Tingkat Stres pada Ibu Primigravida dan Multigravida Menjelang Proses Persalinan

Tingkat Stres pada Ibu Primigravida dan Multigravida Menjelang Proses Persalinan

Informasi dokumen

Penulis

Ridha Wahyuni

Sekolah

Fakultas Keperawatan USU

Jurusan Keperawatan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 4.81 MB
  • Stres
  • Kehamilan
  • Persalinan

Ringkasan

I.Abstrak

Penelitian ini menyelidiki tingkat stres pada ibu primigravida dan multigravida menjelang persalinan di RSUD Dr. H. Yuliddin Away, Tapaktuan. Metode deskriptif digunakan dengan sampel 37 ibu primigravida dan 38 ibu multigravida. Hasilnya menunjukkan 78% ibu primigravida mengalami stres sedang, sementara 55.3% ibu multigravida mengalami stres ringan. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi stres selama kehamilan.

1. Latar Belakang Penelitian

Abstrak ini diawali dengan penjelasan tentang stres persalinan sebagai respon ibu hamil, khususnya ibu primigravida (ibu hamil pertama kali), terhadap proses persalinan. Ketakutan menghadapi persalinan menjadi faktor utama penyebab stres ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres pada ibu primigravida dan multigravida menjelang proses persalinan di RSUD Dr. H. Yuliddin Away, Tapaktuan. Ini menunjukkan fokus penelitian pada pengukuran dan analisis tingkat stres yang dialami oleh dua kelompok ibu hamil yang berbeda, berdasarkan pengalaman kehamilan mereka.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel penelitian terdiri dari 37 ibu primigravida dan 38 ibu multigravida sebagai responden, dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014. Informasi ini penting untuk memahami desain dan metodologi penelitian, termasuk teknik pengambilan sampel dan periode penelitian. Metode deskriptif dipilih untuk menggambarkan kondisi stres pada kedua kelompok ibu hamil. Jumlah responden yang cukup besar memungkinkan untuk generalisasi hasil temuan dalam konteks populasi yang diteliti.

3. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 responden ibu primigravida, sebanyak 29 responden (78%) mengalami stres sedang, sementara dari 38 responden ibu multigravida, 21 responden (55.3%) mengalami stres ringan. Data ini secara kuantitatif menunjukkan perbedaan tingkat stres antara ibu primigravida dan multigravida, dimana ibu primigravida cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi. Perbedaan persentase ini menggarisbawahi pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada perbedaan tingkat stres ini.

4. Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Sebagai penutup, abstrak merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi stres selama kehamilan. Hal ini menunjukkan adanya celah pengetahuan yang perlu diisi. Saran ini mengarahkan fokus penelitian selanjutnya untuk menyelidiki faktor-faktor penyebab stres, bukan hanya mengukur tingkat stresnya. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab, intervensi yang tepat dapat dikembangkan untuk membantu mengurangi tingkat stres pada ibu hamil dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin.

II.Bab 1 Pendahuluan

Kehamilan merupakan periode yang rentan terhadap stres, terutama karena perubahan fisik dan emosional yang signifikan. Ibu primigravida, khususnya, sering mengalami kecemasan dan ketakutan menjelang persalinan. Stres selama kehamilan dapat berdampak negatif pada ibu dan janin, termasuk kelahiran prematur dan berat badan bayi rendah. Penelitian ini penting untuk memahami tingkat stres pada ibu hamil (primigravida dan multigravida) dan bagaimana stres ini dapat dikelola.

1.1 Latar Belakang Kehamilan dan Stres

Bagian ini menjelaskan bahwa kehamilan merupakan suatu periode transisi yang signifikan dalam kehidupan wanita, yang dapat memicu stres. Kehamilan membutuhkan adaptasi fisik dan psikologis yang kompleks, termasuk menerima kehamilan, mengidentifikasi peran sebagai ibu, dan menyesuaikan hubungan dengan pasangan dan anak perempuan. Bobak (2005) menekankan pentingnya penguasaan tugas-tugas perkembangan ini untuk menghadapi persalinan. Lebih lanjut, Zita (2010) menyatakan bahwa kehamilan hampir selalu disertai stres, baik fisik (kelelahan, mual) maupun psikologis (kecemasan, ketakutan akan perubahan peran dan tanggung jawab). Risiko kesehatan juga dibahas, mengutip data Depkes RI (2010) tentang insiden perdarahan pasca persalinan, hipertensi, dan infeksi. Meskipun melahirkan adalah proses fisiologis normal, Farrer (1999) mengingatkan bahwa risiko tetap ada. Perubahan mental ibu hamil, berbeda dengan perubahan fisik yang mudah diprediksi, sangat kompleks dan beragam (Lestiningsih, 2006).

1.2 Stres pada Trimester Ketiga Kehamilan

Pendahuluan juga menyinggung tentang stres pada trimester ketiga kehamilan, khususnya bulan-bulan menjelang persalinan. Pieter dan Lumongga (2010) menggambarkan perasaan campur aduk antara gembira dan takut yang dialami ibu hamil. Kecemasan tentang proses persalinan, kesehatan bayi, dan tanggung jawab setelah kelahiran merupakan hal yang umum. Atiq (2007) dan Maimunah (2009) menekankan dampak stres berupa produksi adrenalin dan noradrenalin yang dapat menyebabkan abortus, kelahiran prematur, atau kematian janin dan ibu. Prawirohardjo (2006) menambahkan bahwa konflik antara harapan sosial budaya dan realita kehamilan dapat memicu reaksi psikologis yang beragam, mulai dari emosi ringan hingga gangguan jiwa berat. Stres dijelaskan sebagai realitas kehidupan yang dialami semua usia, dengan tingkat keparahan yang dipengaruhi faktor lingkungan, fisik, dan psikologis (Hidayat, 2004; Alimul, 2004). Likluk & Bandiyah (2008) menjelaskan dampak stres pada kesehatan fisik dan mental, dengan reaksi individu yang beragam terhadap stresor.

1.3 Dampak Stres pada Ibu Hamil dan Janin

Bagian ini menjabarkan dampak stres pada ibu hamil dan janin. Ibu hamil yang siap fisik dan mental akan menjalani proses kehamilan dan persalinan dengan lebih lancar. Dokter Eko Handayani (Liputan6, 2010) menjelaskan bahwa stres pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi dengan berat badan rendah, bahkan keguguran. Pengaruh stres pada janin ditekankan karena posisi janin di dalam rahim membuatnya rentan terhadap kondisi emosional ibunya. Contoh kasus anak hiperaktif yang dihubungkan dengan stres ibu hamil selama masa kehamilan juga disebutkan. Bobak (2004) menjelaskan gejala-gejala fisik dan psikologis yang dialami ibu hamil menjelang persalinan, meliputi kelelahan, emosi labil, dan kegelisahan. Hasil wawancara awal dengan 5 pasien menunjukkan bahwa rasa takut, kekhawatiran tentang kondisi bayi, kesulitan tidur, dan merasa tidak mampu menghadapi persalinan merupakan penyebab stres.

1.4 Peran Pikiran Negatif dan Ketakutan

Bagian ini menyoroti peran pikiran negatif dan rasa takut sebagai akar penyebab stres. Lumongga (2011) dan Pieter & Lumongga (2011) menjelaskan bahwa pikiran ibu hamil memiliki pengaruh langsung pada perkembangan janin. Stres berkepanjangan dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, hiperaktif, dan mudah marah. Deskripsi tentang aspek pikiran (rendah diri, takut gagal, cemas) dan perilaku (gugup, sulit bekerja sama, menangis) yang terkait dengan stres juga diberikan. Jenis stres psikososial akibat gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan juga dijelaskan. Secara keseluruhan, bagian ini menekankan pentingnya mengatasi stres pada ibu hamil untuk memastikan perkembangan fisiologis dan psikologis bayi yang optimal.

III.Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas berbagai faktor yang berkontribusi pada stres persalinan, termasuk faktor fisik, psikologis, dan sosial. Diuraikan juga berbagai model stres dan dampaknya pada ibu hamil. Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara stres dan berbagai komplikasi kehamilan, menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengurangi tingkat stres pada ibu hamil.

2.1 Definisi Stres dan Faktor faktor yang Mempengaruhi

Bagian ini mendefinisikan stres sebagai suatu realitas dalam kehidupan manusia, yang dialami pada berbagai usia dan tingkat keparahan (Hidayat, 2004). Tingkat stres dipengaruhi faktor lingkungan (misalnya kebisingan), fisik (perubahan suhu), dan psikologis (penyesuaian diri dalam hubungan interpersonal, sosial budaya, atau keagamaan) (Alimul, 2004). Stres dapat menyebabkan emosi yang menyakitkan seperti kecemasan dan depresi, serta penyakit fisik (Likluk & Bandiyah, 2008). Reaksi individu terhadap stres bervariasi; sebagian orang mengalami masalah serius, sementara yang lain mungkin melihatnya sebagai tantangan (Likluk & Bandiyah, 2008). Pada konteks kehamilan, stres dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, kondisi finansial, lingkungan sosial (terutama dukungan keluarga), dan perubahan peran sebagai orang tua (Bobak dkk, 2005). Perbedaan pengalaman kehamilan antara primigravida dan multigravida juga dijelaskan, dengan multigravida memiliki kekhawatiran yang berbeda terkait dengan anak pertama mereka (Merilo, 1988).

2.2 Perasaan Ambivalen dan Ansietas pada Kehamilan

Tinjauan pustaka membahas perasaan ambivalen yang sering muncul pada trimester pertama kehamilan, terkait dengan kecemasan terhadap perubahan fisik, tanggung jawab, kemampuan menjadi orang tua, dan dukungan sosial ekonomi (tidak disebutkan sumber). Perasaan ambivalen ini biasanya mereda seiring penerimaan terhadap kehamilan. Reaksi emosional seperti sensitivitas, mudah tersinggung, dan marah juga dibahas, menekankan pentingnya dukungan pasangan untuk mencegah perasaan tertekan yang berdampak negatif pada perkembangan janin. Ansietas didefinisikan sebagai kecemasan, kekhawatiran, dan kegelisahan yang disertai gejala fisik, sebagai respons emosional terhadap penilaian subjektif yang dipengaruhi alam bawah sadar (tidak disebutkan sumber). Ansietas yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ibu hamil.

2.3 Model Stres dan Pengaruhnya pada Ibu Hamil

Bab ini menjelaskan model stres, yang digunakan untuk mengidentifikasi stresor dan memprediksi respons individu terhadap stres (Potter & Perry, 2005). Model adaptasi, misalnya, mempertimbangkan pengalaman individu dengan stresor, sistem pendukung, norma sosial, dan dampak lingkungan (Mechanic, 1962 dalam Potter & Perry, 2005). Model ini berfokus pada adaptasi individu terhadap perubahan hidup. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres, seperti usia (orang dewasa lebih rentan stres), kondisi ekonomi (keterbatasan finansial dapat meningkatkan stres), dan lingkungan sosial (dukungan keluarga penting), dibahas. Perbedaan antara primigravida dan multigravida dijelaskan, dengan multigravida mungkin memiliki kekhawatiran yang berbeda karena pengalaman kehamilan sebelumnya dan tanggung jawab terhadap anak pertama mereka (Pieter dan Lumongga, 2011). Pikiran negatif dan rasa takut sebagai akar stres dan dampaknya pada perkembangan fisiologis dan psikologis bayi juga dibahas (Lumongga, 2011; Pieter & Lumongga, 2011).

IV.Bab 4 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. H. Yuliddin Away, Tapaktuan pada Desember 2014 hingga Januari 2015. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala Likert untuk mengukur tingkat stres. Sampel penelitian terdiri dari 37 ibu primigravida dan 38 ibu multigravida, dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Responden diberikan informed consent sebelum pengumpulan data.

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. H. Yuliddin Away, Tapaktuan, Aceh Selatan. Periode pengumpulan data berlangsung dari tanggal 20 Desember 2014 sampai 5 Januari 2015. Lokasi penelitian yang spesifik ini penting karena hasil penelitian mungkin terkait dengan karakteristik khusus rumah sakit tersebut. Rentang waktu penelitian juga perlu dicatat karena dapat memengaruhi hasil, misalnya jika terdapat variasi musiman atau faktor-faktor lainnya yang berpengaruh pada stres ibu hamil.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh ibu primigravida dan multigravida di RSUD Dr. H. Yuliddin Away, Tapaktuan. Sampel penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah 37 ibu primigravida dan 38 ibu multigravida. Teknik purposive sampling dipilih untuk memastikan karakteristik spesifik responden terpenuhi, namun tidak menjelaskan kriteria inklusi dan eksklusi secara detail. Jumlah sampel yang relatif besar memungkinkan untuk penggeneralisasian hasil temuan, namun keterbatasan teknik ini dalam representasi populasi perlu dipertimbangkan.

4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari dua bagian: data demografi (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan) dan kuesioner stres dengan 34 pernyataan menggunakan skala Likert (Tidak pernah=0, Kadang-kadang=1, Sering=2, Selalu=3). Responden memberi tanda cek sesuai keadaan yang dialami. Skor diakumulasikan untuk menentukan tingkat stres. Penggunaan kuesioner ini memungkinkan pengumpulan data secara efisien, namun validitas dan reliabilitas kuesioner perlu dijelaskan lebih lanjut untuk memastikan akurasi pengukuran tingkat stres. Skala Likert dipilih karena kemudahan pengisian dan analisis data, namun keterbatasannya dalam mengeksplorasi aspek kualitatif stres perlu dipertimbangkan.

4.4 Prosedur Pengumpulan Data dan Etika Penelitian

Sebelum pengumpulan data, izin penelitian diperoleh dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. Responden diberikan informed consent, dan memiliki hak untuk menolak berpartisipasi. Peneliti menjamin kerahasiaan data dan memastikan bahwa penelitian tidak menimbulkan risiko fisik maupun psikis pada responden. Data yang dikumpulkan kemudian di-entry ke dalam database komputer, dan dianalisis menggunakan program komputer untuk membuat distribusi frekuensi dan tabel kontigensi. Proses pengolahan data ini penting untuk memastikan akurasi dan efisiensi analisis, namun detail metode analisis statistik tidak dijelaskan. Perlindungan etika penelitian diutamakan untuk memastikan integritas dan kepercayaan pada penelitian.

V.Bab 5 Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu primigravida (62.2%) berusia 21-25 tahun dan mayoritas ibu multigravida (60.5%) berusia 26-30 tahun. Sebagian besar ibu primigravida (78%) mengalami stres sedang, sementara sebagian besar ibu multigravida (55.3%) mengalami stres ringan. Dukungan keluarga dan pengalaman melahirkan sebelumnya tampaknya berkontribusi pada tingkat stres yang lebih rendah pada ibu multigravida. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada ibu primigravida menjelang persalinan.

5.1 Hasil Demografi Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu primigravida berusia 21-25 tahun (62,2%), sedangkan mayoritas ibu multigravida berusia 26-30 tahun (60,5%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif. Hawari (2006) menyebutkan bahwa stres dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak dialami wanita. Data pendapatan keluarga juga disajikan, dengan 67,6% ibu primigravida dan 52,6% ibu multigravida memiliki penghasilan keluarga lebih dari Rp 1.000.000 per bulan. Ambarwati (2008) menjelaskan bahwa pendapatan keluarga mencerminkan status sosial ekonomi yang dapat memengaruhi stres persalinan. Faktor-faktor lain yang menyebabkan stres menjelang persalinan juga dibahas, seperti rasa nyeri, kekhawatiran akan perawatan medis, dan masalah keuangan (Ambarwati, 2008). Tingkat pendidikan juga dibahas, dengan sebagian besar ibu primigravida berpendidikan perguruan tinggi, yang mengindikasikan kemungkinan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang persalinan (Acdiat, 2000).

5.2 Tingkat Stres pada Ibu Primigravida dan Multigravida

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 78% ibu primigravida mengalami stres sedang, sedangkan 55.3% ibu multigravida mengalami stres ringan. Sebagian besar ibu primigravida (67.6%) terus menerus ingin melahirkan bayi dengan selamat, 78.4% sering merasa khawatir tentang keselamatan diri, dan 63% khawatir tentang kontraksi dan nyeri saat melahirkan (Amalia, 2009). Pengalaman melahirkan pertama kali memberikan perasaan campur aduk antara bahagia dan cemas (Amalia, 2009). Sementara itu, sebagian besar ibu multigravida merasa kuat menghadapi persalinan karena dukungan suami. Asumsi peneliti menyatakan bahwa dukungan keluarga dan pengalaman melahirkan sebelumnya membuat ibu multigravida lebih tenang dan lebih siap (Kartono, 1992). Stres pada ibu hamil dapat berdampak pada janin, seperti kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, bahkan keguguran (Liputan6, 2010; Dokter Eko Handayani).

5.3 Implikasi dan Saran Penelitian Selanjutnya

Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa hasil penelitian hanya menggambarkan tingkat stres ibu primigravida dan multigravida dalam kategori sedang dan ringan. Banyaknya ibu primigravida yang mengalami stres menjelang persalinan menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi tingkat stres, khususnya pada ibu primigravida. Saran ini menunjukkan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif dan hanya menggambarkan keadaan, bukan menjelaskan penyebabnya. Penelitian selanjutnya yang lebih mendalam diperlukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi pada tingkat stres yang berbeda antara primigravida dan multigravida, serta merumuskan strategi intervensi yang efektif untuk mengurangi stres pada ibu hamil.