
Tesis tentang Inkontinensia Urin pada Wanita Menopause
Informasi dokumen
instructor | Dr. Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), SpOG (K) |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara (USU) |
Jurusan | Obstetri dan Ginekologi |
Jenis dokumen | Tesis |
city | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 349.17 KB |
- Obstetri
- Ginekologi
- Inkontinensia Urin
Ringkasan
I.Latar Belakang Background
Tesis ini meneliti inkontinensia urin pada wanita menopause di Medan, Indonesia. Peningkatan usia harapan hidup di Indonesia berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus ini. Studi epidemiologi sebelumnya menunjukkan prevalensi inkontinensia urin yang bervariasi (8%-56%) pada wanita selama transisi menopause, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, menopause, indeks massa tubuh (IMT), riwayat histerektomi, dan status depresi. Inkontinensia urin bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial, karena penderita sering merasa malu untuk mencari bantuan medis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kejadian dan karakteristik inkontinensia urin pada wanita menopause di RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
1. Peningkatan Usia Harapan Hidup dan Inkontinensia Urin
Latar belakang penelitian diawali dengan fakta peningkatan usia harapan hidup di Indonesia dari 69,4 tahun (2004) menjadi 70,9 tahun (2010). Peningkatan ini berdampak pada meningkatnya populasi wanita menopause. Kualitas hidup wanita menopause perlu diperhatikan, termasuk pencegahan dan penanganan penyakit, salah satunya inkontinensia urin. Studi epidemiologi oleh Iosif dan Bekasy (1984), seperti yang dikutip Soejoenoes, menunjukkan 50% wanita sehat berusia 61 tahun mengalami masalah urogenital, dengan 29% mengalami inkontinensia urin, dan 70% dikaitkan dengan defisiensi estrogen. Di negara maju, masalah klimakterik dan menopause telah menjadi masalah kesehatan nasional, sementara di Indonesia, meskipun belum menjadi masalah utama, perlu adanya persiapan dan penanganan khusus untuk kesehatan wanita usia lanjut, terutama yang telah menopause. Survei di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo (2002) menunjukkan angka kejadian inkontinensia urin tipe stress sebesar 32,2% pada 208 lansia, sedangkan penelitian di RS Dr. Sardjito mencatat prevalensi 14,47%. Prevalensi inkontinensia urin pada wanita selama transisi menopause bervariasi (8%-56%), tergantung definisi dan sampel populasi. Meskipun ada hubungan antara menopause dan inkontinensia urin, bukti sebagai faktor independen belum ditemukan. Di Amerika Serikat, lebih dari 13 juta orang mengalami inkontinensia urin, sekitar 7 juta di antaranya wanita. Inkontinensia urin, meski tidak mengancam jiwa, menurunkan kualitas hidup, menyebabkan disabilitas, dan menimbulkan stres. Banyak penderita merasa malu dan tidak tahu harus berobat kemana, sehingga angka kejadian sebenarnya belum diketahui pasti.
2. Inkontinensia Urin pada Wanita Lansia dan Menopause
Inkontinensia urin dapat terjadi pada pria dan wanita lansia, tetapi prevalensinya lebih tinggi pada wanita dan meningkat seiring bertambahnya usia, juga dipengaruhi oleh IMT, riwayat histerektomi, status menopause, depresi, dan paritas. Penelitian epidemiologi oleh Iosif dan Bekasy (1984) menunjukkan 29% wanita pascamenopause menderita inkontinensia urin. Angka kejadian yang pasti sulit ditentukan karena banyak penderita merasa malu dan menganggapnya hal biasa, sehingga tidak mencari konsultasi medis. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik meneliti inkontinensia urin pada wanita menopause. Meningkatnya angka harapan hidup berpotensi meningkatkan kejadian inkontinensia urin pada wanita menopause di Indonesia.
II.Tujuan Penelitian Research Objective
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian dan karakteristik inkontinensia urin pada wanita menopause di RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pola inkontinensia urin pada populasi tersebut.
1. Tujuan Utama Penelitian Inkontinensia Urin pada Wanita Menopause
Tujuan utama penelitian ini difokuskan pada penemuan kejadian dan karakteristik inkontinensia urin pada wanita menopause. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang seberapa sering inkontinensia urin terjadi di antara populasi wanita menopause yang menjadi subjek penelitian dan untuk mengidentifikasi ciri-ciri atau faktor-faktor yang terkait dengan kondisi ini. Tujuan ini diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pola kejadian inkontinensia urin pada kelompok wanita ini. Dengan memahami kejadian dan karakteristiknya, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada upaya pencegahan dan penanganan yang lebih efektif di masa mendatang. Secara khusus, penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berkontribusi terhadap perkembangan inkontinensia urin pada wanita menopause. Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mengungkap hubungan antara inkontinensia urin dan variabel-variabel demografis serta faktor gaya hidup. Temuan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi praktisi kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang lebih terarah dan tepat sasaran untuk kelompok wanita menopause yang rentan mengalami inkontinensia urin.
III.Metode Penelitian Research Methods
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel penelitian diambil dari wanita menopause yang mengunjungi poliklinik ginekologi di RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner LMMPI dan ICIQ-UI Short Form. Penelitian dilakukan dengan persetujuan sukarela dari peserta.
1. Desain dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan desain potong lintang (cross-sectional). Desain ini dipilih karena memungkinkan pengumpulan data pada satu titik waktu tertentu untuk menggambarkan karakteristik inkontinensia urin pada wanita menopause. Sifatnya yang deskriptif bertujuan untuk menggambarkan kejadian dan karakteristik inkontinensia urin tanpa melakukan manipulasi variabel atau intervensi. Penelitian dilakukan di dua rumah sakit di Medan, yaitu RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap representatif untuk mendapatkan sampel wanita menopause yang cukup banyak dan beragam. Pemilihan rumah sakit ini didasarkan pada ketersediaan data dan aksesibilitas bagi peneliti dalam mengumpulkan data dari populasi target.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh wanita yang telah mengalami menopause dan mengunjungi poliklinik ginekologi di RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Sampel penelitian diambil dari populasi tersebut dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Kriteria inklusi dan eksklusi ini memastikan bahwa sampel yang digunakan benar-benar representatif dan sesuai dengan tujuan penelitian. Penggunaan kriteria ini penting untuk menghindari bias dan meningkatkan validitas temuan penelitian. Proses pengambilan sampel dilakukan secara sistematis agar terjamin representasi sampel dari populasi. Informasi mengenai kriteria inklusi dan eksklusi dijelaskan secara detail dalam metodologi penelitian untuk memastikan kejelasan dan transparansi proses pengambilan sampel.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada peserta penelitian menggunakan kuesioner. Dua jenis kuesioner yang digunakan adalah LMMPI dan ICIQ-UI Short Form. Kuesioner ini dipilih karena dinilai relevan dan valid untuk mengukur aspek-aspek yang terkait dengan inkontinensia urin. Sebelum wawancara, setiap peserta diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan prosedur pengisian kuesioner. Hal ini penting untuk memastikan pemahaman dan partisipasi aktif dari peserta. Setiap peserta menandatangani formulir persetujuan yang menunjukkan persetujuan mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela dan tanpa paksaan. Peneliti memastikan kerahasiaan data dan tidak adanya biaya yang ditanggung oleh peserta dalam penelitian ini.
IV.Tinjauan Pustaka Literature Review
Bagian ini membahas definisi inkontinensia urin menurut International Continence Society (ICS), serta jenis-jenisnya: stress, urge, dan overflow. Diulas pula hubungan antara menopause, penurunan kadar estrogen, dan perubahan anatomi fisiologi uretra yang berkontribusi pada inkontinensia urin. Studi-studi terdahulu mengenai prevalensi inkontinensia urin pada wanita menopause di berbagai negara juga dibahas, menunjukkan variasi prevalensi yang signifikan. Faktor-faktor risiko seperti usia, IMT, riwayat histerektomi, dan prolaps organ panggul juga dibahas kaitannya dengan inkontinensia urin.
1. Definisi dan Jenis Inkontinensia Urin
Tinjauan pustaka dimulai dengan mendefinisikan inkontinensia urin (IU) berdasarkan International Continence Society (ICS) sebagai keluarnya urin yang tidak terkontrol, terlihat secara objektif, dan menimbulkan masalah sosial atau higienis. Kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan dan berdampak pada kehidupan sosial, psikologis, seksual, dan pekerjaan. Inkontinensia urin dibagi menjadi tiga jenis: tipe stress (kehilangan urin akibat peningkatan tekanan intra-abdominal), tipe urge (kehilangan urin akibat kontraksi otot detrusor yang tidak terkontrol), dan tipe overflow (kehilangan urin akibat retensi urin yang berlebihan). Penjelasan lebih lanjut diberikan untuk setiap jenis, termasuk gejala dan pilihan pengobatan. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap inkontinensia urin, seperti melemahnya otot dasar panggul, operasi, dan penurunan estrogen, juga dijelaskan.
2. Hubungan Menopause Estrogen dan Inkontinensia Urin
Tinjauan pustaka selanjutnya membahas hubungan antara menopause dan inkontinensia urin. Menopause, ditandai dengan penurunan kadar estrogen, dijelaskan sebagai faktor kontributor terhadap risiko inkontinensia urin. Meskipun ada mitos bahwa inkontinensia urin adalah konsekuensi penuaan normal, perubahan fungsi saluran kemih bawah seiring penuaan menjadi faktor predisposisi. Usia merupakan faktor independen penting, namun sulit dibedakan pengaruhnya dengan menopause. Penurunan estrogen pasca menopause menyebabkan perubahan anatomi dan fisiologi uretra, termasuk atrofi mukosa uretra dan trigonum, sehingga melemahkan sensasi berkemih. Perubahan hormonal pada menopause juga memengaruhi flora vagina, meningkatkan pH vagina, dan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Atrofi vulvovaginal mengakibatkan perubahan pH vagina yang lebih tinggi, membuat wanita menopause lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih.
3. Prevalensi Inkontinensia Urin dan Faktor Risiko
Bagian ini membahas prevalensi inkontinensia urin yang beragam pada berbagai penelitian, menunjukkan variasi antara 8% hingga 56% pada wanita selama transisi menopause. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan definisi operasional, metodologi, kelompok umur, negara, dan etnis yang diteliti. Penelitian lain menunjukkan prevalensi inkontinensia urin meningkat seiring bertambahnya usia, mencapai puncak pada usia pertengahan, kemudian meningkat lagi pada usia lanjut. Faktor-faktor risiko lain dibahas, termasuk IMT (indeks massa tubuh), riwayat histerektomi, prolaps organ panggul, dan aktivitas fisik. Studi-studi yang mengkaji hubungan antara inkontinensia urin dan prolaps organ panggul menunjukkan korelasi yang tinggi. Lebih dari 60% wanita dengan prolaps organ panggul juga didiagnosis dengan inkontinensia urin. Perbedaan prevalensi inkontinensia urin dalam berbagai studi ditekankan sebagai akibat perbedaan definisi, metodologi, kelompok usia, negara, dan etnis yang diteliti. Kesimpulannya, menopause dan penurunan kadar estrogen berperan dalam meningkatkan risiko inkontinensia urin pada wanita karena menyebabkan atrofi pada jaringan urogenital dan dasar panggul.
V.Hasil Penelitian Research Results Ringkasan
Bagian hasil penelitian (lengkap terdapat di tesis) akan menyajikan data kejadian dan karakteristik inkontinensia urin pada wanita menopause di RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data meliputi prevalensi inkontinensia urin, hubungannya dengan faktor-faktor risiko seperti usia, IMT, riwayat histerektomi, dan prolaps organ panggul. Hasil analisis akan menunjukkan pola inkontinensia urin pada populasi studi.
1. Ringkasan Hasil Penelitian Kejadian dan Karakteristik Inkontinensia Urin
Bagian hasil penelitian (yang lengkapnya terdapat pada tesis) akan menyajikan data deskriptif mengenai kejadian dan karakteristik inkontinensia urin pada wanita menopause yang menjadi sampel penelitian. Data ini dikumpulkan dari RSUP H Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Analisis data akan mencakup prevalensi inkontinensia urin pada populasi studi, yaitu persentase wanita menopause yang mengalami kondisi ini. Selain itu, akan diidentifikasi karakteristik inkontinensia urin yang ditemukan, termasuk jenis inkontinensia urin yang paling umum terjadi (misalnya, stress, urge, atau mixed). Hasil penelitian akan menampilkan gambaran komprehensif mengenai kondisi inkontinensia urin pada wanita menopause di kedua rumah sakit tersebut. Detail presentasi data meliputi tabel dan grafik yang akan menjelaskan temuan utama penelitian.
2. Analisis Faktor faktor Risiko Inkontinensia Urin
Analisis lebih lanjut akan meneliti hubungan antara inkontinensia urin dengan berbagai faktor risiko yang telah diidentifikasi dalam tinjauan pustaka. Data akan dianalisis untuk mengungkap hubungan antara inkontinensia urin dengan variabel-variabel seperti usia, indeks massa tubuh (IMT), riwayat histerektomi, dan prolaps organ panggul. Analisis statistik yang tepat akan digunakan untuk menguji kekuatan hubungan antara variabel-variabel tersebut. Hasil analisis akan menunjukkan apakah faktor-faktor risiko tersebut secara signifikan berkontribusi pada kejadian inkontinensia urin pada populasi yang diteliti. Kesimpulan akan menjelaskan temuan penting mengenai faktor-faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap inkontinensia urin pada wanita menopause di daerah penelitian.