalam kerangka ACFTA, meskipun bertujuan meningkatkan perekonomian negara anggota termasuk Indonesia, menimbulkan persaingan produk yang ketat, mengakibatkan penurunan pendapatan petani lokal karena harga impor yang lebih murah dan kualitas kemasan yang lebih baik. Pemerintah Indonesia merespon dengan kebijakan pembatasan impor hortikultura pada 1 Januari 2013 melalui PERMENDAG nomor 60 tahun 2012, namun dampaknya terhadap petani Kota Batu masih perlu dikaji lebih lanjut.
1. Kerjasama ASEAN dan ACFTA
Bagian ini menjelaskan latar belakang kerjasama regional ASEAN dan perkembangannya menuju kerjasama bilateral dengan negara-negara lain, khususnya China. ASEAN, sebagai organisasi ekonomi di Asia Tenggara, bertujuan meningkatkan perekonomian negara anggotanya. Kerjasama dengan China menghasilkan ACFTA (ASEAN China Free Trade Area), yang mulai berlaku penuh pada 1 Januari 2010. ACFTA mempermudah lalu lintas produk antar negara, termasuk Indonesia. Namun, teks menyoroti bahwa kerjasama ini, selain didorong oleh kepentingan ekonomi ASEAN untuk memaksimalkan keuntungan dari pesatnya pertumbuhan ekonomi China, juga berkaitan erat dengan kepentingan politik China untuk memperluas pengaruh ekonomi dan diplomasi di kawasan Asia Tenggara. China melihat Asia Tenggara sebagai pasar potensial dengan jumlah penduduk lebih dari 580 juta jiwa dan jalur perdagangan penting yang melibatkan negara-negara seperti Jepang, Australia, dan Korea Selatan. Tujuan politik China adalah membangun citra sebagai tetangga yang baik bagi negara-negara ASEAN, menghindari persepsi sebagai ancaman.
2. Dampak ACFTA terhadap Perekonomian Indonesia dan Petani Kota Batu
Setelah diberlakukannya ACFTA, volume perdagangan antara Indonesia dan China meningkat signifikan, terutama impor produk pertanian China seperti apel Fuji dan jeruk Mandarin. Hal ini berdampak pada daya saing produk lokal Indonesia, khususnya di sektor pertanian. Penelitian ini memfokuskan pada dampak ACFTA di Kota Batu, Jawa Timur, yang merupakan penghasil apel dan jeruk Keprok 55. Meskipun ACFTA diharapkan meningkatkan perekonomian Indonesia, kenyataannya, impor produk pertanian China dengan harga yang lebih terjangkau dan kualitas kemasan yang lebih baik mengancam petani lokal Kota Batu. Konsumen cenderung memilih produk impor yang lebih murah dan menarik, sehingga pendapatan petani apel dan jeruk Keprok 55 di Kota Batu menurun. Situasi ini menunjukan adanya ketidakseimbangan dalam manfaat ACFTA, dimana beberapa aktor diuntungkan sementara yang lain dirugikan.
3. Kebijakan Pemerintah dan Upaya Perlindungan Produk Lokal
Menanggapi ancaman terhadap petani lokal akibat masuknya produk impor, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan pembatasan impor produk hortikultura pada 1 Januari 2013. Kebijakan ini tertuang dalam PERMENDAG nomor 60 tahun 2012, yang mengatur waktu, volume, dan pintu masuk produk impor hortikultura, termasuk apel dan jeruk. Pembatasan impor dilakukan melalui pintu masuk tertentu seperti Bandara Soekarno-Hatta, Pelabuhan Makassar, Tanjung Perak, Belawan, dan Batam. Kota Batu, dikenal sebagai kota wisata dengan apel dan jeruk Keprok 55 sebagai komoditi unggulan, sangat terdampak oleh kebijakan ini. Jeruk Keprok 55 sendiri merupakan varietas asli Kota Batu, bibitnya dibagikan kepada petani pada tahun 2007. Namun, pembatasan impor ini bukan berarti melarang sepenuhnya produk impor, melainkan mengatur agar tidak membanjiri pasar dan memberikan kesempatan bagi produk lokal untuk bersaing. Meskipun ada pembatasan, produk impor seperti apel Fuji dan jeruk Mandarin tetap masuk dan menjadi kompetitor utama bagi produk lokal Kota Batu.
II.Kerangka Teori dan Konsep Liberalisasi Perdagangan dan FTA
Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonomi politik untuk menganalisis persaingan produk dalam konteks liberalisasi perdagangan dan Free Trade Area (FTA). Konsep liberalisasi perdagangan dipahami sebagai kebebasan penjualan produk antar negara tanpa hambatan tarif dan non-tarif. ACFTA sebagai contoh FTA, mempunyai prinsip mutual benefit, namun dampaknya di lapangan — khususnya di Kota Batu — menunjukkan adanya aktor yang diuntungkan dan dirugikan. Penelitian ini akan menelaah bagaimana mekanisme pasar dan struktur kekuasaan mempengaruhi kebijakan pemerintah terkait ACFTA dan dampaknya terhadap petani apel dan jeruk di Kota Batu.
1. Konsep Liberalisasi Perdagangan
Bagian ini menjelaskan konsep liberalisasi perdagangan sebagai suatu keadaan di mana perdagangan antar negara berlangsung tanpa hambatan tarif ekspor-impor dan kendala perdagangan lainnya. Konsep ini menjadi landasan utama dalam memahami latar belakang permasalahan yang dikaji. Hambatan-hambatan perdagangan yang dibahas meliputi tarif (pajak atas produk yang melewati batas negara) dan kuota (pembatasan jumlah barang impor maupun ekspor). Liberalisasi perdagangan, dalam konteks penelitian ini, digunakan untuk menjelaskan adanya perdagangan bebas antara komoditi apel Fuji dan jeruk Mandarin dari China dengan produk lokal apel Batu dan jeruk Keprok 55 di Kota Batu. Meskipun apel dan jeruk merupakan komoditi yang diminati dan bergizi, liberalisasi perdagangan dapat mengakibatkan persaingan yang tidak seimbang antara produk impor dan lokal.
2. Konsep Free Trade Area FTA
Bagian ini mendefinisikan Free Trade Area (FTA) sebagai kesepakatan antara dua negara atau lebih untuk membentuk wilayah perdagangan bebas, tanpa hambatan tarif atau non-tarif bagi barang dan jasa yang diperdagangkan antar negara tersebut. FTA merupakan instrumen kunci dalam memahami ACFTA dan dampaknya. Salah satu prinsip utama kerjasama dalam FTA adalah mutual benefit atau saling menguntungkan antar negara anggota. Dengan terbentuknya FTA, akses pasar produk dan jasa semakin terbuka. Namun, seperti yang terlihat dalam kasus ACFTA dan dampaknya terhadap perdagangan apel dan jeruk di Kota Batu, prinsip mutual benefit tidak selalu terwujud secara merata bagi semua pihak yang terlibat. Beberapa pihak mungkin lebih diuntungkan dibandingkan yang lain, menimbulkan ketidakseimbangan.
3. Pendekatan Ekonomi Politik
Bagian ini menjelaskan pentingnya pendekatan ekonomi politik dalam menganalisis permasalahan yang dikaji. Ekonomi dan politik merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Ekonomi berhubungan dengan kekayaan, sedangkan politik dengan kekuasaan. Politik dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi, dan sebaliknya. Pendekatan ekonomi politik, menurut Mochtar Mas’oed, menjelaskan bagaimana suatu kebijakan dibuat, diterapkan, dan konsekuensinya. Dalam konteks ACFTA, kebijakan pemerintah Indonesia untuk melakukan FTA dengan China mengakibatkan masuknya produk impor, menimbulkan persaingan antara produk impor (apel Fuji dan jeruk Mandarin) dan produk lokal (apel Batu dan jeruk Keprok 55). Pendekatan ekonomi politik membantu menjelaskan proses pembuatan kebijakan ACFTA, kepentingan aktor yang terlibat, dan konsekuensi kebijakan tersebut, termasuk dampaknya yang tidak merata bagi semua pihak (ada yang diuntungkan dan dirugikan).
III.Metode Penelitian Analisis Deskriptif terhadap Persaingan Produk Lokal dan Impor
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis data kualitatif melalui studi pustaka dan studi lapangan (wawancara). Variabel independen adalah ekonomi politik aktor yang terkait dalam ACFTA, sedangkan variabel dependen adalah persaingan produk impor dan lokal di Kota Batu. Level analisisnya adalah perilaku kelompok. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan persaingan produk apel dan jeruk di Kota Batu pasca diberlakukannya ACFTA, menganalisis dampaknya terhadap perekonomian lokal, dan mengidentifikasi aktor-aktor yang diuntungkan dan dirugikan.
1. Variabel Penelitian dan Level Analisis
Metode penelitian ini menggunakan dua variabel: variabel independen (ekonomi politik aktor-aktor terkait dengan ACFTA) dan variabel dependen (persaingan produk impor apel dan jeruk di Kota Batu). Variabel independen digunakan untuk menjelaskan perilaku variabel dependen. Level analisis yang digunakan adalah perilaku kelompok, mengingat kerjasama internasional melibatkan berbagai aktor dan organisasi dengan kepentingan yang beragam. Penelitian ini berfokus pada bagaimana ekonomi politik ACFTA mempengaruhi persaingan produk impor dan lokal, khususnya apel dan jeruk di Kota Batu. Dengan pendekatan ini, penelitian bertujuan untuk memahami dinamika persaingan dan dampaknya terhadap pelaku ekonomi lokal.
2. Tipe Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, menggabungkan metode wawancara, studi lapangan, dan studi pustaka. Data dikumpulkan untuk menjelaskan suatu fenomena yang belum sepenuhnya dipahami, menghubungkan dua variabel utama (ekonomi politik dan persaingan produk). Hasil penelitian digunakan untuk menguji argumen pokok yang telah dirumuskan. Teknik pengumpulan data meliputi studi pustaka (jurnal, media cetak, dan sumber daring) untuk mendokumentasikan berbagai penelitian dan informasi relevan serta studi lapangan melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait. Studi lapangan diharapkan memberikan data empiris yang melengkapi data sekunder dari studi pustaka. Analisis bersifat deskriptif, menjelaskan situasi dan kondisi persaingan produk tanpa membuat generalisasi yang terlalu luas.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi pada kajian ekonomi politik persaingan produk lokal dan impor (apel dan jeruk) di Kota Batu, Jawa Timur, khususnya dalam konteks perjanjian ACFTA periode 2011-2012. Penelitian ini berfokus pada permasalahan persaingan antara produk impor dari China (apel Fuji dan jeruk Mandarin) dengan produk lokal (apel Batu dan jeruk Keprok 55) akibat perjanjian ACFTA yang menyebabkan produk impor masuk ke Indonesia dengan harga lebih murah. Analisis difokuskan pada dampak persaingan ini terhadap konsumen dan petani lokal di Kota Batu. Batasan waktu penelitian memberikan fokus yang spesifik pada periode pasca implementasi ACFTA dan sebelum adanya kebijakan pembatasan impor pada tahun 2013. Hal ini memungkinkan pengamatan yang detail terhadap dampak langsung dari kesepakatan ACFTA.
IV.Argumen Pokok Dampak Ekonomi Politik ACFTA di Kota Batu
Penelitian ini berhipotesis bahwa perjanjian ACFTA menimbulkan dampak ekonomi politik yang signifikan terhadap persaingan produk lokal dan impor di Kota Batu. Meskipun bertujuan untuk mutual benefit, ACFTA menciptakan dinamika persaingan yang merugikan petani lokal karena masuknya produk impor dengan harga yang lebih kompetitif. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana hal ini terjadi dan dampaknya terhadap kesejahteraan petani di Kota Batu.
1. Argumen Dasar Penelitian
Argumen pokok penelitian ini adalah adanya dampak ekonomi politik dari persaingan produk lokal dan impor akibat kesepakatan ACFTA antara Indonesia dan China. Kesepakatan ACFTA yang memuat perjanjian perdagangan bebas (FTA) ini menjadi faktor utama yang mendorong masuknya produk impor ke Indonesia. Penelitian ini akan meneliti bagaimana kesepakatan ACFTA, yang secara teori bertujuan untuk mutual benefit, berdampak pada persaingan produk lokal dan impor di Kota Batu. Fokus utama adalah menganalisis bagaimana ekonomi politik ACFTA membentuk dinamika persaingan ini dan siapa yang diuntungkan dan dirugikan dalam konteks tersebut. Persaingan ini khususnya dilihat dari dampaknya terhadap perdagangan apel dan jeruk.
Referensi dokumen
- Perdagangan Bebas dan Ketergopohan Kita (Budi Laksono)