
Analisis Kemampuan dan Kesediaan Membayar Pengguna Jasa Bus Rapid Transit Medan-Binjai-Deliserdang
Informasi dokumen
Penulis | Muhammad Rizki Tambak |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Teknik Sipil |
Jenis dokumen | Tugas Akhir |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 4.82 MB |
- Analisis Transportasi
- Bus Rapid Transit
- Kemampuan dan Kesediaan Membayar
Ringkasan
I.Latar Belakang Penelitian Tarif Bus Rapid Transit BRT Medan Binjai Deliserdang MEBIDANG
Penelitian ini berfokus pada penentuan tarif yang tepat untuk sistem Bus Rapid Transit (BRT) di koridor Medan-Binjai-Deliserdang (MEBIDANG), Sumatera Utara. Meningkatnya volume lalu lintas di Medan, Binjai, dan Deliserdang memerlukan solusi transportasi massal yang efektif. Penetapan tarif harus mempertimbangkan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) masyarakat agar seimbang dengan keuntungan operator BRT.
1. Pertumbuhan Kota Medan dan Kebutuhan Transportasi Massal
Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, telah berkembang pesat menjadi kota metropolitan. Pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan mobilitas masyarakat yang tinggi menyebabkan peningkatan volume lalu lintas yang signifikan di Medan, berbatasan langsung dengan Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang. Kondisi ini mengakibatkan kemacetan dan rendahnya kapasitas angkutan umum yang ada, ditandai dengan maraknya angkutan kota kecil seperti MOPEN, Mikrolet, dan Sudaco yang kapasitasnya jauh lebih rendah dibandingkan bus. Pemerintah Sumatera Utara berencana mengatasi masalah ini dengan mengoperasikan Bus Rapid Transit (BRT) untuk menghubungkan ketiga daerah tersebut dalam sebuah kawasan aglomerasi. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk memastikan kesuksesan program BRT tersebut.
2. Permasalahan Tarif dan Keseimbangan Kepentingan
Salah satu faktor krusial dalam keberhasilan sistem Bus Rapid Transit (BRT) adalah penetapan tarif yang tepat. Tarif haruslah seimbang, memperhatikan kemampuan membayar (Ability To Pay/ATP) pengguna jasa dan keuntungan bagi operator atau pemilik angkutan umum. Kondisi krisis moneter yang pernah dialami Indonesia juga berpengaruh terhadap biaya operasional kendaraan umum, termasuk kenaikan harga suku cadang, bahan bakar, dan barang pendukung lainnya. Perbedaan pendapat sering muncul dalam penentuan tarif angkutan umum, dengan masyarakat merasa tarif yang berlaku lebih menguntungkan operator daripada mempertimbangkan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan titik temu antara kemampuan dan kesediaan membayar masyarakat terhadap tarif BRT.
3. Manfaat Penerapan Sistem BRT
Penerapan sistem Bus Rapid Transit (BRT) diharapkan memberikan beberapa manfaat signifikan. BRT menawarkan pilihan transportasi umum yang nyaman bagi pengguna kendaraan pribadi, mendorong peralihan moda transportasi dan mengurangi kemacetan. Di banyak kota, pada jam sibuk, BRT mampu mengangkut lebih dari 20.000 penumpang per jam per arah. Hal ini menunjukkan potensi BRT dalam mengatasi masalah kepadatan lalu lintas di wilayah perkotaan yang padat seperti Medan, Binjai, dan Deli Serdang. Penelitian ini turut menelaah dampak penerapan BRT terhadap pola mobilitas dan tingkah laku perjalanan masyarakat di area tersebut.
II.Tujuan Penelitian Menentukan ATP dan WTP untuk Tarif BRT MEBIDANG
Tujuan utama penelitian adalah untuk menentukan nilai rata-rata ATP (Ability To Pay) dan WTP (Willingness To Pay) pengguna jasa BRT MEBIDANG di kedua koridornya. Penelitian ini juga akan menganalisis skenario ATP dan WTP terhadap berbagai besaran tarif yang diusulkan.
1. Penentuan Nilai Rata rata ATP dan WTP
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mencari dan menentukan besarnya nilai rata-rata Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna jasa Bus Rapid Transit (BRT) di koridor Medan-Binjai-Deliserdang (MEBIDANG). Data ATP dan WTP akan dikumpulkan melalui survei dan analisis untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kemampuan dan kesediaan masyarakat membayar tarif BRT. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan tarif yang adil dan berkelanjutan bagi kedua koridor BRT MEBIDANG.
2. Analisis Skenario ATP dan WTP terhadap Berbagai Tarif
Selain mencari nilai rata-rata ATP dan WTP, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis berbagai skenario yang mungkin terjadi. Penelitian akan mensimulasikan berbagai tingkat tarif dan melihat bagaimana hal tersebut memengaruhi nilai ATP dan WTP. Analisis ini penting untuk menentukan kisaran tarif yang optimal, di mana tarif tersebut masih terjangkau oleh masyarakat (berdasarkan ATP) dan sekaligus menarik minat masyarakat untuk menggunakan BRT (berdasarkan WTP). Hasil analisis skenario ini akan membantu dalam pengambilan keputusan terkait penetapan tarif BRT MEBIDANG yang tepat.
III.Metodologi Penelitian Survei dan Analisis ATP WTP
Metode penelitian menggunakan survei langsung kepada pengguna angkutan umum di rute BRT MEBIDANG. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang menggali karakteristik responden, ATP, dan WTP. Data kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS untuk menguji validitas, reliabilitas, dan korelasi antar variabel. Metode Stated Preference (khususnya Discrete Choice Method) digunakan untuk mengukur WTP.
1. Pengumpulan Data Primer melalui Survei Langsung
Metodologi penelitian ini didasarkan pada pengumpulan data primer melalui survei langsung di lokasi rute Bus Rapid Transit (BRT) Medan-Binjai-Deliserdang (MEBIDANG). Survei ini melibatkan wawancara langsung dengan pengguna angkutan umum yang ada di kedua rute BRT. Data primer dikumpulkan melalui tiga jenis kuesioner: kuesioner karakteristik responden (meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan tujuan perjalanan), kuesioner Ability To Pay (ATP) (mencakup penghasilan, alokasi biaya transportasi, dan frekuensi perjalanan), dan kuesioner Willingness To Pay (WTP) (berfokus pada tarif yang diharapkan dan prioritas pelayanan yang diinginkan). Sebelum wawancara, responden diberi penjelasan mengenai proyek BRT MEBIDANG dan manfaatnya.
2. Analisis Data dengan SPSS dan Uji Validitas Reliabilitas
Data yang dikumpulkan melalui survei kemudian diolah dan dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS. Proses analisis meliputi pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner untuk memastikan keakuratan dan konsistensi data. Uji validitas menggunakan korelasi Pearson dengan syarat nilai r hitung > r tabel (0,254) dan level of significance (α) sebesar 0,05. Uji reliabilitas menggunakan nilai alpha Cronbach. Data ATP dianalisis berdasarkan pendapatan responden, alokasi biaya transportasi, dan frekuensi perjalanan. SPSS juga digunakan untuk mencari korelasi antar pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dan untuk menganalisis hubungan antara ATP dan WTP.
3. Penggunaan Metode Stated Preference Discrete Choice Method
Penelitian ini juga menggunakan metode Stated Preference, khususnya Discrete Choice Method (atau Refendum Contingent Choice), untuk mengukur Willingness To Pay (WTP). Metode ini melibatkan pertanyaan-pertanyaan yang memberikan pilihan biner (ya/tidak) kepada responden terkait kesediaan mereka membayar tarif tertentu untuk menggunakan BRT. Dengan demikian, metode ini membantu untuk mengukur secara kuantitatif kesediaan responden untuk mengeluarkan biaya atas jasa BRT yang akan dinikmati. Hasil analisis data dari metode ini akan melengkapi hasil analisis dari data ATP.
IV.Hasil dan Pembahasan ATP WTP dan Tarif BRT yang Ideal
Hasil penelitian akan menunjukkan nilai ATP dan WTP pengguna BRT MEBIDANG untuk setiap koridor. Analisis ini akan memberikan rekomendasi tarif yang ideal, menyeimbangkan kemampuan dan kesediaan membayar masyarakat dengan keuntungan operator. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner akan dibahas. Pengaruh berbagai faktor terhadap ATP dan WTP (seperti pendapatan, frekuensi perjalanan, dan persepsi kualitas layanan) juga akan dikaji. Tarif existing di jalur tersebut, yaitu Rp 5.000,- akan dibandingkan dengan temuan ATP dan WTP.
1. Hasil Analisis ATP dan WTP
Bagian ini akan mempresentasikan hasil analisis Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna jasa Bus Rapid Transit (BRT) Medan-Binjai-Deliserdang (MEBIDANG). Data ATP akan disajikan berdasarkan pendapatan responden, alokasi biaya transportasi, dan frekuensi perjalanan. Sementara itu, data WTP akan menunjukkan kesediaan responden untuk membayar tarif BRT pada berbagai skenario tarif yang diuji. Data mentah akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mempermudah pemahaman. Hasil ini akan menunjukkan kemampuan dan kesediaan membayar masyarakat terhadap layanan BRT di kedua koridor.
2. Perbandingan ATP WTP dengan Tarif Existing
Hasil analisis ATP dan WTP akan dibandingkan dengan tarif angkutan umum yang sudah ada (existing) di jalur BRT MEBIDANG. Dokumen menyebutkan tarif existing di kedua rute (Terminal Pinang Baris-Terminal Binjai dan Terminal Amplas-Terminal Lubuk Pakam) sebesar Rp 5.000,-. Perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian tarif existing dengan kemampuan dan kesediaan membayar masyarakat. Analisis ini akan menunjukkan apakah tarif existing sudah mencerminkan ATP dan WTP atau perlu adanya penyesuaian tarif.
3. Pengaruh Tarif terhadap Persentase ATP dan WTP
Bagian ini akan membahas pengaruh penetapan tarif terhadap persentase responden yang memiliki kemampuan dan kesediaan membayar. Contohnya, pada skenario tertentu, jika tarif ditetapkan Rp 8.000,- persentase WTP responden mungkin hanya 11,66%. Sebaliknya, pada tarif yang lebih rendah, persentase ATP dan WTP bisa meningkat secara signifikan. Analisis ini akan menunjukkan hubungan antara tarif dan respon masyarakat, dan membantu menentukan tarif optimal yang dapat diterima oleh pasar dan menjamin keberlanjutan operasional BRT.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Sebelum analisis data utama, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data ATP dan WTP. Uji validitas menggunakan software SPSS dengan mengacu pada nilai R (Pearson Correlation) dan level of significance (α). Uji reliabilitas menggunakan alpha Cronbach. Hasil pengujian ini akan memastikan bahwa data yang dikumpulkan akurat dan dapat diandalkan. Nilai alpha Cronbach yang diperoleh, misalnya 0,861 dan 0,920 menunjukkan tingkat reliabilitas yang baik.
V.Kesimpulan dan Rekomendasi Rekomendasi Tarif BRT MEBIDANG
Kesimpulan akan menyimpulkan nilai rata-rata ATP dan WTP untuk BRT MEBIDANG, serta memberikan rekomendasi tarif yang ideal. Rekomendasi akan mempertimbangkan aspek finansial bagi operator dan daya beli masyarakat pengguna transportasi umum di Medan, Binjai, dan Deliserdang. Saran untuk pemerintah daerah terkait implementasi BRT MEBIDANG juga akan diberikan.
1. Kesimpulan Nilai ATP dan WTP
Kesimpulan penelitian akan memaparkan nilai rata-rata Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Medan-Binjai-Deliserdang (MEBIDANG) berdasarkan data yang telah dianalisis. Kesimpulan ini akan menjelaskan kemampuan dan kesediaan membayar masyarakat terhadap layanan BRT pada kedua koridornya. Hasilnya akan menunjukkan apakah kemampuan membayar masyarakat cukup untuk menunjang operasional BRT dan seberapa besar kemauan mereka untuk membayar tarif yang diusulkan.
2. Rekomendasi Tarif BRT MEBIDANG yang Ideal
Berdasarkan hasil analisis ATP dan WTP, penelitian ini akan memberikan rekomendasi tarif yang ideal untuk BRT MEBIDANG. Rekomendasi tarif ini akan mempertimbangkan keseimbangan antara kemampuan membayar masyarakat dan keuntungan operator BRT. Rekomendasi akan mempertimbangkan berbagai skenario tarif dan dampaknya terhadap persentase pengguna yang mampu dan bersedia membayar. Tujuannya adalah untuk menentukan tarif yang berkelanjutan, menguntungkan operator, dan terjangkau bagi masyarakat.
3. Saran untuk Pemerintah Daerah
Selain rekomendasi tarif, penelitian ini juga akan memberikan beberapa saran kepada instansi pemerintah terkait mengenai implementasi BRT MEBIDANG. Saran ini kemungkinan akan mencakup strategi penetapan tarif yang mempertimbangkan kemampuan dan kesediaan membayar masyarakat serta keuntungan operator. Saran tambahan mungkin juga mencakup aspek-aspek lain dari operasional BRT yang dapat meningkatkan keberhasilan program ini, seperti strategi pemasaran, peningkatan kualitas layanan, dan dukungan kebijakan pemerintah.