Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi Herba Sawi Tanah

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi Herba Sawi Tanah

Informasi dokumen

Penulis

Winda Regina Surbakti

instructor/editor Prof. Dr. Matheus Timbul Simanjuntak, M.Sc., Apt. (Penasehat Akademis)
Sekolah

Universitas Sumatera Utara, Fakultas Farmasi

Jurusan Sarjana Farmasi
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 5.12 MB
  • aktivitas antibakteri
  • ekstrak etanol
  • herba sawi tanah

Ringkasan

I.Pendahuluan Penelitian Aktivitas Antibakteri Herba Sawi Tanah

Penelitian ini menyelidiki aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi herba sawi tanah (Adenostemma lavenia (L.) Kuntze), tumbuhan yang digunakan secara tradisional di Namo Rambe, Deli Serdang, Sumatera Utara untuk mengobati diare, disentri, luka bakar, dan mata bengkak. Studi ini bertujuan untuk mengkarakterisasi simplisia, melakukan skrining fitokimia, dan menguji efektivitas ekstrak etanol, fraksi n-heksana, dan fraksi etilasetat terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae.

1. Latar Belakang Penggunaan Tradisional Sawi Tanah

Indonesia kaya akan tanaman obat tradisional, dan Adenostemma lavenia (L.) Kuntze, atau sawi tanah, merupakan salah satunya. Tanaman ini telah lama digunakan oleh masyarakat di daerah Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, sebagai pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit. Penggunaan tradisional ini meliputi pengobatan diare, disentri, luka bakar, dan peradangan mata. Penelitian ini didorong oleh pengalaman empiris masyarakat tersebut, dan bertujuan untuk menyelidiki secara ilmiah potensi antibakteri dari tanaman sawi tanah, mengevaluasi efektivitasnya secara saintifik sebagai alternatif pengobatan.

2. Tujuan Penelitian dan Bakteri Uji

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi simplisia sawi tanah, mengidentifikasi golongan senyawa kimia yang terkandung (skrining fitokimia), dan menguji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol, fraksi n-heksana, dan fraksi etilasetat sawi tanah. Aktivitas antibakteri diuji terhadap tiga jenis bakteri patogen: Staphylococcus aureus (gram positif), Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae (keduanya gram negatif). Ketiga bakteri ini dipilih karena perannya sebagai penyebab infeksi saluran cerna, dengan Staphylococcus aureus juga dikenal sebagai penghasil enterotoksin yang menyebabkan gangguan pencernaan. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada mengevaluasi potensi sawi tanah sebagai agen antibakteri terhadap patogen-patogen usus yang signifikan.

3. Ringkasan Temuan Penelitian Sebelumnya jika ada

Meskipun penelitian ini berfokus pada aktivitas antibakteri sawi tanah, teks menyebutkan penelitian sebelumnya oleh Shimizu, et al. (1989) mengenai aktivitas antitumor pada tanaman ini. Penelitian tersebut menemukan bahwa kaurene diterpen pada sawi tanah dapat menstimulasi apoptosis, menunjukkan potensi penggunaan sebagai obat antitumor. Temuan ini menunjukkan bahwa sawi tanah memiliki potensi farmakologis yang luas, bukan hanya terbatas pada aktivitas antibakteri yang diteliti dalam skripsi ini. Adanya penelitian terdahulu terkait aktivitas antitumor memberikan konteks lebih luas mengenai potensi bioaktif sawi tanah.

II.Metodologi Penelitian Ekstraksi dan Pengujian Antibakteri

Metode penelitian menggunakan pendekatan eksperimental. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 80%, diikuti dengan fraksinasi menggunakan n-heksana dan etilasetat. Karakterisasi simplisia meliputi penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total, dan kadar abu tak larut asam. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi golongan senyawa seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar.

1. Metode Ekstraksi Sawi Tanah

Ekstraksi sampel sawi tanah dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 80%. Proses maserasi melibatkan perendaman serbuk simplisia dalam pelarut etanol selama 5 hari pada suhu kamar, terlindung dari cahaya dan dengan pengadukan berkala. Setelah penyaringan dan pemerasan, ampas diekstraksi kembali hingga diperoleh jumlah ekstrak yang diinginkan. Ekstrak etanol kental yang dihasilkan kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer. Pemilihan metode maserasi didasarkan pada kepraktisan dan keefektifannya dalam mengekstrak senyawa aktif dari simplisia nabati. Setelah diperoleh ekstrak etanol, proses fraksinasi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair (ECC) menggunakan pelarut n-heksana dan etilasetat secara berturut-turut untuk memisahkan senyawa berdasarkan kepolarannya. Pemilihan pelarut didasarkan pada kepolaran senyawa yang ingin dipisahkan; n-heksana untuk senyawa nonpolar, dan etilasetat untuk senyawa semipolar.

2. Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia

Karakterisasi simplisia sawi tanah meliputi beberapa parameter, yaitu penetapan kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total, dan kadar abu tak larut dalam asam. Parameter-parameter ini mengikuti acuan Materia Medika Indonesia dan standar baku simplisia. Selain itu, skrining fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia dan ekstraknya. Metode skrining fitokimia meliputi pengujian keberadaan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid. Hasil skrining ini memberikan informasi mengenai jenis metabolit sekunder yang terkandung dalam sawi tanah yang selanjutnya akan dikaitkan dengan aktivitas antibakteri yang diuji.

3. Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi agar dengan pencadang kertas. Metode ini dipilih karena relatif sederhana dan praktis. Ekstrak etanol, fraksi n-heksana, dan fraksi etilasetat diuji pada beberapa konsentrasi berbeda terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae. Cawan petri yang telah berisi media nutrient agar yang diinokulasi dengan bakteri kemudian diberi cakram kertas yang telah dibubuhi larutan uji. Setelah diinkubasi pada suhu 36 ± 1°C selama 18-24 jam, diameter zona hambat (zona jernih) diukur menggunakan jangka sorong. Besarnya diameter zona hambat ini menunjukkan kekuatan hambatan masing-masing ekstrak dan fraksi terhadap pertumbuhan bakteri uji.

III.Hasil dan Pembahasan Potensi Antibakteri Sawi Tanah

Hasil karakterisasi simplisia menunjukkan kadar air 7,89%, kadar sari larut air 11,54%, kadar sari larut etanol 16,57%, kadar abu total 12,26%, dan kadar abu tak larut asam 0,384%. Skrining fitokimia menunjukkan adanya berbagai metabolit sekunder, termasuk alkaloid, flavonoid, dan steroid/triterpenoid di ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan etilasetat. Uji antibakteri menunjukkan fraksi etilasetat memiliki aktivitas antibakteri paling kuat terhadap ketiga bakteri uji, diikuti oleh ekstrak etanol, sedangkan fraksi n-heksana menunjukkan aktivitas paling lemah. Hasil ini mendukung penggunaan tradisional sawi tanah sebagai obat, dan menunjukkan potensi pengembangannya sebagai sumber senyawa antibakteri alami.

1. Hasil Karakterisasi Simplisia Sawi Tanah

Hasil karakterisasi simplisia sawi tanah menunjukkan kadar air sebesar 7,89%, kadar sari larut air 11,54%, kadar sari larut etanol 16,57%, kadar abu total 12,26%, dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,384%. Parameter-parameter ini memberikan gambaran karakteristik fisikokimia simplisia yang penting untuk standarisasi dan kontrol kualitas. Pemeriksaan makroskopis menunjukkan simplisia berwarna hijau kecoklatan, berbau khas, dan rasa agak kelat. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya stomata anomosit, rambut kelenjar labiat, rambut penutup, jaringan gabus, berkas pembuluh, serbuk sari, dan tetesan minyak atsiri. Keberadaan minyak atsiri, yang bersifat antiseptik, memberikan indikasi tambahan mengenai potensi aktivitas antibakteri dan antifungi simplisia sawi tanah. Karena monografi simplisia herba sawi tanah belum terdaftar di Materia Medika Indonesia (MMI), pembakuan secara nasional mengenai parameter karakterisasi ini perlu dilakukan.

2. Hasil Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan pada simplisia, ekstrak etanol, fraksi n-heksana, dan fraksi etilasetat sawi tanah untuk mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder. Hasil menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak etanol mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid. Fraksi n-heksana hanya menunjukkan adanya steroid/triterpenoid, sementara fraksi etilasetat mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin. Keberadaan metabolit sekunder ini penting karena banyak di antaranya diketahui memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus. Keberadaan flavonoid, saponin, dan steroid/triterpenoid, khususnya, mendukung potensi antibakteri sawi tanah. Komponen minyak atsiri juga telah dilaporkan sebelumnya, yang juga memiliki aktivitas antibakteri bersifat bakteriostatik.

3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar menunjukkan bahwa ekstrak etanol efektif pada konsentrasi 200 mg/ml terhadap S. aureus dan 300 mg/ml terhadap E. coli dan S. dysenteriae. Fraksi etilasetat menunjukkan aktivitas antibakteri paling kuat, efektif pada konsentrasi 100 mg/ml terhadap S. aureus dan 200 mg/ml terhadap E. coli dan S. dysenteriae. Sebaliknya, fraksi n-heksana menunjukkan aktivitas antibakteri paling lemah, efektif pada konsentrasi 400 mg/ml terhadap E. coli dan S. dysenteriae, dan 500 mg/ml terhadap S. aureus. Perbedaan aktivitas antibakteri antar ekstrak dan fraksi diduga berkaitan dengan perbedaan komposisi metabolit sekundernya. Fraksi etilasetat, yang mengandung senyawa polar dan semipolar, menunjukkan aktivitas paling kuat, sementara fraksi n-heksana, yang lebih kaya akan senyawa nonpolar, menunjukkan aktivitas paling lemah. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa polar dan semipolar pada sawi tanah lebih berkontribusi pada aktivitas antibakterinya.

IV.Kesimpulan Potensi Pengembangan Sawi Tanah sebagai Antibakteri

Penelitian ini menunjukkan potensi Adenostemma lavenia sebagai sumber senyawa antibakteri. Fraksi etilasetat terbukti paling efektif, menunjukkan bahwa senyawa polar dan semipolar dalam tanaman ini berkontribusi pada aktivitas antimikrobial. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa aktif spesifik dan mengembangkan formulasi obat dari ekstrak sawi tanah untuk pengobatan infeksi bakteri. Informasi ini penting untuk pengembangan obat tradisional berbasis tumbuhan dan berpotensi untuk pengembangan lebih lanjut.

1. Konfirmasi Potensi Antibakteri Sawi Tanah

Penelitian ini berhasil mengkonfirmasi potensi Adenostemma lavenia sebagai sumber senyawa antibakteri. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi sawi tanah memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Shigella dysenteriae. Keefektifan masing-masing ekstrak dan fraksi berbeda-beda, dengan fraksi etilasetat menunjukkan aktivitas antibakteri paling kuat, mengindikasikan bahwa senyawa polar dan semi-polar dalam tanaman ini berperan penting dalam aktivitas antimikroba. Temuan ini mendukung penggunaan tradisional sawi tanah dalam pengobatan infeksi bakteri. Penelitian ini memberikan dasar ilmiah untuk klaim tersebut.

2. Peran Metabolit Sekunder dalam Aktivitas Antibakteri

Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya berbagai metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid pada ekstrak dan fraksi sawi tanah. Keberadaan senyawa-senyawa ini berkontribusi pada aktivitas antibakteri yang diamati. Senyawa flavonoid dan tanin, misalnya, diketahui dapat mengganggu fungsi membran sitoplasma bakteri, menyebabkan kebocoran metabolit penting dan inaktivasi enzim. Steroid/triterpenoid juga memiliki potensi sebagai antibakteri, dengan mekanisme penghambatan sintesis protein. Meskipun ekstrak etanol mengandung lebih banyak metabolit sekunder dibandingkan fraksi etilasetat, fraksi etilasetat menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih kuat. Ini menunjukkan bahwa sinergisme atau antagonisme antar metabolit sekunder dapat memengaruhi efektivitas keseluruhan.

3. Rekomendasi Penelitian Lanjutan

Meskipun penelitian ini menunjukkan potensi Adenostemma lavenia sebagai sumber antibakteri alami, penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Identifikasi senyawa aktif spesifik yang bertanggung jawab atas aktivitas antibakteri perlu dilakukan untuk memahami mekanisme kerja secara detail. Penelitian juga dapat difokuskan pada optimasi metode ekstraksi dan fraksinasi untuk meningkatkan rendemen dan kemurnian senyawa aktif. Studi tentang toksisitas dan keamanan penggunaan ekstrak sawi tanah juga penting sebelum dapat dikembangkan menjadi formulasi obat yang aman dan efektif. Penelitian-penelitian ini penting untuk memastikan potensi Adenostemma lavenia dapat dimanfaatkan secara optimal dalam pengembangan obat-obatan dan produk kesehatan.