Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia Terhadap Senam Lansia di Desa Mompang

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia Terhadap Senam Lansia di Desa Mompang

Informasi dokumen

Penulis

Wardah Jamila Hsb

Sekolah

Universitas [Nama Universitas Tidak Disebutkan]

Jurusan Ilmu Keperawatan (S.Kep)
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 5.02 MB
  • pengetahuan lansia
  • senam lansia
  • sikap lansia

Ringkasan

I.Latar Belakang Penelitian Pentingnya Senam Lansia di Desa Mompang

Penelitian ini meneliti tingkat pengetahuan dan sikap lansia terhadap senam lansia di Desa Mompang, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Latar belakang penelitian didasari oleh proses penuaan (aging) yang alami dan berdampak pada penurunan kondisi fisik, khususnya sistem muskuloskeletal, meningkatkan risiko masalah kesehatan pada lansia. Senam lansia dianggap sebagai alternatif untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran fisik lansia. Populasi lansia di Indonesia, termasuk Sumatera Utara, terus meningkat, menunjukkan urgensi penelitian ini.

1. Proses Menua dan Masalah Kesehatan Lansia

Bagian ini menjelaskan proses penuaan (aging) sebagai proses alami yang ditandai dengan penurunan kondisi fisik, psikologis, dan sosial. Penurunan ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada lansia. Salah satu masalah fisik yang ditekankan adalah penurunan sistem muskuloskeletal, yang merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan dan ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres lingkungan. Hal ini menjadi landasan penting bagi penelitian yang fokus pada upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran lansia, terutama melalui senam lansia sebagai salah satu intervensi yang potensial. Penelitian ini pun bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan sikap lansia terkait senam lansia di Desa Mompang, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Dengan demikian, penelitian ini sangat relevan karena memberikan perhatian pada isu kesehatan yang spesifik pada populasi lansia yang semakin meningkat.

2. Pentingnya Senam Lansia untuk Kesehatan

Teks tersebut selanjutnya membahas pentingnya senam lansia sebagai upaya promotif untuk meningkatkan kesehatan lansia. Senam lansia, selain berdampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh, juga berpengaruh pada peningkatan imunitas tubuh setelah latihan teratur. Manfaat senam lansia meliputi melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas. Dengan semakin meningkatnya populasi lansia di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara (dengan jumlah lansia sebanyak 631.604 orang dari total penduduk 11.688.987 orang), senam lansia menjadi semakin penting sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup kelompok usia ini. Studi ini memberikan konteks pentingnya upaya peningkatan kesehatan lansia secara preventif dan promotif, dan senam lansia menjadi fokus utama penelitian.

3. Permasalahan dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa proses menua menyebabkan penurunan kemampuan berbagai organ tubuh, termasuk sistem muskuloskeletal. Kondisi ini mengakibatkan lansia rentan terhadap peradangan, kekakuan, keterbatasan gerak, dan gangguan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di Desa Mompang, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Tujuan ini sejalan dengan kebutuhan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya senam lansia dan untuk melihat sejauh mana pengetahuan dan sikap positif mendukung partisipasi lansia dalam kegiatan senam tersebut. Dengan memahami pengetahuan dan sikap lansia, diharapkan dapat dikembangkan intervensi yang lebih tepat sasaran untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup lansia.

II.Metodologi Penelitian Pengumpulan Data Pengetahuan dan Sikap Lansia

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik purposive sampling, melibatkan 52 lansia di Desa Mompang. Pengumpulan data dilakukan pada 1-31 Agustus 2013 menggunakan kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden terhadap senam lansia. Analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk menghitung frekuensi, persentase, dan mean, dibantu dengan komputerisasi.

1. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 52 orang lansia yang berdomisili di Desa Mompang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pemilihan sampel ini didasarkan pada kriteria tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap lansia terhadap senam lansia. Teknik purposive sampling memungkinkan peneliti untuk memilih partisipan yang paling sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian secara efektif. Dengan demikian, data yang dikumpulkan diharapkan dapat memberikan gambaran yang akurat mengenai pengetahuan dan sikap lansia di Desa Mompang terkait senam lansia. Jumlah sampel yang digunakan, meskipun terbatas, dianggap cukup untuk memberikan gambaran yang representatif, mengingat fokus penelitian yang tertuju pada Desa Mompang. Informasi ini penting untuk memahami metodologi penelitian dan bagaimana data dikumpulkan untuk mendukung kesimpulan yang dihasilkan.

2. Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan selama periode 1 sampai 31 Agustus 2013. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak secara spesifik dijelaskan secara detail, tetapi dapat disimpulkan bahwa data dikumpulkan melalui suatu instrumen penelitian. Setelah data terkumpul, karakteristik sampel dideskripsikan menggunakan analisis deskriptif untuk menghitung frekuensi, persentase, dan mean. Analisis data selanjutnya dilakukan dengan bantuan komputerisasi, menunjukkan bahwa metode analisis data yang digunakan bersifat kuantitatif. Penggunaan analisis deskriptif memungkinkan peneliti untuk menyajikan data secara ringkas dan mudah dipahami, menggambarkan distribusi frekuensi pengetahuan dan sikap lansia terhadap senam lansia. Komputerisasi dalam analisis data menunjukkan efisiensi dan akurasi dalam proses pengolahan data. Metode ini membantu dalam menganalisis data secara komprehensif dan objektif.

III.Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia yang Baik

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia berada dalam kategori baik (67,3%), sedang (11,5%), dan sangat baik (21,1%). Mayoritas responden (80,7%) memiliki sikap positif terhadap senam lansia, dengan sisanya berada dalam kategori sedang (19,2%). Faktor-faktor pendukung meliputi pengalaman, motivasi, budaya, dan akses informasi.

1. Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Senam Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan lansia di Desa Mompang mengenai senam lansia berada pada kategori yang baik. Dari total responden, 67,3% berada dalam kategori baik, 11,5% dalam kategori sedang, dan 21,1% dalam kategori sangat baik. Data ini menunjukkan pemahaman yang cukup baik di kalangan lansia tentang senam lansia. Hasil ini memberikan gambaran positif tentang kesadaran lansia terhadap manfaat senam. Namun, proporsi yang masih berada di kategori sedang dan bahkan sebagian kecil di kategori sangat baik, menunjukkan adanya potensi peningkatan pengetahuan lebih lanjut yang perlu dilakukan. Temuan ini mengindikasikan bahwa intervensi dan edukasi lebih lanjut bisa difokuskan pada peningkatan pengetahuan lansia di kategori sedang, sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang manfaat dan teknik senam lansia. Temuan ini sangat penting dalam perencanaan program peningkatan kesehatan lansia di masa mendatang.

2. Sikap Lansia terhadap Senam Lansia

Selain pengetahuan, penelitian ini juga mengukur sikap lansia terhadap senam lansia. Hasilnya menunjukkan mayoritas responden, yaitu 80,7%, memiliki sikap positif (baik) terhadap senam lansia. Sedangkan sisanya, 19,2%, berada pada kategori sikap sedang. Tingkat sikap positif yang tinggi ini menunjukkan penerimaan dan dukungan yang baik dari lansia terhadap kegiatan senam. Hal ini mengindikasikan potensi keberhasilan program senam lansia di desa tersebut. Namun, proporsi 19,2% yang memiliki sikap sedang perlu dikaji lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi sikap tersebut dan merumuskan strategi untuk meningkatkan penerimaan dan partisipasi lansia. Data ini penting untuk perencanaan program senam yang berkelanjutan, dengan pendekatan yang mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap lansia terhadap aktivitas tersebut.

3. Faktor Faktor Pendukung Pengetahuan dan Sikap Positif

Penelitian ini juga menyinggung faktor-faktor yang mendukung pengetahuan dan sikap positif lansia terhadap senam lansia. Faktor-faktor tersebut antara lain pengalaman, motivasi yang kuat untuk memperoleh informasi, budaya, dan kesempatan untuk mendapatkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman pribadi dan motivasi untuk menjaga kesehatan tampaknya berperan signifikan dalam membentuk pengetahuan dan sikap positif lansia. Akses terhadap informasi dan pengaruh budaya juga menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Pemahaman mengenai faktor-faktor ini sangat penting untuk mengembangkan strategi promosi dan edukasi yang efektif. Dengan memahami faktor-faktor yang mendukung pengetahuan dan sikap positif ini, intervensi yang tepat dapat dirancang untuk meningkatkan partisipasi dan manfaat senam lansia bagi kesehatan lansia di masa mendatang. Informasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan kampanye yang lebih efektif dalam meningkatkan partisipasi lansia dalam program senam.

IV.Pembahasan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dan Sikap

Pembahasan mendalam mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikaplansia terhadap senam lansia. Penelitian menjelaskan bagaimana faktor-faktor seperti pendidikan, pengalaman, lingkungan, dan akses informasi mempengaruhi pengetahuan mereka. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dibahas berdasarkan teori yang relevan. Hasil menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan baik, perlu diversifikasi jenis senam lansia yang dikenal lansia.

1. Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Senam Lansia

Bagian pembahasan ini membahas hubungan antara pengetahuan dan sikap lansia terhadap senam lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas lansia memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap senam. Keterkaitan antara pengetahuan dan sikap dijelaskan berdasarkan teori Rosenberg, yang menyatakan bahwa perubahan komponen kognitif (pengetahuan) akan diikuti perubahan sikap. Temuan ini mendukung teori tersebut, di mana pengetahuan yang baik tentang manfaat senam lansia berkorelasi dengan sikap positif terhadap kegiatan tersebut. Namun, penelitian ini tidak secara eksplisit menjelaskan analisis statistik untuk membuktikan korelasi tersebut. Diskusi lebih lanjut mengenai kekuatan hubungan antara pengetahuan dan sikap, serta faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi hubungan tersebut, akan memperkuat analisis dan kesimpulan penelitian.

2. Pengaruh Faktor Faktor Penentu Pengetahuan dan Sikap

Pembahasan selanjutnya menjelaskan beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan dan sikap lansia terhadap senam. Faktor-faktor tersebut antara lain pendidikan, pengalaman, budaya, kepercayaan/agama, dan kesempatan untuk memperoleh informasi. Lingkungan juga dianggap berperan penting dalam membentuk pengetahuan dan sikap seseorang. Pendidikan, meskipun berpengaruh, bukan satu-satunya faktor penentu. Akses informasi melalui media seperti TV, radio, atau surat kabar juga dapat meningkatkan pengetahuan meskipun tingkat pendidikan rendah. Motivasi internal lansia untuk senantiasa mencari informasi juga menjadi faktor penting. Penelitian ini menyoroti kompleksitas faktor-faktor yang membentuk pengetahuan dan sikap, menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor multidimensional dalam perencanaan program kesehatan lansia yang efektif.

3. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Program Senam Lansia

Bagian ini membahas implikasi dari hasil penelitian terhadap program senam lansia. Mayoritas lansia dalam penelitian ini memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang manfaat senam lansia. Namun, keterbatasan pengetahuan tentang jenis-jenis senam lansia selain senam SKJ, menyoroti perlunya diversifikasi jenis senam yang ditawarkan. Untuk mencapai kebugaran jasmani yang optimal, jenis latihan harus disesuaikan dengan manfaat yang diharapkan. Oleh karena itu, rekomendasi diberikan untuk mempertimbangkan berbagai jenis aktivitas fisik lain yang sesuai dengan kemampuan lansia, seperti pekerjaan rumah, berkebun, jalan kaki, jalan cepat, bersepeda, dan renang. Penelitian ini memberikan masukan penting dalam merancang program senam lansia yang lebih komprehensif dan efektif, yang tidak hanya mempertimbangkan pengetahuan dan sikap lansia, tetapi juga kemampuan fisik dan preferensi mereka. Penting untuk memastikan program senam lansia terintegrasi dengan baik dengan aspek-aspek kehidupan sehari-hari lansia.

V.Kesimpulan dan Saran Penelitian Lebih Lanjut tentang Senam Lansia

Penelitian menyimpulkan bahwa lansia di Desa Mompang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap senam lansia. Sebagai saran, penelitian selanjutnya dapat membandingkan pengetahuan dan motivasi lansia di panti jompo dengan lansia di masyarakat, serta meneliti lebih lanjut mengenai berbagai jenis senam lansia dan dampaknya terhadap kesehatan.

1. Kesimpulan Penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Lansia terhadap Senam Lansia

Kesimpulan penelitian ini menegaskan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap lansia di Desa Mompang terhadap senam lansia umumnya baik. Mayoritas responden menunjukkan pemahaman yang baik tentang senam lansia dan memiliki sikap positif terhadap aktivitas tersebut. Temuan ini memberikan gambaran positif tentang kesadaran dan penerimaan lansia terhadap manfaat senam untuk kesehatan. Namun, penelitian juga mengidentifikasi adanya proporsi lansia dengan pengetahuan dan sikap yang masih dalam kategori sedang, menunjukkan potensi untuk peningkatan pemahaman dan penerimaan yang lebih luas di kalangan lansia. Kesimpulan ini penting untuk menginformasikan perencanaan program kesehatan lansia di masa mendatang, dengan fokus pada peningkatan pengetahuan dan motivasi lansia agar lebih banyak terlibat dalam kegiatan senam.

2. Saran untuk Penelitian Lanjutan

Sebagai saran untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan perbandingan tingkat pengetahuan lansia terhadap motivasi melakukan senam lansia antara lansia di panti jompo dan lansia di masyarakat. Perbandingan ini akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan motivasi lansia untuk berpartisipasi dalam senam. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga disarankan untuk meneliti tingkat pengetahuan lansia terhadap berbagai jenis senam lansia. Dengan demikian, dapat diidentifikasi jenis senam yang paling efektif dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lansia. Saran ini menunjukkan bahwa penelitian ini masih memiliki ruang lingkup yang dapat dikembangkan lebih lanjut, khususnya dalam memahami perbedaan konteks dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia dalam melakukan senam. Penelitian yang lebih mendalam akan memberikan informasi yang berharga untuk meningkatkan efektifitas program senam lansia.