Tingkat Motivasi Kepemilikan Asuransi Kesehatan di Kalangan Masyarakat Miskin

Tingkat Motivasi Kepemilikan Asuransi Kesehatan di Kalangan Masyarakat Miskin

Document information

author

Agus Jaipur

school

Universitas Muhammadiyah Malang

major Program Studi Ilmu Keperawatan
year 2012
place Malang
document_type Skripsi
language Malay
pages 30
format | PDF
size 360.32 KB
  • Motivasi Kepemilikan Asuransi
  • Masyarakat Miskin
  • Health Belief Model

summary

I.Motivasi Kepemilikan Asuransi Kesehatan pada Masyarakat Miskin

Berdasarkan Health Belief Model, terdapat faktor-faktor yang memengaruhi motivasi kepemilikan asuransi kesehatan pada masyarakat miskin, yaitu: persepsi ancaman, persepsi hambatan, persepsi manfaat, petunjuk aksi, dan faktor penentu lain. Persepsi ancaman merujuk pada keyakinan individu terhadap kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan dan konsekuensinya. Persepsi hambatan terkait dengan kendala yang dihadapi individu dalam memperoleh asuransi, seperti biaya dan kesulitan akses. Persepsi manfaat mencakup manfaat yang diharapkan dari kepemilikan asuransi, seperti perlindungan finansial dan akses ke layanan kesehatan. Petunjuk aksi mengacu pada peristiwa atau orang yang memengaruhi individu untuk memiliki asuransi, seperti pengalaman pribadi atau kampanye kesehatan. Faktor penentu lain dapat berupa karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi individu.

II.Hasil Penelitian

Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat miskin belum memiliki asuransi kesehatan. Tingkat motivasi kepemilikan asuransi tergolong rendah, dengan persepsi ancaman dan persepsi manfaat sebagai faktor yang paling memengaruhi motivasi. Persepsi ancaman berkaitan dengan kekhawatiran tentang biaya pengobatan yang tinggi, sementara persepsi manfaat meliputi perlindungan finansial dan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih baik.

III.Rekomendasi

Untuk meningkatkan motivasi kepemilikan asuransi kesehatan pada masyarakat miskin, diperlukan upaya untuk: meningkatkan kesadaran tentang pentingnya asuransi, menyediakan informasi yang jelas dan mudah dipahami, memperluas akses ke layanan asuransi, mengurangi biaya asuransi, dan merancang program asuransi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik masyarakat miskin. Upaya ini dapat melibatkan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan asuransi, dan organisasi masyarakat.